Dret, dret.Dari dalam saku celananya, ponsel Putra terus meraung dalam diam. Dengan tangan gemetar Putra merogoh ponselnya.Nama Hanna muncul di layarโsesuai tebakannya.Marcella mendongak, menatap Putra sambil menggigit bibir merahnya.โKamu mau angkat telepon itu atauโฆโPutra menahan napasnya dalam-dalam. Dia tidak boleh mendesah, sedikitpunโwalau itu mustahil karena belaian tangan Marcella hampir membuatnya melayang.โCe-Cella, lepaskanโฆ Kamu mabuk, Cellaโฆโ pinta Putra sambil memohon.Marcella menekan dada Putra dengan tubuhnya yang polos. Wangi manis wanita itu serta alkohol yang menguar dari mulut Marcella, entah kenapa malah membuat gairah Putra seakan meningkat.โSepertinya jantungmu berdetak begitu cepat, Masโฆโ desis Marcella. โAngkat saja telepon itu. Dari istrimu kan?โTubuh Putra masih mematung, sementara ponselnya terus bergetar.โAtauโฆ kamu biarkan saja telepon itu dan kita nikmati malam ini, Sayangโฆโ Marcella berbisik di telinga Putra. โIni kesempatanmu, Sayang. Kesempa
โMakasih ya Mas,โ Marcella tersenyum senang. Matanya berbinar melihat isi dalam kotak beludru itu, sebuah kalung emas. โAku seneng banget jadi istrimu!โKini kalung indah itu melingkar di leher Marcella.โAku yang seharusnya berterima kasih padamu, Sayang, karena kamu sudah memberikanku seorang anak yang lucu. Sekali lagi, happy birthday, Marcella-kuโฆโPutra mengangkat gelasnya dan bibir gelas mereka pun saling berdenting, merayakan hari kelahiran Marcella yang ke-30.โSayangโฆ aku belum boleh minum alkohol,โ keluh Marcella setelah menenggak air mineral di gelasnya, sementara Putra nampak menikmati wine. โTapi aku bersyukur sih, akhirnya setelah enam bulan, kita bisa dinner berdua lagi.โPutra mengangguk setuju. Pria itu tak menyangka punya anak ternyata serepot itu.Namun, untungnya mereka bisa menemukan nanny dan ART yang terpercaya. Jadi Jordan ada yang mengurus dan Marcella pun tidak terlalu kerepotan, walaupun enam bulan pertama setelah kelahiran Jordan, Marcella hanya bisa mengha
Petir menggelegar, menerangi malam yang pekat dalam sekejap.โHa-Hanna?โ Suara Marcella terdengar parau. Kelopak matanya terus saja mengerjap tidak percaya.Mata Hanna berkilat-kilat penuh amarah, memandangi Marcella, wanita penghancur rumah tangganya.Perlahan, Hanna bergerak mendekat.โE-enggak mungkinโฆ kamu sudah mati, Hanna. Sudah mati!โ Pekik Marcella. Tubuhnya gemetar hebat. โAaa!โSeketika Marcella tersungkur karena dorongan Hanna yang tiba-tiba. Payungnya terlempar sehingga tubuhnya basah.Secepat kilat, Hanna menerjang tubuh Marcella, menekannya dengan kuat.Di tengah guyuran hujan yang semakin deras, Hanna mencekik leher Marcella.โTo-Tolongโฆโ suara Marcella terbata.Hanna menyeringai. โPercuma, Marcella. Suaramu tertelan hujan.โโArghโฆ b-brengsek! Lepas-lepaskan aku! Kamu sudah mati!โ Marcella berusaha melepas kuncian Hanna pada tubuhnya.Namun semuanya sia-sia, karena tubuh Marcella melemas seiring dengan asupan oksigen ke otaknya yang tertahan.โAku masih hidup, Marcella.
