Beranda / Urban / Kebangkitan Menantu Terbuang / 139. Harus Dibuktikan

Share

139. Harus Dibuktikan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-06 19:03:00

Elsa mendesah panjang, tahu bahwa tidak ada lagi waktu untuk menunggu. Kecurigaannya mengenai Tuan Lee tidak bisa dia simpan sendiri lebih lama, dan situasi di kantor pagi ini memperburuk keresahannya. Fery dan Tomi masih terus mengobrol dengan Dedi, dan Ryan berdiri tepat di samping mejanya, menatap layar komputernya. Elsa tahu bahwa jika dia tidak mengambil tindakan sekarang, kesempatan untuk mengungkap kecurigaannya akan hilang atau bisa jadi dia lupa karena terlalu sibuk.

Gadis itu menarik napas dalam-dalam, berusaha menguatkan dirinya. Percakapan kecil yang terjadi di sekelilingnya kini terasa seperti gangguan yang semakin mengaburkan fokusnya. Elsa menoleh ke arah Dedi, yang masih terlibat dalam percakapan dengan Fery dan Tomi. Tak ada cara lain.

“Pak Ryan,” sapa Elsa tiba-tiba memecah keheningan, suaranya sedikit gemetar, tetapi tekadnya sudah bulat.

"Ya, El. Ada yang ingin kamu omongkan?" Ryan tanggap dengan cepat.

“Emh, ada sesuatu yang penting yang perlu saya bicarakan. Ini
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   140. Hanya Dimanfaatkan

    Malam mulai menjelang ketika Tuan Lee meninggalkan kantornya dengan langkah tergesa, dan ya, sejak perusahaan goyah beberapa waktu lalu, Tuan Lee memang kembali aktif membantu Tanu di kantor.Di bawah bayang-bayang gedung yang semakin gelap, Tuan Lee memasuki mobil hitam yang sudah menunggunya di parkiran basement. Wajahnya tampak tegang, pandangan matanya waspada, seolah takut ada yang mengikutinya.Tak jauh dari sana, Elsa duduk di dalam mobil yang diparkir sembunyi-sembunyi, memperhatikan pergerakan Tuan Lee. Dia sudah mengikutinya sejak siang setelah makan siang, karena setelah beberapa petunjuk dari transaksi mencurigakan yang ditemukannya, Elsa tak bisa lagi menunggu. Tuan Lee, papa mertuanya Ryan, ternyata tidak sebersih yang dia kira.Elsa tahu ini berbahaya, tapi ada dorongan kuat di hatinya untuk mengetahui kebenaran. Sambil memegang erat setir mobil, dia terus memperhatikan Tuan Lee yang sekarang sedang dalam perjalanan menuju sebuah tempat di pinggiran kota. Elsa menghela

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   141. Gagal

    Tuan Lee tersandar di dinding, napasnya tersengal-sengal. Matanya berkabut dengan penyesalan, sementara Ryan yang masih terengah-engah usai pertarungannya dengan Tuan Haris, berdiri tak jauh dari tempatnya. Elsa mengintip dari balik tumpukan kotak, menyaksikan situasi yang semakin kacau di ruangan gelap itu."Kau harus tahu, Ryan," suara Tuan Lee bergetar, "aku tidak ingin semua ini terjadi. Tapi aku sudah terlalu dalam... terlalu terjebak."Ryan menatap Tuan Lee dengan kebingungan, meski rasa amarah dan pengkhianatan berkecamuk dalam dirinya. "Papa, apa maksudmu? Sejak kapan ini semua terjadi? Kenapa Papa melakukan ini?"Tuan Lee menunduk, menahan air mata yang hampir jatuh. Dia tahu sudah waktunya untuk mengakui semua, meski konsekuensinya akan sangat berat."Semua berawal dari kesalahan fatal yang kulakukan di masa lalu, Ryan. Ada kecelakaan yang terjadi... kecelakaan yang melibatkan orang tua Julian. Itu semua karena kelalaianku. Aku yang menyebabkan mereka tewas, dan sejak saat i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   142. Campur Aduk

