Share

Bab 46 Serangan Balik

Penulis: Ferdyfbrnsyh25
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-13 08:23:58

Suara ledakan yang menggema masih berputar di kepala Ferdy. Kepanikan terasa di udara, namun Ferdy tidak bisa membiarkan dirinya terguncang. Ia tahu betul bahwa dalam dunia seperti ini, kehilangan kendali berarti kalah. Matanya tetap fokus pada layar yang baru saja menjadi hitam. Timnya, yang sebelumnya siap siaga, kini terputus dari komunikasi.

Aldo bergegas masuk ke ruangan, wajahnya menunjukkan ketegangan yang tak bisa disembunyikan. "Kami kehilangan kontak dengan beberapa tim. Sepertinya mereka sudah berada dalam perangkap musuh."

Ferdy menggertakkan gigi, menatap layar yang kosong itu dengan mata tajam. "Berapa banyak tim yang hilang?"

"Empat tim utama di titik strategis yang kita pasang," jawab Aldo. "Musuh tahu langkah kita, dan mereka memanfaatkannya dengan sempurna."

“Keparat,” gumam Ferdy dengan nada rendah tapi penuh amarah. "Mereka tahu kita sedang memancing mereka. Tapi bagaimana bisa mereka bereaksi begitu cepat?"

Aldo hanya menggelengkan kepala. "Entah bagaimana, mereka
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 47 Pertarungan yang Tak Terhindarkan

    Udara dingin menerpa wajah Ferdy ketika helikopter mulai menjauh dari reruntuhan gedung yang baru saja meledak. Semburan api masih terlihat dari jauh, membakar apa pun yang tersisa. Semua orang di dalam helikopter diam, tidak ada yang berbicara. Mereka masih terguncang oleh jebakan yang hampir saja menewaskan mereka. Namun, di tengah kesunyian itu, amarah Ferdy membara. Aldo, yang duduk di sebelahnya, menatap Ferdy dengan pandangan penuh keprihatinan. "Boss, kita harus menyusun ulang strategi. Mereka sudah tahu semua gerakan kita, dan ini bukan pertarungan biasa. Musuh kita kali ini jauh lebih licik."Ferdy mengangguk, meski pandangannya masih tertuju ke luar jendela. "Kita salah langkah, tapi ini belum berakhir. Mereka mungkin sudah menghancurkan markas kita, tapi mereka belum menghancurkan kita.""Bagaimana kita bisa melawan balik?" tanya Aldo, mencoba merencanakan langkah selanjutnya. "Mereka jelas lebih siap. Siapa pun yang memimpin mereka, tahu setiap gerakan kita dan bahkan ren

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 48 Rencana Terakhir

    Malam itu, Ferdy berdiri di balkon markas barunya. Pemandangan kota di bawahnya dipenuhi gemerlap lampu-lampu malam, tapi semuanya terasa jauh dan hampa. Di pikirannya, hanya ada satu nama: Erwin. Pertarungan ini bukan sekadar tentang kekuasaan atau uang lagi. Ini adalah pertarungan hidup dan mati, kehormatan, dan pembalasan dendam. Erwin telah menyerang tempat paling rapuh dalam kehidupannya, memporakporandakan fondasi kekuatan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun.Aldo muncul di belakangnya, berjalan dengan hati-hati. "Boss, semuanya sudah siap. Orang-orang kita sudah dikumpulkan. Kita hanya menunggu perintahmu."Ferdy mengangguk pelan. "Bagaimana dengan Erwin? Apakah kita sudah menemukan lokasi pastinya?"Aldo menyerahkan tablet berisi laporan terbaru dari tim intelijen mereka. "Kami baru saja mengonfirmasi keberadaannya di sebuah vila di pinggir kota. Tempat itu dijaga ketat, tapi tidak seketat yang biasanya. Sepertinya dia merasa aman di sana."Ferdy tersenyum tipis, meskip

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 49 Bayang bayang yang lebih besar

