Share

Bab 48 Rencana Terakhir

last update Last Updated: 2024-10-17 07:59:51

Malam itu, Ferdy berdiri di balkon markas barunya. Pemandangan kota di bawahnya dipenuhi gemerlap lampu-lampu malam, tapi semuanya terasa jauh dan hampa. Di pikirannya, hanya ada satu nama: Erwin. Pertarungan ini bukan sekadar tentang kekuasaan atau uang lagi. Ini adalah pertarungan hidup dan mati, kehormatan, dan pembalasan dendam. Erwin telah menyerang tempat paling rapuh dalam kehidupannya, memporakporandakan fondasi kekuatan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun.

Aldo muncul di belakangnya, berjalan dengan hati-hati. "Boss, semuanya sudah siap. Orang-orang kita sudah dikumpulkan. Kita hanya menunggu perintahmu."

Ferdy mengangguk pelan. "Bagaimana dengan Erwin? Apakah kita sudah menemukan lokasi pastinya?"

Aldo menyerahkan tablet berisi laporan terbaru dari tim intelijen mereka. "Kami baru saja mengonfirmasi keberadaannya di sebuah vila di pinggir kota. Tempat itu dijaga ketat, tapi tidak seketat yang biasanya. Sepertinya dia merasa aman di sana."

Ferdy tersenyum tipis, meskip
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 49 Bayang bayang yang lebih besar

    Sinar pagi menembus jendela kaca besar di ruang kerja Ferdy. Suasana di dalam ruangan terasa berat, seolah udara pun tak ingin bergerak. Meskipun Erwin sudah tak lagi menjadi ancaman, bayang-bayang yang ditinggalkan oleh kata-kata terakhirnya masih menghantui Ferdy. Kalimat yang diucapkan Erwin sebelum kematiannya, "Aku hanya pion kecil," terus bergema di pikirannya. Ferdy merasakan ada sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang belum ia sadari selama ini.Aldo mengetuk pintu dan masuk dengan ekspresi serius. "Bos, semua sudah beres. Vila Erwin sudah kita kuasai sepenuhnya, dan orang-orangnya menyerah tanpa banyak perlawanan."Ferdy hanya mengangguk, matanya masih tertuju pada jendela, tapi pikirannya melayang jauh. "Apa yang kita dapatkan dari tempat itu? Apakah ada informasi yang berguna?"Aldo menyerahkan sebuah map tebal berisi laporan. "Kami menemukan beberapa dokumen keuangan dan catatan transaksi. Tapi ada sesuatu yang aneh. Kami menemukan sebuah catatan pribadi milik Erwin yang me

    Last Updated : 2024-10-17
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 50 Di Ambang Bahaya

    Ferdy berdiri di depan jendela ruang kerjanya, menatap langit malam yang tampak tenang di luar. Namun, di dalam dirinya, badai kegelisahan tak henti-hentinya berkecamuk. Sudah beberapa hari berlalu sejak insiden di gudang tua itu. Sumber informasi mereka yang berharga telah tewas tepat di depan matanya, dan kini Daniel Wong masih berada dalam bayang-bayang, tak tersentuh. Ferdy tahu, waktu semakin menipis, dan Daniel bukanlah sosok yang akan menunggu dalam diam.Aldo masuk dengan wajah tegang, mengganggu lamunan Ferdy. “Bos, kita sudah coba menghubungi beberapa kontak, tapi sepertinya mereka semua mulai takut. Nama Daniel Wong terus membuat mereka enggan bicara.”Ferdy menoleh, menghela napas panjang. “Takut?” gumamnya. “Dia pasti memegang sesuatu yang membuat mereka tunduk.”“Sepertinya begitu,” jawab Aldo dengan nada khawatir. “Orang-orang mulai mundur, bahkan yang dulu setia pada kita. Sepertinya pengaruh Daniel sudah lebih dalam dari yang kita duga.”Ferdy mendengarkan dengan saks

    Last Updated : 2024-10-17
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 51 Jeratan yang mengencang