“Gimana wawancaranya tadi? Lancar?” Tanya Putra di mobil saat meraka dalam perjalanan pulang.“Ya, tinggal tunggu offering letter-nya aja. Kata HR dalam tiga hari ke depan,” balas Marcella sambil menatap jalanan yang mulai padat.“Tapi, kenapa tampangmu murung begitu?” Tanya Putra lagi. “Apa kamu ragu untuk balik kerja? Kalau ragu, sebaiknya enggak usah, Cella. Toh, aku bisa memenuhi semua kebutuhan kita selama ini.”“Siapa bilang aku ragu? Aku malah enggak sabar untuk kembali ke kantor, Mas.”“Lantas, kenapa kamu murung?”Marcella menghela napas pendek.“Kurasa aku melihat Hanna.”
“Kenapa malam sekali?” Putra menengadahkan kepalanya dari layar ponsel, menatap istrinya yang baru pulang. “Lihat, sudah pukul sepuluh malam, Cella. Kamu bahkan enggak sempat menghabiskan waktu dengan Jordan.”Marcella menghela napas pelan sambil melepas jam tangannya.“Macet, Mas. Kamu tahu sendiri kan, pabriknya ada di mana?”“Tapi enggak mungkin sampai selarut ini,” desak Putra lagi.“Tadi, kami sempat makan malam dulu.”“Makan malam?” Ulang Putra dengan nada tinggi.“Iya, Mas. Aku laper. Daripada aku pingsan di jalan. Kebetulan Pak Erik mau aku ajakin makan, jadi, ya udah, kita makan bareng deh.&rdqu
โHuh,โ Marcella mengeluh kesal setelah membaca balas pesan dari suaminya.Padahal dia jelas-jelas lembur, tapi kenapa Putra malah menyalahkannya, menganggapnya menelantarkan Jordan?Jordan aman di rumah bersama nanny-nya, bahkan ibu mertuanya sering berkunjung mengurus cucunya. Sampai saat ini dirinya pun masih memberi ASI eksklusif untuk anaknya.Tapi, kenapa Putra malah menyudutkannya, hanya gara-gara lembur?Sejak kembali bekerja, hubungan mereka memang sedikit dingin. Dan setelah selesai meeting dengan divisinya, Marcella jadi malas pulang. Putra pasti akan menceramahinya untuk lebih mementingkan keluarga.Apalagi, Marcella tahu, ibu mertuanya sedang berkunjung ke rumah hari ini.Marcella menghela napas pelan. Dia lantas mencari taksi dan menuju restoran favoritnya.Hidangan sushi di hadapannya setidaknya membuat mood-nya sedikit membaik. โWell, aku enggak nyangka bisa ketemu lagi denganmu, Marcella.โSuara pria itu sontak membuat Marcella menoleh. Dan saat tatapannya beradu deng
โAaa!โMarcella seketika mematung begitu Putra hendak melayangkan tamparan ke pipinya.Namun alih-alih menampar, Putra malah mencengkram bahu Marcella.โAku tahu, Cella! Tahu!โ Pria itu mengguncang-guncang tubuh istrinya penuh emosi.โLepaskan, Mas! Sakit!โโKamu selingkuh!โ Napas Putra menderu seraya mendekatkan kepalanya ke wajah Marcella yang nampak gemetar ketakutan.โSe-Selingkuh? Jangan bicara macam-macam. Ah!โKini Putra merenggut dagu istrinya. โDesahan itu? Desahan macam apa itu, hah? Brengsek! Siapa pria itu?! Erik?!โMarcella mendorong tubuh Putra. Lalu dia bisa merasakan rasa nyeri yang menyerang wajahnya.โKamu kenapa sih? Kamu sudah menyakitiku!โโKenapa kamu tega, Cella?โ Suara Putra kini nyaris gemetar. Rasa sakit hati menusuk dadanya. Dia membayangkan tubuh istrinya dijamah pria lain.โMas, aku enggak selingkuh! Kamu ngomong apa sih?!โ Marcella melempar kedua tangannya ke udara dengan heran.โJangan bohong, Cella! Kita juga pernah selingkuh!โโHah! Aku enggak ngerti o