    Sinar pagi menembus jendela kaca besar di ruang kerja Ferdy. Suasana di dalam ruangan terasa berat, seolah udara pun tak ingin bergerak. Meskipun Erwin sudah tak lagi menjadi ancaman, bayang-bayang yang ditinggalkan oleh kata-kata terakhirnya masih menghantui Ferdy. Kalimat yang diucapkan Erwin sebelum kematiannya, "Aku hanya pion kecil," terus bergema di pikirannya. Ferdy merasakan ada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang belum ia sadari selama ini.Aldo mengetuk pintu dan masuk dengan ekspresi serius. "Bos, semua sudah beres. Vila Erwin sudah kita kuasai sepenuhnya, dan orang-orangnya menyerah tanpa banyak perlawanan."Ferdy hanya mengangguk, matanya masih tertuju pada jendela, tapi pikirannya melayang jauh. "Apa yang kita dapatkan dari tempat itu? Apakah ada informasi yang berguna?"Aldo menyerahkan sebuah map tebal berisi laporan. "Kami menemukan beberapa dokumen keuangan dan catatan transaksi. Tapi ada sesuatu yang aneh. Kami menemukan sebuah catatan pribadi milik Erwin yang me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 50 Di Ambang Bahaya

    Ferdy berdiri di depan jendela ruang kerjanya, menatap langit malam yang tampak tenang di luar. Namun, di dalam dirinya, badai kegelisahan tak henti-hentinya berkecamuk. Sudah beberapa hari berlalu sejak insiden di gudang tua itu. Sumber informasi mereka yang berharga telah tewas tepat di depan matanya, dan kini Daniel Wong masih berada dalam bayang-bayang, tak tersentuh. Ferdy tahu, waktu semakin menipis, dan Daniel bukanlah sosok yang akan menunggu dalam diam.Aldo masuk dengan wajah tegang, mengganggu lamunan Ferdy. “Bos, kita sudah coba menghubungi beberapa kontak, tapi sepertinya mereka semua mulai takut. Nama Daniel Wong terus membuat mereka enggan bicara.”Ferdy menoleh, menghela napas panjang. “Takut?” gumamnya. “Dia pasti memegang sesuatu yang membuat mereka tunduk.”“Sepertinya begitu,” jawab Aldo dengan nada khawatir. “Orang-orang mulai mundur, bahkan yang dulu setia pada kita. Sepertinya pengaruh Daniel sudah lebih dalam dari yang kita duga.”Ferdy mendengarkan dengan saks

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 51 Jeratan yang mengencang

    Keesokan harinya, Ferdy duduk di ruang kerja dengan peta besar yang terbentang di mejanya. Di hadapannya, tanda merah kecil menunjukkan lokasi rumah aman tempat saudara perempuan Daniel Wong tinggal. Itu adalah informasi yang berharga, tetapi Ferdy tahu bahwa memanfaatkannya tidak akan semudah yang terlihat. Aldo dan beberapa orang kepercayaannya berkumpul di sekelilingnya, semua dengan ekspresi serius."Kita tidak bisa masuk begitu saja ke rumah itu," kata Aldo sambil menunjuk peta. "Ini bukan rumah biasa. Keamanan di sana seperti benteng. Bahkan jika kita berhasil masuk, kita akan ketahuan sebelum mencapai target."Ferdy mengangguk pelan, memahami risiko yang ada. "Tapi kita juga tidak bisa menunggu. Daniel akan terus bergerak, dan kita harus lebih cepat dari dia."Salah satu anak buah Ferdy, Rudi, angkat bicara. "Mungkin kita bisa mencoba taktik lain. Bukan tentang menyerang, tapi tentang membuat saudara perempuannya keluar. Kita bisa menciptakan situasi yang memaksanya untuk menin

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 52 Langkah Terakhir

    Malam itu, Ferdy tidak bisa tidur. Pikiran tentang bagaimana Daniel Wong sudah mengetahui rencananya membuatnya terjaga. Dia tahu bahwa waktunya hampir habis. Daniel tidak akan memberikan ruang bagi Ferdy untuk bergerak bebas lagi. Jika mereka tidak segera bertindak, segalanya akan runtuh di hadapannya.Pagi menjelang, sinar matahari mulai menerangi ruangan kerja Ferdy. Dia masih duduk di kursi, memandangi peta yang terbentang di depannya. Aldo dan beberapa orang lainnya akan datang sebentar lagi untuk membahas rencana baru. Namun, sebelum mereka sampai, Ferdy tahu bahwa dia harus membuat keputusan penting.Liza masuk ke ruang kerja dengan secangkir kopi, menatap suaminya yang terlihat lebih lelah dari biasanya. Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya meletakkan kopi di meja dan duduk di seberang Ferdy.“Kau sudah tahu apa yang akan kau lakukan?” tanya Liza lembut, nada suaranya penuh perhatian.Ferdy mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari peta. “Aku tidak punya banyak pilihan lag