    Ketika suasana semakin tegang dan tak terkontrol di ruangan gelap itu, tiba-tiba terdengar suara sirine polisi dari kejauhan, semakin dan mendekat ke lokasi. Ryan, Julian, dan Tuan Lee sama-sama tersentak, menyadari bahwa keadaan akan segera berubah drastis.Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dengan keras. Dedi, Fery, dan Tomi masuk berbarengan, wajah mereka tegang namun sedikit lega melihat Ryan masih berdiri meskipun dengan wajah yang tampak lelah dan tubuh penuh luka."Kalian?!" seru Ryan, terkejut melihat asistennya. "Bagaimana kalian bisa tahu kami di sini?" tanyanya kemudian.Dedi mendekat cepat, matanya melirik sejenak ke arah Tuan Lee yang masih tersandar di dinding dan Tuan Haris yang tergeletak di lantai, juga Julian yang diam saja seperti tidak melakukan apapun dalam keadaan ini."Kami dapat info dari Elsa, Pak Ryan. Kami segera ke sini begitu tahu kau dalam bahaya," terang Dedi."Kau tamat, selesai sekarang ini, Tuan Haris. Polisi juga sudah di sini," ujar Fery dingi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   143. Rasa Yang Ada

    Setelah peristiwa yang mengguncang mereka semua, hari-hari selanjutnya penuh dengan ketegangan meskipun situasi sudah mulai mereda. Ryan masih berusaha menenangkan Erika dan dirinya sendiri setelah semua yang terjadi, sementara Elsa, Dedi, Fery, dan Tomi berusaha memberikan dukungan moral pada mereka berdua. Namun, ada satu hal yang tak banyak orang ketahui, bahkan Elsa sendiri belum menyadarinya.Dedi selalu memperhatikan Elsa dari kejauhan, bahkan sudah sejak lama. Di tengah segala kecemasan dan ketegangan yang mereka alami, Dedi merasa cemas dengan keberadaan Elsa yang selalu berada di dekat Ryan. Entah mengapa, setiap kali melihat Elsa tertawa atau berbicara dengan Ryan, hatinya terasa teriris. Dedi tahu perasaan ini bukan hal yang bisa ia tunjukkan, apalagi di tengah kesibukan mereka yang terus bergulir. Namun, perasaan itu semakin tak bisa ia bendung."Elsa, bisa bantu aku sebentar?" Dedi memanggil, berusaha tidak terlalu terlihat gelisah.Elsa yang sedang berdiri bersama Fery d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   144. Tidak Pernah Menduga

    Malam itu, Ryan duduk di tepi tempat tidur mereka, memandangi Erika yang duduk masih betah terpaku di kursi dekat jendela, menatap kosong ke luar. Udara malam yang sejuk tampaknya tidak bisa menenangkan kekacauan yang bergejolak di dalam diri Erika.Ryan bisa melihatnya, bagaimana istrinya itu memendam sesuatu yang besar, sebuah kepedihan yang lebih dalam dari sekadar banyak peristiwa - termasuk kecelakaan yang pernah dia alami beberapa waktu lalu."Aku nggak tahu harus bagaimana, mas Ryan," ujar Erika pelan, suaranya serak."Kenapa, hm?" Ryan bertanya maksud perkataan istrinya."Papa... dia... dia..." Erika terhenti, suaranya hampir hilang ditelan perasaan yang mendalam."Selama ini aku merasa terjebak dalam permainan yang tak aku pahami. Semua ini ternyata sudah direncanakan sejak lama, dan aku... aku tidak pernah tahu apa-apa tentang rencana papa." Akhirnya, Erika bisa mengeluarkan kata-kata yang begitu menyesakkan dadanya.Ryan menghembuskan napas panjang, berjalan mendekat dan du

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   145. Diingatkan Kembali

    Tanu berdiri tegak di ruang pertemuan yang luas, matanya menatap dengan tajam ke arah sepupunya - Rangga, yang memaksa ikut dalam pertemuan ini. Rangga duduk di hadapannya dengan sikap percaya diri, merasa menjadi bagian dari perusahaan yang saat ini dipimpin Tanu.Rangga, sepupu Tanu yang juga sekaligus keponakan Tuan Lee, kini berani menunjukkan ketertarikannya untuk mengambil alih kepemimpinan perusahaan yang selama ini dijalankan oleh Tuan Lee. Sementara itu, Tuan Lee, ayah Tanu dan Erika, kini tengah mendekam di penjara, jelas telah membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi banyak hal - termasuk merosotnya harga saham perusahaan. Namun, meskipun hubungan keluarga ini mengikat mereka dalam ikatan darah, Tanu tahu bahwa tidak ada tempat bagi Rangga di dalam dunia bisnisnya ini —terutama dengan segala yang telah terjadi.Tangga sendiri - bersama dengan keluarganya yang lain, sudah mendapatkan bagiannya di luar kota - perusahaan cabang yang selama ini ditangani mendiang ayahnya R