Marcella tersadar.Buket bunga ini bukan dari suaminya, melainkan Jordan.“Cella?” desak Putra dari ujung sana. “Kamu dapat bunga dari siapa?”Jordan masih melempar senyumnya di pintu lobi. Topi yang dikenakan pria itu menutupi sebagian wajahnya.“Oh, sebentar, Mas,” otak Marcella mulai berputar cepat, mencari alasan. Tidak, dia tak boleh tertangkap basah! “Astaga, ternyata kiriman bunga ini bukan untukku!”“Hah?”“Resepsionisnya salah, Mas. Di sini ditulis untuk Mar… Marcia! Aku enggak tahu deh ada yang namanya Marcia atau enggak di kantor kita. Oh, mungkin bunga ini salah alamat! Udah dulu ya, Mas. Aku haru
Marcella mematung di tempat. Kalimat yang barusan meluncur dari mulut suaminya itu masih menggantung di kepalanya. Namun sebagian dari dirinya berusaha untuk tak mempercayainya.โHa-Hanna? Kamu bilang kamu dijebak oleh Hanna?โ Marcella tercekat.Putra mengangguk dengan sorot mata yang tak tergoyahkan.Satu alis Marcella naik sebelah. โTapi kamu bahkan menyangkal kalau Hanna masih hidup, Mas.โโAwalnya memang begitu, tapiโฆโโTapi apa?โ Desak Marcella.โTapi sekarang aku yakin kalau Hanni adalah Hanna. Dia masih hidup, Cella. Dan dia sedang merencanakan sesuatu pada kita,โ Putra memicingkan matanya tajam.***Marcella menutup pintu ruangannya. Dirinya langsung melempar tasnya ke atas meja.โLantas, apa yang harus kita lakukan?โ Wanita itu menyugar rambutnya.Putra berjalan sambil bersedekap menuju ke jendela. Matanya memandang ke hamparan langit biru.โUntuk saat ini, kita harus berhati-hati pada wanita itu. Hanniโatau Hanna,โ tandas Putra. โDan juga Erik.โโErik?โPutra lantas mencerit
โKatakan, Cella. Apa kamu ada hubungannya dengan penyekapan Hanni?โ Desak Putra tajam.Dengan satu gerakan cepat, Marcella melepaskan dirinya dari cengkraman Putra.Wanita itu mendengus keras, mendongakkan dagunya sambil memandang suaminya dengan tatapan tak percaya.โPelecehan? Penyekapan Hanni??โ Kedua alis Marcella bertautan. โAku bahkan enggak mengerti dengan ucapanmu. Tapi satu yang pasti, kamu sudah berbohong, Mas. Ternyata kamu membuntuti wanita sialan itu! Hah, kamu bahkan menuduhku yang enggak-enggak!โโAku yakin seratus persen pria itu adalah teman SMA-mu. Aku ingat betul, Cella.โโLantas?โ Kedua bola mata Marcella melebar, menantang ucapan suaminya tadi. โJika memang pria itu temanku, bukan berarti aku terlibat, Mas!โMarcella tertawa sinis. โJangan-jangan, semalam kamu tidur dengan wanita sialan itu kan? Oh, astaga! Ternyata seleramu memang rendahan, MasโฆโPutra hanya mematung. Kenapa Hanni tega mengirim foto-foto itu pada istrinya, pikir Putra. Untuk apa wanita itu menje
โAyo, buka pakaian dalammu, Hanna. Boleh kan aku memanggilmu dengan sebutan itu?โ Sepasang mata Putra menyorot penuh gairah ke arah tubuh indah itu.Lantas, Hanna berjalan ke arah Putra, mendorong tubuh pria itu.โTapi sebelumnya,โ tangan Hanna bergerak pelan membuka satu per satu kancing kemeja Putra, โkamu juga harus menanggalkan pakaianmu.โPutra menyeringai begitu Hanna mulai melempar kemejanya ke sembarang arah, lalu lanjut melepas ikat pinggangnya.Hanna melirik nakal, melihat sesuatu yang menyembul di antara kedua kaki Putra.โApa istrimu enggak pernah melakukan ini?โ Tanya Hanna, menarik celana Putra. โApa dia kurang menarik di atas ranjang?โโSebenarnya dia cukup liar, tapi akhir-akhir ini kami sering bertengkar. Hubungan kami jadi dingin,โ napas Putra mulai terdengar berat.Seketika, Putra menguap lebar. Sementara Hanna merangkak naik ke atas pangkuan Putra.Dada Hanna berdebar begitu kencang sekarang. Dia hanya bisa berharap obat tidur itu segera bekerja.โDuh, kok aku jadi