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 53 Pertaruhan Terbesar

    Pagi itu, matahari belum sepenuhnya muncul di ufuk timur ketika Ferdy bangun dari tidurnya. Malam sebelumnya begitu gelisah, tetapi dia berhasil tertidur beberapa jam sebelum rencana besar mereka dimulai. Hari ini adalah hari yang telah mereka tunggu-tunggu, hari di mana semua pertaruhan besar ini akan dijalankan. Tidak ada ruang untuk kesalahan.Ferdy turun ke dapur, di mana Liza sudah menyiapkan sarapan sederhana. Meski situasinya begitu mencekam, Liza tetap menjaga rutinitas pagi mereka tetap normal. Seolah dengan begitu, mereka bisa menjaga kewarasan di tengah badai yang akan datang."Apakah kau yakin dengan semua ini?" Liza bertanya, suaranya lembut tapi sarat dengan kekhawatiran.Ferdy duduk dan mengambil cangkir kopi yang telah disiapkan istrinya. "Aku harus yakin. Ini satu-satunya jalan yang tersisa. Jika tidak sekarang, kita akan kehilangan segalanya."Liza menatap suaminya dengan tatapan penuh kasih. Dia tahu Ferdy selalu berusaha melindungi mereka, tetapi harga yang harus d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 54 Bayangan Balas Dendam

    Pagi itu, Ferdy duduk diam di kantornya yang sunyi. Kegagalan operasi Aldo menyisakan luka dalam yang tak bisa diabaikan. Aldo telah mengorbankan dirinya untuk memastikan anggota tim yang lain bisa keluar hidup-hidup, tetapi Ferdy tahu bahwa itu tidak cukup untuk menutupi kekalahan yang mereka alami. Daniel Wong menang kali ini, dan konsekuensinya jauh lebih besar dari yang dia duga.Ferdy menatap sekeliling ruangannya. Semuanya terasa begitu hampa, seolah udara dipenuhi oleh penyesalan dan keputusasaan. Sebagian anak buahnya mulai meragukan kemampuannya sebagai pemimpin. Mereka membutuhkan kemenangan, dan Ferdy harus memberikan itu kepada mereka, tidak peduli apa pun caranya.Saat itulah Rudi masuk ke ruangan, wajahnya menegang. "Ferdy, kita harus bicara."Ferdy mendongak, lalu menghela napas panjang. "Ada kabar apa lagi?"Rudi berjalan mendekat, membawa berkas di tangannya. "Daniel Wong tidak akan berhenti di sini. Dia mulai mengincar bisnis-bisnis kecil kita di sekitar kota. Dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23

Bab terbaru

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 107: Babak Baru Kehidupan

    Matahari pagi bersinar lembut di atas desa, memberikan kehangatan yang meresap ke hati setiap penduduk. Hari itu terasa berbeda, lebih tenang, tetapi juga lebih penuh harapan. Pusat pembelajaran yang telah dibangun dengan kerja keras menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang Laras dan Rizal bersama komunitas desa. Namun, meski proyek besar itu telah selesai, perjalanan hidup mereka masih jauh dari kata usai.Hari itu, Laras dan Rizal memutuskan untuk memulai rapat kecil dengan para pengurus pusat pembelajaran. Ada banyak hal yang harus mereka bahas, dari jadwal pelatihan hingga pengelolaan perpustakaan. Mereka ingin memastikan bahwa tempat itu terus berkembang dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.“Aku berpikir untuk mengadakan pelatihan komputer,” ujar Rizal di tengah diskusi. “Kita bisa mulai dari hal-hal dasar seperti mengetik dan menggunakan internet. Ini akan membantu mereka terhubung dengan dunia luar.”Laras mengangguk setuju. “Itu ide bagus. Selain itu, kita juga bisa

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 106: Cahaya Baru di Ujung Perjalanan

    Setelah lahan untuk pusat pembelajaran resmi menjadi milik komunitas, Laras dan Rizal tidak membuang waktu untuk memulai pembangunan fasilitas permanen. Sebuah rapat besar diadakan di balai desa, melibatkan penduduk, relawan, dan pemuda desa untuk berdiskusi tentang rencana dan desain pusat pembelajaran baru.“Ini adalah milik kita bersama,” kata Laras membuka rapat. “Kami ingin mendengar pendapat kalian tentang apa yang dibutuhkan agar tempat ini menjadi rumah bagi pendidikan dan perkembangan desa.”Beberapa orang mulai memberikan ide-ide mereka. Siti, seorang ibu muda yang sering mengikuti kegiatan belajar-mengajar, mengusulkan adanya ruang khusus bagi ibu-ibu untuk belajar keterampilan baru.“Kami butuh sesuatu yang bisa membantu kami menambah penghasilan,” katanya dengan semangat.“Setuju,” sahut Pak Hadi, seorang petani setempat. “Kalau bisa, ada juga pelatihan teknologi pertanian modern.”Rizal mencatat semua usulan itu. Ia menambahkan, “Kita juga bisa membangun perpustakaan kec