    Keesokan harinya, Ferdy duduk di ruang kerja dengan peta besar yang terbentang di mejanya. Di hadapannya, tanda merah kecil menunjukkan lokasi rumah aman tempat saudara perempuan Daniel Wong tinggal. Itu adalah informasi yang berharga, tetapi Ferdy tahu bahwa memanfaatkannya tidak akan semudah yang terlihat. Aldo dan beberapa orang kepercayaannya berkumpul di sekelilingnya, semua dengan ekspresi serius."Kita tidak bisa masuk begitu saja ke rumah itu," kata Aldo sambil menunjuk peta. "Ini bukan rumah biasa. Keamanan di sana seperti benteng. Bahkan jika kita berhasil masuk, kita akan ketahuan sebelum mencapai target."Ferdy mengangguk pelan, memahami risiko yang ada. "Tapi kita juga tidak bisa menunggu. Daniel akan terus bergerak, dan kita harus lebih cepat dari dia."Salah satu anak buah Ferdy, Rudi, angkat bicara. "Mungkin kita bisa mencoba taktik lain. Bukan tentang menyerang, tapi tentang membuat saudara perempuannya keluar. Kita bisa menciptakan situasi yang memaksanya untuk menin

    Last Updated : 2024-10-19
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 52 Langkah Terakhir

    Malam itu, Ferdy tidak bisa tidur. Pikiran tentang bagaimana Daniel Wong sudah mengetahui rencananya membuatnya terjaga. Dia tahu bahwa waktunya hampir habis. Daniel tidak akan memberikan ruang bagi Ferdy untuk bergerak bebas lagi. Jika mereka tidak segera bertindak, segalanya akan runtuh di hadapannya.Pagi menjelang, sinar matahari mulai menerangi ruangan kerja Ferdy. Dia masih duduk di kursi, memandangi peta yang terbentang di depannya. Aldo dan beberapa orang lainnya akan datang sebentar lagi untuk membahas rencana baru. Namun, sebelum mereka sampai, Ferdy tahu bahwa dia harus membuat keputusan penting.Liza masuk ke ruang kerja dengan secangkir kopi, menatap suaminya yang terlihat lebih lelah dari biasanya. Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya meletakkan kopi di meja dan duduk di seberang Ferdy.“Kau sudah tahu apa yang akan kau lakukan?” tanya Liza lembut, nada suaranya penuh perhatian.Ferdy mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari peta. “Aku tidak punya banyak pilihan lag

    Last Updated : 2024-10-19
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 53 Pertaruhan Terbesar

    Pagi itu, matahari belum sepenuhnya muncul di ufuk timur ketika Ferdy bangun dari tidurnya. Malam sebelumnya begitu gelisah, tetapi dia berhasil tertidur beberapa jam sebelum rencana besar mereka dimulai. Hari ini adalah hari yang telah mereka tunggu-tunggu, hari di mana semua pertaruhan besar ini akan dijalankan. Tidak ada ruang untuk kesalahan.Ferdy turun ke dapur, di mana Liza sudah menyiapkan sarapan sederhana. Meski situasinya begitu mencekam, Liza tetap menjaga rutinitas pagi mereka tetap normal. Seolah dengan begitu, mereka bisa menjaga kewarasan di tengah badai yang akan datang."Apakah kau yakin dengan semua ini?" Liza bertanya, suaranya lembut tapi sarat dengan kekhawatiran.Ferdy duduk dan mengambil cangkir kopi yang telah disiapkan istrinya. "Aku harus yakin. Ini satu-satunya jalan yang tersisa. Jika tidak sekarang, kita akan kehilangan segalanya."Liza menatap suaminya dengan tatapan penuh kasih. Dia tahu Ferdy selalu berusaha melindungi mereka, tetapi harga yang harus d

    Last Updated : 2024-10-19
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 54 Bayangan Balas Dendam

    Pagi itu, Ferdy duduk diam di kantornya yang sunyi. Kegagalan operasi Aldo menyisakan luka dalam yang tak bisa diabaikan. Aldo telah mengorbankan dirinya untuk memastikan anggota tim yang lain bisa keluar hidup-hidup, tetapi Ferdy tahu bahwa itu tidak cukup untuk menutupi kekalahan yang mereka alami. Daniel Wong menang kali ini, dan konsekuensinya jauh lebih besar dari yang dia duga.Ferdy menatap sekeliling ruangannya. Semuanya terasa begitu hampa, seolah udara dipenuhi oleh penyesalan dan keputusasaan. Sebagian anak buahnya mulai meragukan kemampuannya sebagai pemimpin. Mereka membutuhkan kemenangan, dan Ferdy harus memberikan itu kepada mereka, tidak peduli apa pun caranya.Saat itulah Rudi masuk ke ruangan, wajahnya menegang. "Ferdy, kita harus bicara."Ferdy mendongak, lalu menghela napas panjang. "Ada kabar apa lagi?"Rudi berjalan mendekat, membawa berkas di tangannya. "Daniel Wong tidak akan berhenti di sini. Dia mulai mengincar bisnis-bisnis kecil kita di sekitar kota. Dalam