Suara sorak sorai serta tepukan yang meriah dari para tamu terdengar begitu, Hanna dan Putra berciuman setelah sah menjadi suami istri.Hanna tak bisa menyembunyikan pipinya yang merona saat ciuman manis itu usai.Putra yang berdiri di depannya, menatap Hanna hangat. Raut wajah bahagia terpancar karena akhirnya dia sah memiliki Hanna sepenuhnya.โIstrikuโฆโ panggil Putra pelan. โAkhirnya kamu menjadi istriku, Hanna.โHanna menyunggingkan senyumnya, mengangguk. Dadanya berdebar bahagia. Bagi Hanna, menikah dengan Putra adalah impiannya.Dia sangat mencintai pria ini. Di matanya, Putra adalah sosok yang sempurna, pekerja keras dan penyayang.Tiga tahun mereka pacaran, banyak rintangan yang harus dilalui, termasuk penolakan keras dari ibunya Hanna, Lidya.Tapi kini rintangan itu sudah mereka lewati. Sambil memegang buku nikah, mereka akan mengarungi hidup baru yang menyenangkan.โSekarang, hadap ke kamera ya. Buku nikahnya tunjukkin,โ titah fotorgrafer itu. โJangan lupa senyum. Satu, dua,
Erik menggeram kesal.Sudah seminggu setelah kejadian itu, tetapi pihak berwajib belum juga menemukan keberadaan Jordan.Yang membuat Erik tambah naik pitam adalah kemungkinan besar keterlibatan salah satu anak buahnya, Marcella.โHaruskah kita menyewa orang sendiri untuk mencari keberadaan pria sialan itu?โ Erik melempar kedua tangannya ke udara. โAtau aku akan introgasi Marcella?โโJangan, Erik.โ Sergah Hanna. โBiarkan Marcella merasa bahwa dirinya aman, sampai Jordan tertangkap dan menyeret namanya.โโTapi aku bahkan enggak tahan untuk melabraknya, Hanna,โ geram Erik. โDan plis, Hanna. Selalu beri tahu aku kalau kamu punya rencana. Aku enggak mau hal seperti ini terjadi.โโMaafkan aku, ErikโฆโErik menghela napas pelan, berdiri di depan wanita itu. โAku mencemaskamu. Apaโฆ aku batalkan saja perjalananku kali ini?โโHei!โ kedua mata Hanna melebar. โIni perjalanan dinas penting, Erik. Lagian, aku baik-baik saja kok.โโTapi kalau aku enggak ada, kamu harus pulang-pergi sendiri. Gimana k
โUh..โ Jordan mendesah pelan. โAku enggak menyangka tubuhmu seindah ini, HanniโฆโSebelum menarik turun pakaian dalam bagian bawah itu, ujung hidung Jordan menyentuh paha Hanna menyesap tubuh wanita itu dalam-dalam.Mau tak mau, Hanna menggeliat takut.โPantas saja Marcella cemburu padamuโฆโ tukasnya lagi. โKamu tenang saja, Hanni. Aku akan memperlakukanmu dengan lembut kok. Aku ahli dalam hal ini.โJordan mendongak sambil melempar senyum nakal ke arah Hanna.Hanna terus saja terisak, berharap keajaiban datang.Jordan mengecup pinggul Hanna, menjilatnya pelan. โHanni, Sayangโฆ kamu enggak akan menyesal, karena aku akan membuatmu melayangโฆโDada Hanna terasa begitu sesak. Napasnya tersengal berat saat merasakan pakaian dalam bagian bawah itu perlahan turun.Pipinya benar-benar basah sekarang.Sampai tiba-tibaโฆBRAK!Suara pintu yang mendobrak keras itu terdengar.โErik!โ Kedua mata Hanna membelalak penuh harap. โHei! Brengsek!!!โ Suara lelaki itu menggelegar.Jordan tersentak dan langsun
