Share

Bab 43. Berlutut  

Penulis: Princess Angel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Wei menjatuhkan diri tepat di depan pintu gerbang rumah Ara dan berlutut. Dia berteriak meminta maaf kepada Ara dan bersumpah tidak akan mengulangi kesalahannya lagi di masa lalu.

Tindakan Wei ini mengundang perhatian kepala pelayan yang berdiri di taman depan rumah Wei. Dia awalnya sedang mengawasi tukang kebun memangkas beberapa tanaman yang mulai meninggi.

Ketika melihat Wei berjalan tergesa-gesa, kepala pelayan berpikir Wei ingin cepat-cepat pulang karena harus segera berangkat ke perusahan.

Siapa sangka tuannya ini malah menjatuhkan diri berlutut di depan pintu gerbang rumah yang ada di depan rumahnya sendiri sambil meneriakkan nama mendiang istrinya dan bersumpah.

"Apa yang sedang dilakukan tuan? Mengapa dia bersikap seperti itu?" gumam kepala pelayan cemas.

Apakah tuan mudanya saat ini sudah gila? Mengapa dia melakukan hal memalukan seperti itu?

"Aku harus secepatnya mengabari Nyonya dan Tuan besar, sepertinya Tuan muda harus di bawa ke rumah sakit segera!" kata kepala pelayan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 44. Ramah Tapi Jauh  

    "Aku benar, Ma, dia memang ada di rumah ini," kata Wei tanpa ragu."Baiklah, sekarang kamu pulang, biarkan mamamu yang memeriksa, apakah Ara memang benar ada di rumah ini atau tidak!" kata Wuzini tegas menyeret anaknya kembali ke dalam rumahnya sendiri meninggalkan Nina yang tampak bingung di depan rumah Ara. Nina memandang rumah di depannya ragu. Benarkah menantunya saat ini masih hidup dan tinggal di sini?Dia mendekati rumah dan membunyikan bel yang terletak di samping pintu.Seraut wajah asing tapi ramah tampak menyembul keluar dari sela pintu setelah pintu di depannya terbuka."Apakah di rumah ini ada yang bernama Ara?" tanya Nina kepada gadis blasteran yang saat ini berdiri di depannya dan terlihat bingung."Aku Ara ....""Kamu Ara?" tanya Nina bingung.Apakah anaknya menganggap gadis di depannya ini adalah Ara hanya karena kesamaan nama?"Namaku Lanara, panggilanku Ara," kata Ara menegaskan.Walau dia sempat bingung ketika harus berhadapan kembali dengan mertua yang sangat me

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 45. Terasa Akrab

    "Ma, tapi tanda di tumitnya itu menunjukkan kalau itu benar-benar Ara!" kata Wei memotong kata-kata Nina."Kamu harus ingat, tanda bisa dibuat! Jangankan tanda lahir, bahkan wajah saja saat ini bisa dirubah menjadi orang lain!" kata Wuzini mengingatkan."Papa benar, bukannya tidak mungkin Ara telah melakukan operasi wajah, itu sebabnya wajahnya berbeda dari yang dulu.""Tapi sikapnya benar-benar membuat mama tidak bisa yakin kalau gadis itu benar-benar Ara," kata Nina sambil mengerutkan bibirnya.Wei terdiam. Tidak tahu harus berkata apa lagi untuk meyakinkan kedua orang tuanya kalau Lanara itu sesungguhnya adalah Ara."Jangan dekati dia dan jangan membuat ulah lagi. Kamu sudah dewasa, ada nama baik keluarga di atas kepalamu, jadi tolong jangan permalukan kami dengan kelakuan memalukan seperti tadi!" kata Wuzini tegas.Wei hanya menghela napas panjang dan menatap kedua orang tuanya putus asa. Mengapa mama dan papanya sama sekali tidak percaya kalau Lanara adalah Ara? Keesokan harinya