    Last Updated : 2024-10-23
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 55 Pertempuran di Titik Nol

    Ferdy duduk diam di ruangannya, tatapannya mengarah ke luar jendela. Langit malam dipenuhi awan hitam yang menggantung rendah, seolah-olah menggambarkan suasana hatinya yang sedang terperangkap dalam gelap. Setelah beberapa minggu penuh ketegangan, akhirnya dia dan Daniel Wong berada di ambang pertempuran terbesar yang akan menentukan nasib mereka.Selama beberapa hari terakhir, Ferdy dan anak buahnya terus memukul balik kekuatan Daniel. Mereka menghancurkan gudang senjata, memutus jalur distribusi, dan membungkam banyak informan penting Daniel. Namun, Ferdy tahu itu hanyalah langkah awal. Sebuah langkah yang telah memicu kemarahan besar di pihak lawan. Daniel tidak akan diam saja menerima pukulan ini. Dia pasti akan merespons dengan serangan yang jauh lebih mematikan.Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka, dan Rudi masuk dengan wajah tegang. "Kita dapat kabar, Ferdy. Daniel sedang mengumpulkan pasukannya. Sepertinya mereka akan melancarkan serangan balasan besar-besaran malam ini."Ferd

    Last Updated : 2024-10-23
  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 56 Menyusun kembali kepingan

    Pagi hari itu terasa hening. Setelah malam yang penuh dengan kegemparan, kota perlahan-lahan kembali pulih, meski jejak pertempuran semalam masih tampak jelas. Orang-orang yang mengetahui siapa Daniel Wong dan bagaimana kekuasaannya berakhir mulai berbicara secara berbisik, takut jika bayang-bayang pria itu masih ada di sudut kota. Namun, mereka tidak tahu bahwa Ferdy dan timnya telah menyingkirkan ancaman terbesar mereka untuk selamanya.Ferdy duduk di meja makan kecil di apartemennya. Wajahnya tampak letih, tapi di balik kelelahan itu, ada perasaan lega yang sulit dijelaskan. Piring sarapan di depannya masih utuh—dia tidak lapar, tapi lebih karena pikirannya masih penuh dengan hal-hal yang belum selesai.Rudi masuk ke ruang makan dengan membawa beberapa dokumen. "Kabar dari lapangan, bos. Beberapa orang Daniel sudah menyerah. Sisanya mencoba kabur, tapi kita sudah kirim tim untuk melacak mereka."Ferdy mengangguk pelan, pandangannya tetap lurus ke depan. "Bagaimana dengan orang-oran

    Last Updated : 2024-10-23

Latest chapter

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 98 Harapan yang mulai menyala

    Laras bangun pagi itu dengan perasaan campur aduk. Udara dingin menyejukkan kamar tidurnya, tetapi pikirannya terus mengulang percakapan semalam dengan Rizal. Kata-kata pria itu bergaung di kepalanya, membawa kehangatan sekaligus kebingungan.Setelah mencuci muka dan menyeduh secangkir kopi, Laras duduk di balkon kecil rumahnya. Pemandangan jalanan yang mulai ramai tidak cukup untuk mengalihkan pikirannya. Hubungan profesionalnya dengan Rizal selama ini selalu menyenangkan, tetapi ia tidak pernah membayangkan bahwa ada perasaan lain yang berkembang di antara mereka.Laras menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia sadar bahwa perasaan Rizal tulus, tetapi ia takut untuk melangkah terlalu cepat. Luka lama di hatinya belum sepenuhnya sembuh, dan ia tidak ingin mengambil risiko tanpa kepastian.“Laras, fokus,” gumamnya pada diri sendiri. Ia memutuskan untuk mengalihkan perhatian dengan bekerja. Program pelatihan di Rumah Kita adalah prioritasnya saat ini.---Hari itu, Laras tiba

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 97 Jejak baru di masa depan

    Matahari pagi menyinari jendela besar di ruang tengah Rumah Kita, menciptakan pola cahaya yang indah di lantai kayu. Laras duduk di salah satu meja, memandangi daftar acara yang telah direncanakan untuk bulan depan. Kafe ini telah menjadi tempat yang tidak hanya menyatukan komunitas, tetapi juga memberi makna baru dalam hidupnya.Kegiatan sehari-hari di kafe selalu membuat Laras sibuk, tetapi hari ini terasa berbeda. Ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya, seperti firasat baik yang tak bisa ia jelaskan. Suara pintu yang berderit menarik perhatiannya. Seorang pria masuk, membawa sebuah kotak besar di tangannya."Laras, ini pesanannya," kata Rizal sambil tersenyum lebar."Oh, Rizal! Terima kasih sudah mengantar," jawab Laras, berdiri untuk membantu.Rizal meletakkan kotak itu di meja dekat dapur, lalu duduk di kursi di depan Laras. "Kamu kelihatan sibuk. Semua berjalan lancar, kan?""Lancar, tentu saja," jawab Laras. "Tapi aku selalu merasa ada yang kurang. Aku ingin melakukan leb