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   146. Menyerah

    Erika berjalan anggun memasuki ruang meeting, di sampingnya ada Ryan yang selalu tampak tenang namun penuh wibawa. Suara langkah kaki mereka berdua yang berirama membuat suasana di ruangan itu terasa semakin menegangkan. Tanu yang masih berdiri di depan meja konferensi menatap ke arah keduanya, sementara Rangga yang semula tampak percaya diri, kini mulai terlihat tidak nyaman dengan kehadiran mereka.Ryan, yang memegang saham terbesar di perusahaan ini setelah penyuntikan dana besar-besaran saat perusahaan Lee hampir bangkrut, hanya memberikan anggukan kecil kepada Tanu. Ia kemudian berjalan ke arah kursi di ujung meja, posisi yang biasanya diisi oleh pemegang keputusan tertinggi dalam pertemuan semacam ini.Erika, yang selama ini menjadi sosok penting di balik layar - sebab dirinya juga memiliki beberapa persen saham di perusahaan keluarganya ini, tidak banyak bicara. Namun kehadirannya kali ini jelas menunjukkan bahwa dia bukan sekadar anak perempuan dari Tuan Lee, tetapi juga seora

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Kebangkitan Menantu Terbuang   147. Bertanggung Jawab

    Ryan berhenti melangkah dan menoleh kembali ke arah Tanu, matanya tampak serius. Pertanyaan yang baru saja dilontarkan Tanu membuat suasana yang semula mulai mereda kembali terasa tegang. Erika, yang berdiri di samping suaminya, menatap Tanu dengan cemas, seakan tahu bahwa pembahasan ini akan membawa kembali ingatan-ingatan buruk yang tentu saja masih membekas dengan jelas.Ryan menghela napas panjang sebelum berbicara. "Kak Tanu, aku tahu ini bukan hal yang mudah untuk kita semua. Apalagi, bagimu dan Erika, dia tetaplah papa kalian." Ryan berbicara dengan hati-hati, tak ingin memancing lebih banyak perasaan keduanya terluka."Tapi, Papa..." Suara Tanu tercekat, menelan ludahnya susah. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bagaimana jika dia—""Kita harus menyerahkan semuanya pada hukum, Kak Tanu." Ryan memotong dengan tegas, namun suaranya tetap tenang. "Semua bukti sudah jelas mengarah ke Papa. Dia terlibat dalam rencana bersama Tuan Haris dan melibatkan Nadia juga untuk mencelakak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   147. Bertanggung Jawab

    Ryan berhenti melangkah dan menoleh kembali ke arah Tanu, matanya tampak serius. Pertanyaan yang baru saja dilontarkan Tanu membuat suasana yang semula mulai mereda kembali terasa tegang. Erika, yang berdiri di samping suaminya, menatap Tanu dengan cemas, seakan tahu bahwa pembahasan ini akan membawa kembali ingatan-ingatan buruk yang tentu saja masih membekas dengan jelas.Ryan menghela napas panjang sebelum berbicara. "Kak Tanu, aku tahu ini bukan hal yang mudah untuk kita semua. Apalagi, bagimu dan Erika, dia tetaplah papa kalian." Ryan berbicara dengan hati-hati, tak ingin memancing lebih banyak perasaan keduanya terluka."Tapi, Papa..." Suara Tanu tercekat, menelan ludahnya susah. "Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bagaimana jika dia—""Kita harus menyerahkan semuanya pada hukum, Kak Tanu." Ryan memotong dengan tegas, namun suaranya tetap tenang. "Semua bukti sudah jelas mengarah ke Papa. Dia terlibat dalam rencana bersama Tuan Haris dan melibatkan Nadia juga untuk mencelakak

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   146. Menyerah

    Erika berjalan anggun memasuki ruang meeting, di sampingnya ada Ryan yang selalu tampak tenang namun penuh wibawa. Suara langkah kaki mereka berdua yang berirama membuat suasana di ruangan itu terasa semakin menegangkan. Tanu yang masih berdiri di depan meja konferensi menatap ke arah keduanya, sementara Rangga yang semula tampak percaya diri, kini mulai terlihat tidak nyaman dengan kehadiran mereka.Ryan, yang memegang saham terbesar di perusahaan ini setelah penyuntikan dana besar-besaran saat perusahaan Lee hampir bangkrut, hanya memberikan anggukan kecil kepada Tanu. Ia kemudian berjalan ke arah kursi di ujung meja, posisi yang biasanya diisi oleh pemegang keputusan tertinggi dalam pertemuan semacam ini.Erika, yang selama ini menjadi sosok penting di balik layar - sebab dirinya juga memiliki beberapa persen saham di perusahaan keluarganya ini, tidak banyak bicara. Namun kehadirannya kali ini jelas menunjukkan bahwa dia bukan sekadar anak perempuan dari Tuan Lee, tetapi juga seora

