Share

Bab 39. Dimana Istriku?

Penulis: Princess Angel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya ....

Joy yang bergegas dari kantor ketika mendengar Wei ada di rumah sakit, tampak tersengal-sengal ketika sampai di kamar rawat inap Wei.

"Bos, apa yang terjadi?" tanya Joy bingung melihat kondisi bosnya yang agak pucat saat ini.

Joy tidak mengerti, bukankah Wei tadi malam seharusnya sedang menghadiri pesta Clara? Mengapa dia saat ini malah ada di rumah sakit?

"Ada seseorang menaruh obat perangsang ke dalam minumanku," kata Wei datar.

"Apakah ini Clara?"

"Sepertinya tidak, karena sejak awal Clara ada bersamaku," jawab Wei yakin.

"Bisa saja dia menyuruh seseorang," kata Joy sambil mengerutkan alisnya.

Sejak Clara mondar-mandir di depan kantor Wei, dirinya memang sudah mencurigai kalau wanita itu memiliki rencana jahat. Hanya saja Joy tidak menyangka kalau Clara akan berani meracuni Wei dengan obat perangsang.

"Tidak, urusan pesta itu semuanya diatur oleh Max sebagai hadiah karena kinerja Clara yang baik menggantikan Rina."

"Max? Maksudmu tuan Max yang itu?" tanya Joy
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 40. Mood Jelek

    Joy yang mendengarkan di samping Wei tampak tertegun. Jadi nona Lanara yang dia lihat kemarin sebenarnya adalah nyonya Ara, istri bosnya ...."Dia tidak ada bersamaku, aku tidak tahu dimana dia saat ini. Ara hanya bilang kalau dia ingin menenangkan diri di suatu tempat," jawab Paul tidak bisa menyembunyikan senyum di bibirnya.Dia seorang pria, jelas dia bisa merasakan kalau Wei sebenarnya sangat mencintai Ara. Sekalipun mulut Wei berkali-kali menolak mengatakan hal tersebut saat putri angkatnya kembali menanyakan perasaannya, Paul yakin pria itu hanya belum menyadari bagaimana perasaannya yang sesungguhnya.Setelah memastikan kalau Paul tidak mengetahui di mana Ara berada, Wei segera menutup panggilan teleponnya."Cari wanita itu sampai dapat!" perintah Wei kepada Joy dengan raut wajah yang sulit untuk digambarkan.Ada rasa penyesalan dan kemarahan yang terlihat jelas di wajah tampannya saat ini."Baik, Bos."Joy segera menghubungi orang-orangnya untuk melacak keberadaan wanita yang

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 41. Mengapa Harus Takut

    "Jangan tunggu aku pecat, baru kamu mau angkat kaki dari sini!" bentak Wei kesal.Dia menatap Clara tajam penuh kemarahan, membuat wanita itu tanpa sadar mundur ke belakang karena takut.Seperti orang yang menyembunyikan ekornya, Clara cepat-cepat keluar dari kantor Wei. Sesampainya di luar, Clara tampak menepuk dadanya untuk mengurangi debar jantungnya yang berdetak cepat."Ini gila! Aku baru tahu kalau Wei bisa benar-benar marah seperti itu ... benar-benar menyeramkan," gumam Clara sambil mengambil air mineral dan meminumnya dengan cepat.Sementara itu di dalam kantor Wei menyuruh Joy terus mencari informasi tentang keberadaan istrinya."Cari tahu dimana dia sekarang, selama keadaannya baik-baik saja jangan diganggu, biarkan saja dia di tempat itu," kata Wei kepada Joy."Baik."Joy segera meninggalkan ruang kantor Wei untuk melaksanakan tugasnya mencari Ara.Di sebuah penginapan alam di Lembang, Ara tampak duduk di tepi sungai dan bermain air dengan menggunakan tangannya."Aku tida

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 42. Memohon Pengampunan

    "Tuan," sapa kepala pelayan saat berpapasan dengan Wei di gerbang depan."Ya," sahut Wei sambil melewati kepala pelayan yang tampak tercengang melihat tingkah Wei yang tidak biasa pagi ini.Biasanya Wei belum akan keluar dari rumah sebelum waktunya berangkat kerja.Kepala pelayan tidak ingat kapan tuannya itu pernah lari pagi. Seingatnya, Ara lah yang sering melakukan hal tersebut.'Apakah Tuan sedang mengingat nyonya, hingga melakukan apa yang biasa nyonya lakukan ketika pagi hari?' batin kepala pelayan bertanya kepada diri sendiri sambil menatap punggung Wei yang berangsur menjauh.Ara berlari menuju taman komplek dan mulai berlari berputar di sekeliling taman. Dia tidak sadar kalau Wei sedang berlari mengikuti seperti buntut di belakangnya.Dia berpapasan dengan seorang pria muda. Pria itu tersenyum, awalnya dia ingin menyapa dan berkenalan dengan Ara. Namun, niat itu dia hentikan ketika melihat Wei di belakang Ara tampak marah dan memelototinya.Pria itu menduga Wei dan Ara adala