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 105: Keteguhan Hati di Tengah Perubahan

    Setelah kembali dari desa terpencil, Laras dan Rizal memulai babak baru dalam perjuangan mereka. Program pendidikan yang mereka bangun di sana mulai menunjukkan hasil. Berbagai laporan dari tim lapangan mengabarkan bahwa anak-anak semakin semangat belajar, para pemuda mulai mengajukan ide-ide untuk memperbaiki desa, dan komunitas menjadi lebih solid.Namun, kabar baik itu tidak berarti tanpa tantangan. Saat Laras dan Rizal duduk di ruang kerja mereka di kantor kecil Rumah Kita, telepon berdering.“Laras, kita punya masalah besar,” suara Maya, salah satu relawan senior mereka, terdengar di ujung telepon.Laras langsung merasa waspada. “Apa yang terjadi, Maya?”“Lahan yang kita gunakan untuk pusat pembelajaran sementara di desa itu ternyata akan dijual oleh pemiliknya. Kalau tidak segera bertindak, kita bisa kehilangan tempat itu,” jelas Maya dengan nada cemas.Rizal, yang mendengar percakapan itu, langsung menegakkan tubuhnya. “Apa kita tahu siapa pemiliknya?” tanyanya setelah Laras me

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 104: Cahaya Baru di Tengah Perjuangan

    Pagi itu, Laras dan Rizal sibuk mempersiapkan keberangkatan mereka ke salah satu wilayah terpencil yang akan menjadi lokasi program pendidikan baru dari Rumah Kita. Dengan dana hasil penggalangan festival seni yang sukses besar, mereka kini bisa merealisasikan rencana untuk membangun pusat pembelajaran di sana.“Semua barang sudah masuk ke mobil, kan?” tanya Laras sambil memeriksa daftar logistik di tangannya.“Sudah, semuanya lengkap,” jawab Rizal sambil memastikan tenda portabel dan peralatan belajar sudah diangkut.Perjalanan kali ini memiliki arti yang sangat mendalam bagi mereka. Bukan hanya sebagai upaya untuk memperluas misi mereka, tetapi juga untuk mendekatkan diri kepada masyarakat yang akan mereka bantu.---Setelah menempuh perjalanan enam jam yang penuh tantangan, mulai dari jalanan yang berlumpur hingga tanjakan curam, akhirnya mereka tiba di desa kecil di kaki bukit. Desa itu tampak sederhana, dengan rumah-rumah dari kayu dan atap seng yang terlihat sudah tua.“Selamat

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 103: Langkah Pertama Menuju Impian Baru

    Hari itu, Laras dan Rizal memulai pagi dengan semangat baru. Setelah resmi bertunangan, mereka merasa hubungan mereka semakin kuat. Namun, baik Laras maupun Rizal tahu bahwa cinta saja tidak cukup. Mereka memiliki tanggung jawab besar, tidak hanya pada satu sama lain tetapi juga pada visi mereka untuk mengembangkan Rumah Kita."Jadi, apa langkah kita berikutnya?" tanya Rizal sambil menyeruput kopi paginya.Laras memandang papan tulis kecil di dinding dapur, di mana mereka sering menuliskan rencana mingguan. "Aku pikir kita harus fokus pada ekspansi program pendidikan kita. Ada banyak anak di daerah terpencil yang belum terjangkau."Rizal mengangguk setuju. "Aku setuju. Tapi untuk itu, kita butuh lebih banyak dana dan mitra yang kuat. Kita bisa menghubungi beberapa organisasi yang kita temui saat acara sosial bulan lalu."Laras tersenyum. "Kita bisa melakukannya bersama. Kita sudah pernah menghadapi tantangan besar sebelumnya, dan aku yakin kita bisa melakukannya lagi."---Sore hariny

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 102: Cinta yang Kembali Bersemi