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   145. Diingatkan Kembali

    Tanu berdiri tegak di ruang pertemuan yang luas, matanya menatap dengan tajam ke arah sepupunya - Rangga, yang memaksa ikut dalam pertemuan ini. Rangga duduk di hadapannya dengan sikap percaya diri, merasa menjadi bagian dari perusahaan yang saat ini dipimpin Tanu.Rangga, sepupu Tanu yang juga sekaligus keponakan Tuan Lee, kini berani menunjukkan ketertarikannya untuk mengambil alih kepemimpinan perusahaan yang selama ini dijalankan oleh Tuan Lee. Sementara itu, Tuan Lee, ayah Tanu dan Erika, kini tengah mendekam di penjara, jelas telah membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi banyak hal - termasuk merosotnya harga saham perusahaan. Namun, meskipun hubungan keluarga ini mengikat mereka dalam ikatan darah, Tanu tahu bahwa tidak ada tempat bagi Rangga di dalam dunia bisnisnya ini —terutama dengan segala yang telah terjadi.Tangga sendiri - bersama dengan keluarganya yang lain, sudah mendapatkan bagiannya di luar kota - perusahaan cabang yang selama ini ditangani mendiang ayahnya R

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   144. Tidak Pernah Menduga

    Malam itu, Ryan duduk di tepi tempat tidur mereka, memandangi Erika yang duduk masih betah terpaku di kursi dekat jendela, menatap kosong ke luar. Udara malam yang sejuk tampaknya tidak bisa menenangkan kekacauan yang bergejolak di dalam diri Erika.Ryan bisa melihatnya, bagaimana istrinya itu memendam sesuatu yang besar, sebuah kepedihan yang lebih dalam dari sekadar banyak peristiwa - termasuk kecelakaan yang pernah dia alami beberapa waktu lalu."Aku nggak tahu harus bagaimana, mas Ryan," ujar Erika pelan, suaranya serak."Kenapa, hm?" Ryan bertanya maksud perkataan istrinya."Papa... dia... dia..." Erika terhenti, suaranya hampir hilang ditelan perasaan yang mendalam."Selama ini aku merasa terjebak dalam permainan yang tak aku pahami. Semua ini ternyata sudah direncanakan sejak lama, dan aku... aku tidak pernah tahu apa-apa tentang rencana papa." Akhirnya, Erika bisa mengeluarkan kata-kata yang begitu menyesakkan dadanya.Ryan menghembuskan napas panjang, berjalan mendekat dan du

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   143. Rasa Yang Ada

    Setelah peristiwa yang mengguncang mereka semua, hari-hari selanjutnya penuh dengan ketegangan meskipun situasi sudah mulai mereda. Ryan masih berusaha menenangkan Erika dan dirinya sendiri setelah semua yang terjadi, sementara Elsa, Dedi, Fery, dan Tomi berusaha memberikan dukungan moral pada mereka berdua. Namun, ada satu hal yang tak banyak orang ketahui, bahkan Elsa sendiri belum menyadarinya.Dedi selalu memperhatikan Elsa dari kejauhan, bahkan sudah sejak lama. Di tengah segala kecemasan dan ketegangan yang mereka alami, Dedi merasa cemas dengan keberadaan Elsa yang selalu berada di dekat Ryan. Entah mengapa, setiap kali melihat Elsa tertawa atau berbicara dengan Ryan, hatinya terasa teriris. Dedi tahu perasaan ini bukan hal yang bisa ia tunjukkan, apalagi di tengah kesibukan mereka yang terus bergulir. Namun, perasaan itu semakin tak bisa ia bendung."Elsa, bisa bantu aku sebentar?" Dedi memanggil, berusaha tidak terlalu terlihat gelisah.Elsa yang sedang berdiri bersama Fery d

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   142. Campur Aduk

    Ketika suasana semakin tegang dan tak terkontrol di ruangan gelap itu, tiba-tiba terdengar suara sirine polisi dari kejauhan, semakin dan mendekat ke lokasi. Ryan, Julian, dan Tuan Lee sama-sama tersentak, menyadari bahwa keadaan akan segera berubah drastis.Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dengan keras. Dedi, Fery, dan Tomi masuk berbarengan, wajah mereka tegang namun sedikit lega melihat Ryan masih berdiri meskipun dengan wajah yang tampak lelah dan tubuh penuh luka."Kalian?!" seru Ryan, terkejut melihat asistennya. "Bagaimana kalian bisa tahu kami di sini?" tanyanya kemudian.Dedi mendekat cepat, matanya melirik sejenak ke arah Tuan Lee yang masih tersandar di dinding dan Tuan Haris yang tergeletak di lantai, juga Julian yang diam saja seperti tidak melakukan apapun dalam keadaan ini."Kami dapat info dari Elsa, Pak Ryan. Kami segera ke sini begitu tahu kau dalam bahaya," terang Dedi."Kau tamat, selesai sekarang ini, Tuan Haris. Polisi juga sudah di sini," ujar Fery dingi