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 43. Berlutut  

    Wei menjatuhkan diri tepat di depan pintu gerbang rumah Ara dan berlutut. Dia berteriak meminta maaf kepada Ara dan bersumpah tidak akan mengulangi kesalahannya lagi di masa lalu.Tindakan Wei ini mengundang perhatian kepala pelayan yang berdiri di taman depan rumah Wei. Dia awalnya sedang mengawasi tukang kebun memangkas beberapa tanaman yang mulai meninggi.Ketika melihat Wei berjalan tergesa-gesa, kepala pelayan berpikir Wei ingin cepat-cepat pulang karena harus segera berangkat ke perusahan. Siapa sangka tuannya ini malah menjatuhkan diri berlutut di depan pintu gerbang rumah yang ada di depan rumahnya sendiri sambil meneriakkan nama mendiang istrinya dan bersumpah."Apa yang sedang dilakukan tuan? Mengapa dia bersikap seperti itu?" gumam kepala pelayan cemas.Apakah tuan mudanya saat ini sudah gila? Mengapa dia melakukan hal memalukan seperti itu?"Aku harus secepatnya mengabari Nyonya dan Tuan besar, sepertinya Tuan muda harus di bawa ke rumah sakit segera!" kata kepala pelayan

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 44. Ramah Tapi Jauh  

    "Aku benar, Ma, dia memang ada di rumah ini," kata Wei tanpa ragu."Baiklah, sekarang kamu pulang, biarkan mamamu yang memeriksa, apakah Ara memang benar ada di rumah ini atau tidak!" kata Wuzini tegas menyeret anaknya kembali ke dalam rumahnya sendiri meninggalkan Nina yang tampak bingung di depan rumah Ara. Nina memandang rumah di depannya ragu. Benarkah menantunya saat ini masih hidup dan tinggal di sini?Dia mendekati rumah dan membunyikan bel yang terletak di samping pintu.Seraut wajah asing tapi ramah tampak menyembul keluar dari sela pintu setelah pintu di depannya terbuka."Apakah di rumah ini ada yang bernama Ara?" tanya Nina kepada gadis blasteran yang saat ini berdiri di depannya dan terlihat bingung."Aku Ara ....""Kamu Ara?" tanya Nina bingung.Apakah anaknya menganggap gadis di depannya ini adalah Ara hanya karena kesamaan nama?"Namaku Lanara, panggilanku Ara," kata Ara menegaskan.Walau dia sempat bingung ketika harus berhadapan kembali dengan mertua yang sangat me

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 45. Terasa Akrab

    "Ma, tapi tanda di tumitnya itu menunjukkan kalau itu benar-benar Ara!" kata Wei memotong kata-kata Nina."Kamu harus ingat, tanda bisa dibuat! Jangankan tanda lahir, bahkan wajah saja saat ini bisa dirubah menjadi orang lain!" kata Wuzini mengingatkan."Papa benar, bukannya tidak mungkin Ara telah melakukan operasi wajah, itu sebabnya wajahnya berbeda dari yang dulu.""Tapi sikapnya benar-benar membuat mama tidak bisa yakin kalau gadis itu benar-benar Ara," kata Nina sambil mengerutkan bibirnya.Wei terdiam. Tidak tahu harus berkata apa lagi untuk meyakinkan kedua orang tuanya kalau Lanara itu sesungguhnya adalah Ara."Jangan dekati dia dan jangan membuat ulah lagi. Kamu sudah dewasa, ada nama baik keluarga di atas kepalamu, jadi tolong jangan permalukan kami dengan kelakuan memalukan seperti tadi!" kata Wuzini tegas.Wei hanya menghela napas panjang dan menatap kedua orang tuanya putus asa. Mengapa mama dan papanya sama sekali tidak percaya kalau Lanara adalah Ara? Keesokan harinya