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 96 Awal yang baru

    Pagi itu, Laras bangun dengan perasaan ringan. Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, ia merasa benar-benar bebas. Udara pagi yang segar menyusup melalui jendela yang terbuka, membawa aroma bunga melati dari halaman belakang. Ia berdiri di depan cermin, melihat pantulan dirinya yang tampak lebih ceria.Ia mengambil surat balasannya kepada Arman yang masih tergeletak di meja. Dalam hati, ia bertanya-tanya apakah surat itu benar-benar perlu dikirim. Namun, setelah beberapa saat merenung, Laras memutuskan untuk tidak mengirimkannya. Baginya, menuliskan perasaan itu sudah cukup. Itu adalah caranya untuk menutup lembaran lama tanpa harus menggali luka yang telah ia sembuhkan.Laras mengambil amplop itu, merobeknya menjadi potongan kecil, lalu membuangnya ke tempat sampah. "Ini adalah akhir," gumamnya pada diri sendiri, "dan juga awal yang baru."---Hari itu, Laras memutuskan untuk mengunjungi kantor barunya. Setelah lama mempertimbangkan, ia akhirnya membuka usaha kecil yang

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 95 Langkah awal untuk kebahagiaan baru

    Hari itu dimulai dengan sinar matahari yang cerah, seolah menyambut kehidupan baru yang siap dijalani Laras. Ia bangun lebih pagi dari biasanya, menyeduh kopi hangat, dan menikmati suasana rumah yang sunyi. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, rasa tenang yang belum pernah ia rasakan selama ini.Di ruang tamunya, surat dari Arman masih tergeletak di meja. Laras menatapnya sebentar, berpikir apakah ia harus melakukan sesuatu terhadap surat itu. Namun, ia tahu bahwa keputusan besar tidak boleh diambil tergesa-gesa.Sambil menghirup kopinya, Laras memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar komplek. Ia ingin menyegarkan pikiran dan merasakan udara pagi yang menyegarkan. Saat melangkah keluar, ia melihat tetangganya, Bu Rina, sedang menyiram tanaman di halaman.“Pagi, Laras! Wah, sudah jarang sekali lihat kamu keluar pagi-pagi begini,” sapa Bu Rina dengan senyuman ramah.Laras tersenyum balik. “Iya, Bu. Lagi ingin menikmati udara pagi saja.”“Kamu kelihatan lebih segar sekarang. Ada kab

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 94: Cahaya menuju terowongan

    Hari itu, Laras duduk di ruang kerjanya dengan senyum yang tak bisa ia sembunyikan. Semua yang ia rencanakan, yang ia perjuangkan selama ini, mulai menunjukkan hasil. Namun, hari ini bukan hanya tentang pekerjaan. Ada sesuatu yang lebih pribadi, sesuatu yang sudah lama ia nantikan.“Bu Laras, ini dokumen yang perlu tanda tangan Anda,” ujar Dani, asistennya, sembari menyerahkan setumpuk berkas.“Terima kasih, Dani. Bisa kamu tinggalkan di sini? Aku akan periksa sebentar lagi,” jawab Laras dengan nada lembut.Dani mengangguk sebelum keluar, meninggalkan Laras sendiri. Laras menarik napas panjang, menatap dokumen-dokumen itu sejenak, lalu memindahkan pandangannya ke foto keluarganya di atas meja. Foto itu adalah pengingat tentang bagaimana perjalanan hidupnya dimulai.---Pukul lima sore, Laras meninggalkan kantornya lebih awal dari biasanya. Mobilnya melaju perlahan melewati jalanan kota yang mulai dipadati kendaraan. Tujuannya kali ini adalah sebuah panti asuhan di pinggiran kota, temp

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 93 Akhir Dari Perjalanan Lama, Awal Harapan Baru