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   141. Gagal

    Tuan Lee tersandar di dinding, napasnya tersengal-sengal. Matanya berkabut dengan penyesalan, sementara Ryan yang masih terengah-engah usai pertarungannya dengan Tuan Haris, berdiri tak jauh dari tempatnya. Elsa mengintip dari balik tumpukan kotak, menyaksikan situasi yang semakin kacau di ruangan gelap itu."Kau harus tahu, Ryan," suara Tuan Lee bergetar, "aku tidak ingin semua ini terjadi. Tapi aku sudah terlalu dalam... terlalu terjebak."Ryan menatap Tuan Lee dengan kebingungan, meski rasa amarah dan pengkhianatan berkecamuk dalam dirinya. "Papa, apa maksudmu? Sejak kapan ini semua terjadi? Kenapa Papa melakukan ini?"Tuan Lee menunduk, menahan air mata yang hampir jatuh. Dia tahu sudah waktunya untuk mengakui semua, meski konsekuensinya akan sangat berat."Semua berawal dari kesalahan fatal yang kulakukan di masa lalu, Ryan. Ada kecelakaan yang terjadi... kecelakaan yang melibatkan orang tua Julian. Itu semua karena kelalaianku. Aku yang menyebabkan mereka tewas, dan sejak saat i

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   140. Hanya Dimanfaatkan

    Malam mulai menjelang ketika Tuan Lee meninggalkan kantornya dengan langkah tergesa, dan ya, sejak perusahaan goyah beberapa waktu lalu, Tuan Lee memang kembali aktif membantu Tanu di kantor.Di bawah bayang-bayang gedung yang semakin gelap, Tuan Lee memasuki mobil hitam yang sudah menunggunya di parkiran basement. Wajahnya tampak tegang, pandangan matanya waspada, seolah takut ada yang mengikutinya.Tak jauh dari sana, Elsa duduk di dalam mobil yang diparkir sembunyi-sembunyi, memperhatikan pergerakan Tuan Lee. Dia sudah mengikutinya sejak siang setelah makan siang, karena setelah beberapa petunjuk dari transaksi mencurigakan yang ditemukannya, Elsa tak bisa lagi menunggu. Tuan Lee, papa mertuanya Ryan, ternyata tidak sebersih yang dia kira.Elsa tahu ini berbahaya, tapi ada dorongan kuat di hatinya untuk mengetahui kebenaran. Sambil memegang erat setir mobil, dia terus memperhatikan Tuan Lee yang sekarang sedang dalam perjalanan menuju sebuah tempat di pinggiran kota. Elsa menghela

  • Kebangkitan Menantu Terbuang   139. Harus Dibuktikan

    Elsa mendesah panjang, tahu bahwa tidak ada lagi waktu untuk menunggu. Kecurigaannya mengenai Tuan Lee tidak bisa dia simpan sendiri lebih lama, dan situasi di kantor pagi ini memperburuk keresahannya. Fery dan Tomi masih terus mengobrol dengan Dedi, dan Ryan berdiri tepat di samping mejanya, menatap layar komputernya. Elsa tahu bahwa jika dia tidak mengambil tindakan sekarang, kesempatan untuk mengungkap kecurigaannya akan hilang atau bisa jadi dia lupa karena terlalu sibuk.Gadis itu menarik napas dalam-dalam, berusaha menguatkan dirinya. Percakapan kecil yang terjadi di sekelilingnya kini terasa seperti gangguan yang semakin mengaburkan fokusnya. Elsa menoleh ke arah Dedi, yang masih terlibat dalam percakapan dengan Fery dan Tomi. Tak ada cara lain.“Pak Ryan,” sapa Elsa tiba-tiba memecah keheningan, suaranya sedikit gemetar, tetapi tekadnya sudah bulat."Ya, El. Ada yang ingin kamu omongkan?" Ryan tanggap dengan cepat.“Emh, ada sesuatu yang penting yang perlu saya bicarakan. Ini

DMCA.com Protection Status