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 46. Hari Yang Aneh

    Sepertinya memang hanya mamanya saja yang bisa meluluhkan hati istrinya. Wei tampak tersenyum lebar. 'Sepertinya aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan hatinya kembali,' batin Wei semangat.Tiba-tiba suasana hatinya mulai membaik dan tidak lagi merasa kesal dan ingin marah-marah sekalipun ada banyak masalah di perusahaannya.Kepala pelayan hanya melongo melihat Wei yang tampak tersenyum bahagia dan membawa piring berisi kue itu ke dalam kamarnya."Wei sudah pulang?" tanya Nina keluar dari kamarnya.Ketika di dalam kamar ia mendengar sayup-sayup suara Wei sedang berbincang dengan kepala pelayan dari arah ruang makan. Itu sebabnya dia keluar dari kamarnya. Namun, ketika dia keluar, Nina sama sekali tidak melihat sosok anak laki-lakinya tersebut di ruang makan. Dia hanya melihat kepala pelayan yang tampak sedang melongo menatap ke arah kamar anaknya."Sudah, Nyonya," jawab kepala pelayan dengan cepat kembali ke ekspresi datarnya."Dia sudah masuk ke kamarnya?""Ya.""Ambilkan ku

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 47. Pesta   

    Dia tidak tahu apakah harus percaya atau tidak pada kata-kata anaknya karena semua yang dikatakan Wei mungkin saja benar.Gadis itu pernah mengalami kecelakaan pesawat yang sama dengan menantunya dan melakukan operasi wajah.'Bukannya tidak mungkin 'kan? Kalau dia itu adalah Ara, menantuku ... ah! Apa sih yang aku pikirkan ini? Mengapa aku jadi sama gilanya dengan Wei yang mengira gadis itu adalah Ara?' batin Wuzini sambil meringis.Wuzini berpikir tidak mungkin Paul akan diam saja saat mengetahui ada gadis lain menyamar sebagai anaknya. Lagi pula bukankah ada tes DNA setelah korban selamat ditemukan?"Di kantormu aku dengar ada sekertaris baru?" tanya Wuzini kepada Wei mengalihkan topik pembicaraan.Dia merasa kalau mereka terus membahas Lanara, lama-lama dirinya akan terpengaruh dan berakhir sama gilanya dengan Wei."Ya, dia pengganti Rina, Pa," sahut Wei acuh tak acuh.Tidak seperti ketika mereka membahas tentang Lanara, Wei terlihat kurang tertarik ketika papanya mengalihkan topik

Bab terbaru

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 189. Melahirkan

    Reza dan Eva diam tidak berkutik. Memang benar awalnya mereka mengira Wei tidak bisa masak dan khawatir Ara akan keracunan makanan. Mana mereka tahu kalau Wei ternyata pandai memasak makanan selezat itu.Beberapa waktu telah terlewati, berat badan Ara mulai meningkat setelah mendapatkan perawatan dari Wei. Eva dan Reza kini benar-benar bisa menarik napas lega.Wajah Ara pun lebih bersinar penuh kebahagiaan ketika usia kandungannya semakin bertambah. Dia dan Wei sudah bisa merasakan pukulan dan tendangan sang bayi di dalam kandungannya melalui permukaan perut ketika sedang diusap atau di pegang.Hubungannya dengan Paul dan Hanna pun tetap berjalan seperti biasa walaupun Hanna akhirnya mengetahui kalau dirinya bukanlah Lanara yang asli."Bagaimana kabarmu dan anak di dalam kandunganmu?" tanya Hanna penuh perhatian ketika dia menelepon Ara."Aku baik Ma, anak di dalam kandunganku juga baik," jawab Ara sambil tersenyum bahagia mendapat perhatian dari semua orang yang di kasihnya."Mama

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 188. Tidak Ada Lebih

    Wei benar-benar tidak menyangka kalau Ara akan berkata seperti itu. Tadinya dia berpikir hanya dirinya saja yang akan merasa kehilangan dan bersedih atas perpisahan ini, ternyata istrinya juga mengalami hal yang sama."Percaya tidak? kali ini Papamu tidak akan mengusir aku," kata Wei sambil tersenyum menatap ara penuh kasih."Benarkah?" tanya Ara tidak percaya."Yakin!""Apakah Papa membatalkan syarat itu?""Sepertinya begitu, semua ini karena calon anak kita," kata Wei sambil mengusap punggung bawah Ara pelan."Apakah kamu benar-benar akan dibiarkan tinggal disini bersamaku?" tanya Ara was-was.Dia benar-benar tidak yakin kalau papanya akan berubah pikiran. Setahu Ara papanya adalah orang yang konsisten dan tidak akan pernah berubah pikiran jika sudah memutuskan tentang suatu hal. Bisakah kali ini papanya membuat pengecualian karena calon cucunya yang belum lahir?"Aku akan menemanimu tinggal di sini dan memasak. Bukankah kamu ingin masakan yang aku masak?" tanya Wei sambil mencubit