    Sinar matahari pagi menembus jendela ruang kerja Laras. Meja kayu besar di depannya dipenuhi berkas-berkas yang tersusun rapi. Hari itu, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Setelah sekian lama menghadapi badai dan perjuangan tanpa henti, hari ini ia merasa lebih ringan. Namun, bukan karena pekerjaannya berkurang, melainkan karena keyakinan bahwa langkah-langkah yang ia ambil sudah berada di jalur yang benar.“Bu Laras, rapat dengan investor akan dimulai 30 menit lagi,” ujar Dani setelah mengetuk pintu.“Terima kasih, Dani. Tolong pastikan semuanya sudah siap,” jawab Laras dengan senyuman.Sejak proyek pendidikan untuk anak-anak kurang mampu diluncurkan, Laras semakin sibuk. Namun, ia menyukai kesibukan itu. Setiap laporan tentang anak-anak yang kini mendapatkan akses pendidikan layak menjadi sumber semangat baru baginya. Laras merasa, untuk pertama kalinya, perusahaan yang ia pimpin bukan hanya tentang keuntungan, tetapi juga tentang memberikan manfaat bagi banyak orang.---Di ru

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 92 Langkah awal menuju babak baru

    Pagi itu, mentari bersinar hangat, seolah memberikan semangat baru untuk memulai hari. Laras duduk di ruang kerjanya yang sekarang terasa lebih lapang dan terang, bukan hanya karena dekorasi barunya, tetapi juga karena beban yang perlahan mulai terangkat dari pundaknya. Kemenangan terakhir melawan Pak Rahmat telah memberikan angin segar bagi Laras dan timnya. Namun, ia tahu bahwa ini bukanlah akhir dari perjalanannya.Laras memandang papan strategi di depannya, yang penuh dengan catatan dan diagram rencana masa depan perusahaannya. Di sudut kanan papan, sebuah kalimat tertulis tebal: “Integritas adalah kekuatan.” Kalimat itu menjadi mantra yang terus ia ulang di tengah badai yang telah ia hadapi."Kita harus memastikan setiap langkah ke depan tidak hanya memperkuat bisnis ini, tapi juga berdampak positif pada masyarakat," gumamnya.---Dani mengetuk pintu sebelum masuk dengan setumpuk dokumen di tangannya. Wajahnya yang biasanya serius kini tampak lebih santai, bahkan dihiasi senyuman

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 91 Titik balik yang mengejutkan

    Pagi itu, udara terasa dingin, seperti memberikan pertanda akan sesuatu yang besar. Laras baru saja menyelesaikan rutinitas paginya ketika Dani masuk ke ruang kerjanya dengan wajah yang lebih serius dari biasanya."Ada apa, Dani?" tanya Laras, mencoba membaca raut wajahnya.Dani meletakkan sebuah map tebal di meja. "Ini hasil penyelidikan terakhir. Ada informasi yang sangat mengejutkan di dalamnya."Laras membuka map itu dengan hati-hati. Lembar demi lembar dokumen di dalamnya mengungkap jaringan rahasia yang selama ini tersembunyi, termasuk bukti bahwa Pak Rahmat tidak hanya menyabotase bisnisnya, tetapi juga melakukan penipuan besar-besaran terhadap beberapa perusahaan lain."Ini tidak mungkin," gumam Laras, matanya melebar saat membaca salah satu dokumen. "Jadi, dia bahkan menipu mitranya sendiri?""Benar," jawab Dani. "Dan ada sesuatu yang lebih mengejutkan lagi. Salah satu dokumen ini menunjukkan bahwa salah satu asetnya yang paling penting, perusahaan utama yang selama ini menda

  • Kebangkitan Mafia yang Dikhianati    Bab 90 Cahaya di ujung terowongan

    Pagi itu, Laras bangun dengan perasaan berbeda. Semalam, setelah berminggu-minggu menghadapi tekanan dari semua sisi, ia merasa ada secercah harapan. Bukti yang dikumpulkan dari pria misterius telah dikonsolidasikan, laporan hukum telah disusun, dan timnya mulai menatap ke depan dengan keyakinan baru. Namun, Laras tahu perjuangan ini belum selesai."Dani, apa ada kabar terbaru dari pihak berwenang?" tanya Laras saat mereka bertemu di ruang kerja.Dani mengangguk. "Mereka sudah mulai menyelidiki. Tapi, seperti yang kita duga, ini tidak akan berjalan mulus. Pak Rahmat punya koneksi kuat di berbagai institusi. Kita harus siap menghadapi serangan balik."Laras menghela napas. "Aku tahu. Kita juga harus memastikan bahwa mereka tidak bisa menyentuh kita dengan cara yang sama lagi."---Di tengah kesibukan itu, sebuah berita mengejutkan datang dari salah satu mitra lama mereka. "Laras, Pak Rahmat mulai bergerak menyerang kita secara terbuka," kata Mira saat memasuki ruangan dengan wajah tega

DMCA.com Protection Status