    Pagi itu, langit cerah, dan sinar matahari yang hangat menyelinap melalui jendela kamar Laras. Ia bangun dengan perasaan lega setelah malam panjang yang penuh kenangan indah. Hari sebelumnya adalah salah satu pencapaian terbesar dalam hidupnya, tetapi ia tahu bahwa perjalanan hidupnya masih panjang.Setelah menyelesaikan rutinitas paginya, Laras turun ke dapur. Aroma kopi yang baru diseduh memenuhi udara. Rizal sudah ada di sana, sibuk menyiapkan sarapan sederhana."Selamat pagi," sapa Rizal dengan senyum lebar."Selamat pagi," balas Laras sambil duduk di meja. "Kamu bangun lebih pagi hari ini.""Aku hanya ingin memastikan kamu memulai harimu dengan baik," jawab Rizal.Laras tersenyum. Ada sesuatu yang berbeda pada Rizal pagi itu, seolah-olah ia menyimpan sesuatu yang ingin disampaikan. Namun, Rizal hanya menyajikan sarapan dan mengobrol ringan seperti biasa.---Beberapa jam kemudian, Laras menerima panggilan dari salah satu mitra kerja Rumah Kita. Mereka mendiskusikan peluang untuk

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 101: Sebuah Akhir yang Baru

    Hari itu, Laras berdiri di depan balkon rumahnya yang menghadap taman kecil yang baru saja ditata ulang. Angin pagi yang sejuk menyentuh wajahnya, membawa aroma segar dari bunga-bunga yang baru mekar. Ia merasa tenang, meskipun hatinya dipenuhi oleh berbagai emosi.Beberapa bulan terakhir adalah perjalanan yang luar biasa. Dari kesedihan mendalam hingga kebahagiaan yang kini perlahan ia temukan. Laras tidak menyangka bahwa hidupnya akan sampai di titik ini, titik di mana ia merasa kuat, dihargai, dan dicintai.Pagi itu, Rizal datang dengan membawa kopi hangat dan senyum khasnya. "Sudah siap untuk hari ini?" tanyanya sambil menyerahkan secangkir kopi kepada Laras.Laras tersenyum, mengangguk pelan. "Aku siap. Meskipun aku masih sedikit gugup."Rizal tertawa kecil. "Tidak perlu gugup. Kamu sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Hari ini hanya perayaan kecil untuk semua yang telah kamu capai."Hari itu adalah hari peresmian program pelatihan daring yang dikembangkan oleh tim Laras. P

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 100: Awal dari Kebahagiaan Baru

    Hari itu adalah hari yang sangat dinanti di Rumah Kita. Laras berdiri di depan aula besar yang sudah dihias dengan sederhana namun elegan. Hari ini adalah acara kelulusan angkatan pertama peserta pelatihan. Ia merasa bangga sekaligus haru melihat perjalanan mereka selama beberapa bulan terakhir.Para peserta, yang dulunya datang dengan berbagai cerita dan latar belakang menyedihkan, kini berdiri dengan penuh percaya diri. Mereka telah menemukan tujuan baru dalam hidup mereka, berkat program ini. Laras memandang mereka dengan senyum lebar, merasa perjuangannya selama ini tidak sia-sia.Ketika waktu menunjukkan pukul 10 pagi, Rizal mengambil alih mikrofon untuk membuka acara. Pria itu mengenakan setelan jas yang rapi, namun tetap menampilkan senyum ramahnya.“Selamat pagi semuanya,” sapa Rizal. “Hari ini adalah momen spesial bagi kita semua. Kita tidak hanya merayakan keberhasilan program pelatihan ini, tetapi juga keberanian dan kerja keras setiap peserta yang telah berjuang untuk mera

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 99: Langkah Awal untuk Harapan Baru

    Pagi itu, Laras membuka matanya dengan perasaan lebih ringan dari sebelumnya. Udara pagi yang segar membawa aroma embun yang menenangkan. Ia menatap keluar jendela, melihat mentari yang mulai menyinari dunia perlahan. Hari itu, ia memutuskan untuk memulai sesuatu yang baru—bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang ia sayangi.Setelah bersiap-siap, Laras menuju kafe lebih awal. Ia tahu bahwa pekerjaan di Rumah Kita masih banyak, terutama untuk persiapan program pelatihan tahap kedua. Semangatnya terasa lebih membara setelah suksesnya acara semalam. Ia ingin memastikan bahwa program ini terus berkembang, menyentuh lebih banyak kehidupan yang membutuhkan.Di kafe, Laras menemukan Bima sudah duduk di salah satu meja dengan laptop terbuka. Anak itu tampak fokus bekerja, matanya berbinar dengan semangat muda yang menular.“Pagi, Bima,” sapa Laras sambil menuangkan kopi untuk dirinya sendiri.“Pagi, Kak Laras,” jawab Bima dengan senyum lebar. “Aku sedang mencoba m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status