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 187. Takut

    Kekhawatiran Eva pun menjadi kenyataan. Ara benar-benar tidak bernafsu untuk makan apapun, dia hanya memakan manisan buah tanpa dibarengi dengan nasi dan lauk-pauk. Ini mengakibatkan tubuh ara yang sudah ramping menjadi semakin kurus."Pa, apakah tidak sebaiknya kita biarkan saja Wei datang ke sini dan memasak untuk adikku?" tanya Arga sambil mengerutkan kening ketika melihat Ara dari kejauhan.Tubuh adiknya itu dari hari kehari menjadi semakin kurus. Ini benar-benar membuat Arga menjadi prihatin dan khawatir."Iya Pa, Sudahlah demi kebaikan anak dan cucu kita, sebaiknya kita mengalah saja. Batalkan syarat satu tahun tidak bertemu itu. Mama khawatir terjadi apa-apa sama Ara," kata Eva dengan mata berkaca-kaca menatap wajah suaminya.Reza menatap istri dan anak laki-lakinya dengan tatapan tidak berdaya. Dia juga sebenarnya sudah ada pikiran ke arah sana. Reza bisa melihat perkembangan kondisi Ara yang dari hari ke hari semakin lemah karena tidak mau makan. "Baiklah. Arga, kamu jemput

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 186. Ingin Masakan Wei

    "Aku ikut!" kata Arga tiba-tiba."Tidak!" sahut Eva dan Reza bersamaan."Mengapa tidak?" tanya Arga bingung."Kamu tidak lihat? Ara muntah-muntah hebat setelah melihatmu, apakah kamu ingin adikmu itu muntah terus gara-gara melihatmu?" tanya Eva sambil melotot ke arah Arga."Kamu harus menghindar dari adikmu selama tiga bulan kehamilan awal agar dia tidak terlalu tersiksa karena terus mengeluarkan makanan yang ada di perutnya."" ... " Arga tidak dapat berkata-kata mendengar apa yang orang tuanya katakan.Dia mentap kedua orang tuanya dengan tatapan menyalahkan. Bukankah semua ini karena ulah kedua orang tuanya yang ingin memisahkan adiknya dari Wei? Mengapa sekarang dia yang harus menanggung akibatnya?Dibenci tidak hanya oleh Ara tapi juga oleh calon keponakannya yang belum lahir.Di kantor, Wei tampak menatap ke luar jendela sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.Ini baru sebulan, tapi rasanya seperti se abad. Wei tidak henti berdoa agar istrinya benar-benar hamil. Ha

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 185. Tersenyum Menggemaskan

    Wuzini terdiam, setahun memang bukan waktu yang lama untuk sebuah restu, tapi masalahnya apakah keduanya tidak akan terpikat pada orang lain selama waktu yang ditentukan itu?"Mereka meminta aku dan Ara berpisah selama setahun. JIka selama setahun itu perasaan kami tidak berubah, barulah mereka akan kembali merestui hubungan kami.""Apakah kamu yakin kalau kamu dan istrimu akan bisa menjaga kesetiaan masing-masing selama satu tahun itu?" tanya Wuzini tidak yakin."Yakin."Wuzini hanya menghela napas panjang melihat tekad anak laki-lakinya untuk mendapatkan restu dari keluarga istrinya kembali. Dia hanya menepuk bahu Wei sebelum mengajak anaknya itu masuk ke dalam kantor untuk membahas masalah pekerjaan.Ara dan Arga masuk ke dalam rumah tanpa banyak bicara. Ara masih marah karena kakaknya mengajukan syarat yang begitu sulit untuknya dan Wei. Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar, bagaimana kalau suaminya itu malah jatuh cinta pada wanita lain dan benar-benar menceraikannya?Arga me