Angin malam berembus kencang, seiring dengan motor yang dikendarai Jordan melaju begitu cepat.Sesekali Hanna mendengar suara gemuruh dari atas sana. Sepertinya akan turun hujan.โJordan, kapan kita sampai?โ Tanya Hanna, suaranya nyaris tertelan kilatan petir yang seketika menyambar.โMasih beberapa kilometer lagi,โ balas pria itu. Dari jalan besar yang ramai, lama-lama motor mereka memasuki kawasan yang sepi.Kini motor itu melaju di jalanan yang remang. Lampu-lampu jalan berpendar suram dengan kesunyian yang mencekam malam.Dada Hanna jadi berdebar kencang. Pelipisnya sedikit berkeringat karena gelisah.Sepertinya dia sudah melakukan kesalahan fatal dengan mengikuti permainan pria ini.Diam-diam, Hanna merogoh ke dalam tasnya. Dengan jari-jari yang gemetar dia mengirim pesan pada Erik.โSepertinya aku dalam bahaya.โHanna pun menyalakan aplikasi GPS di ponselnya dan mengirimkannya pada Erik.โJordan, aku berubah pikiran,โ ucap Hanna.โApa?โโAku berubah pikiran!โ Hanna menaikkan n
Malam itu, Hanna baru saja keluar dari gedung Beauty Inc. ketika sebuah motor tiba-tiba melipir di depannya.Langkah Hanna terhenti. Keningnya mengerut memperhatikan siapa sosok di balik helm itu.โJordan?โ Hidung Hanna mengerut terkejut begitu Jordan menampakkan wajahnya.Dia tersenyum. โKebetulan aku lewat sini dan melihatmu baru keluar dari gedung. Mau kuantar?โRambut sebahu Hanna bergerak pelan. โAku bisa pulang sendiri.โโAyolah, anggap saja ini sebagai bentuk terima kasihku karena kamu bersedia jadi modelku,โ desak Jordan lagi. โAku bawa helm lagi kok.โBelum sempat Hanna mengiyakan ajakan itu, Jordan sudah keburu menjulurkan helm di hadapan Hanna.Hanna menghela napas pelan lalu menerima tumpangan itu. Sekalian, dia mau menggali lebih dalam soal pria ini. Siapa tahu Jordan keceplosan menyebut nama Marcella.Tak jauh dari situ, Putra memperhatikan mereka dengan curiga dari dalam mobilnya.โHanni. Dengan siapa dia pulang? Pacarnya?โ batin Putra penasaran. โTapi tunggu, sepertiny
Pagi ini, Hanna sudah berdiri di depan kasir kopi langganan anak-anak kantor sambil menatap catatannya, mengecek ulang pesanan mereka.Tugas seperti sudah biasa baginya.โTiga es americano, dua vanilla latte sama satu kopi susu. Semua less sugar ya,โ tukas Hanna pada kasir yang berdiri di hadapannya.Saat sedang menunggu, seketika ada seseorang yang berdiri di sebelahnya.โEspresso, double shot,โ suara barito pria itu membuat Hanna menoleh.Pria itu tinggi, mengenakan kaus hitam dan celana selutut sehingga terlihat begitu santai, dengan potongan rambut cepak.Pria itu tiba-tiba menoleh ke arahnya yang membuat Hanna terkesiap.Sial, dia tertangkap basah mencuri pandang ke pria itu!Cepat- cepat, Hanna memalingkan tatapannya.Lantas, kening pria itu mengernyit. โKamuโฆ kamu model produk kecantikan itu kan?โHanna nampak terkejut.โAku lihat videonya di media sosial. Cukup viral lho. Jadi, video itu bukan settingan ya?โ Pria itu balik memperhatikan Hanna. โKamu benar-benar seorang office