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 184. Syarat Mendapat Restu

    Arga menyerbu masuk ke dalam kantor Wei tanpa basa basi. Dia langsung menuju Wei dan ingin menghajarnya namun, di halangi oleh Ara."Minggir!" kata Arga sambil mendelik marah ke arah adiknya."Tidak, kakak tidak boleh memukulnya!" Kata Ara keras kepala menatap kakaknya yang sedang marah."Kamu tidak tahu malu berlindung pada perempuan!" kata Arga sambil menunjuk Wei yang ada di belakang Ara." ... " Wei tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab kata-kata Arga. Bukannya dia tidak mau berhadapan dengan kakak iparnya, tapi Ara sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk maju. Wei takut jika dia memaksa maju maka Ara akan marah kepadanya.Baginya lebih baik membiarkan Arga marah dari pada Ara yang marah kepadanya."Dia suamiku, tidak ada salahnya aku melindunginya!" kata Ara seperti induk ayam yang menjaga anak-anaknya."Tapi aku kakakmu!""Tapi kamu mau menyakiti suamiku!""Itu karena kamu!""Tidak, itu bukan karena aku, tapi karena keegoisanmu sendiri ... kamu tahu betul bagaimana

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 183. Algojo  

    "Kita baru berpisah tadi malam," kata Ara tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata Wei."Tapi buatku itu seperti sudah lama sekali," kata Wei mengerucutkan bibirnya sedih.Kebiasaan itu benar-benar buruk. Dia telah terbiasa tidur dengan istrinya, hingga ketika Ara pergi, Wei benar-benar tidak bisa tidur sampai pagi. Anehnya sampai detik ini juga matanya benar-benar cerah dan sama sekali tidak mengantuk. "Matamu ada lingkaran hitamnya, apakah tadi malam kamu tidak tidur nyenyak?" tanya Ara sambil melihat ke arah mata Wei."Aku tidak bisa tidur tanpamu," jawab Wei lebih seperti keluhan."Bagaimana kalau kamu istirahat sekarang?""Apakah kamu akan menemani aku?""Ya.""Oke," kata Wei sambil membopong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar tempatnya biasa tidur jika bekerja lembur di kantor.Setelah membaringkan Ara, Wei juga naik ke atas kasur dan membaringkan dirinya di sebelah Ara."Mengapa kamu masih belum tidur?" tanya Ara setelah beberapa waktu berlalu Wei mas

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 182. Sangat Merindukan 

    Pagi yang cerah. Namun, suasana di perusahaan milik Wei malah terlihat suram. Semua karyawan dan staf di perusahaan itu tampak tertekan karena suasana hati sang bos sepertinya sedang tidak baik-baik saja.Tidak boleh ada kesalahan sedikitpun. Bahkan salah tanda koma dalam berkas yang akan di tanda tangani oleh Wei pun bisa membuatnya ngamuk. Joy hanya meringis ketika para staf mengeluh dan menanyakan ada apa sebenarnya dengan bos mereka. Tidak biasanya Wei bersikap seperti saat ini. Mereka benar-benar merasa tersiksa dan tertekan menghadapi sikap Wei yang tidak seperti biasanya itu."Mungkinkah Bos kita itu salah makan?" tanya salah satu staf kepada Joy."Jangan menduga yang aneh-aneh! Kerjakan saja tugas kalian dengan baik agar tidak dimarahi lagi," kata Joy sambil berlalu dari hadapan semua staf yang menemuinya.Joy sendiri tidak berani menanyakan langsung kepada Wei, apa yang menjadi masalah sebenarnya hingga dia menunjukkan sikap seperti itu."Mungkin nyonya Ara tahu apa yang s

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 181. Perpisahan 

    "Ehm ... tidakkah sebaiknya kita tanyakan saja kepada Ara, apakah dia ingin pulang mengikuti kalian atau tetap di sini?" Wuzini yang sejak awal bersikap pasif mulai mengeluarkan suaranya.Semua tatapan mata langsung tertuju kepada Ara. "Kamu harus ikut kami pulang. Papa menunggumu di rumah, dia sedang tidak sehat," kata Arga dengan nada tidak ingin di tolak."Kamu memaksanya," geram Wei."Kamu benar, aku memaksanya!""Kamu ... kamu ...."Wei merasa seperti tercekik dan tidak bisa berkata-kata ketika mendengar pengakuan Arga yang blak-blakan."Papa sakit apa, Kak?" tanya Ara mulai merasa cemas."Kamu akan tahu jika kamu pulang," jawab Arga datar.Dia tidak ingin memberitahukan kepada Ara kalau papanya hanya terserang flu biasa. Jika Ara tahu tentu saja adiknya ini tidak akan mau pulang ke rumah mereka saat ini juga. Adapun mengapa papanya tidak mau ikut adalah karena papanya sudah terlalu kesal dengan Wei dan keluarganya.Sejak berita kematian putrinya, Reza memang selalu menghindar

DMCA.com Protection Status