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 46. Hari Yang Aneh

    Sepertinya memang hanya mamanya saja yang bisa meluluhkan hati istrinya. Wei tampak tersenyum lebar. 'Sepertinya aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan hatinya kembali,' batin Wei semangat.Tiba-tiba suasana hatinya mulai membaik dan tidak lagi merasa kesal dan ingin marah-marah sekalipun ada banyak masalah di perusahaannya.Kepala pelayan hanya melongo melihat Wei yang tampak tersenyum bahagia dan membawa piring berisi kue itu ke dalam kamarnya."Wei sudah pulang?" tanya Nina keluar dari kamarnya.Ketika di dalam kamar ia mendengar sayup-sayup suara Wei sedang berbincang dengan kepala pelayan dari arah ruang makan. Itu sebabnya dia keluar dari kamarnya. Namun, ketika dia keluar, Nina sama sekali tidak melihat sosok anak laki-lakinya tersebut di ruang makan. Dia hanya melihat kepala pelayan yang tampak sedang melongo menatap ke arah kamar anaknya."Sudah, Nyonya," jawab kepala pelayan dengan cepat kembali ke ekspresi datarnya."Dia sudah masuk ke kamarnya?""Ya.""Ambilkan ku

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 47. Pesta   

    Dia tidak tahu apakah harus percaya atau tidak pada kata-kata anaknya karena semua yang dikatakan Wei mungkin saja benar.Gadis itu pernah mengalami kecelakaan pesawat yang sama dengan menantunya dan melakukan operasi wajah.'Bukannya tidak mungkin 'kan? Kalau dia itu adalah Ara, menantuku ... ah! Apa sih yang aku pikirkan ini? Mengapa aku jadi sama gilanya dengan Wei yang mengira gadis itu adalah Ara?' batin Wuzini sambil meringis.Wuzini berpikir tidak mungkin Paul akan diam saja saat mengetahui ada gadis lain menyamar sebagai anaknya. Lagi pula bukankah ada tes DNA setelah korban selamat ditemukan?"Di kantormu aku dengar ada sekertaris baru?" tanya Wuzini kepada Wei mengalihkan topik pembicaraan.Dia merasa kalau mereka terus membahas Lanara, lama-lama dirinya akan terpengaruh dan berakhir sama gilanya dengan Wei."Ya, dia pengganti Rina, Pa," sahut Wei acuh tak acuh.Tidak seperti ketika mereka membahas tentang Lanara, Wei terlihat kurang tertarik ketika papanya mengalihkan topik

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 48. Tidak Bisa  

    Clara tampak tersenyum menatap ke arah Eva yang salah mengira dirinya sebagai Ara."Aku bukan Ara, aku Clara, Tante," kata Clara ramah."Oh ... maaf, kamu mirip sekali dengan putriku," kata Eva masih tidak percaya ada gadis lain yang wajahnya sangat mirip dengan anaknya.Clara mengerutkan bibirnya menahan senyum. Ternyata wanita di depannya adalah mertua Wei. Tiba-tiba ada sebuah ide tercetus di dalam benaknya."Ada banyak orang yang mengira aku adalah Ara, istri tuan Wei ... tapi aku hanya tahu kalau namaku adalah Clara sebagaimana yang dikatakan oleh orang yang merawat ku selama ini," kata Clara sambil melirik ke arah Wei yang saat ini sedang mendekati Lanara di pintu masuk."Oh ... mengapa seperti itu? Apakah kamu pernah mengalami sebuah kecelakaan?" tanya Eva semangat.Dia berharap jawaban Clara adalah iya. Jika gadis ini mengatakan iya maka kemungkinan gadis ini adalah Ara -putrinya- semakin jelas."Aku tidak ingat," jawab Clara sambil menyesap minumannya."Apakah kamu mengalami

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 49. Tidak Akan Menyerah   

    Awalnya Arga tidak terlalu memperhatikan sekertaris Wei ini dan menganggap kesamaan wajahnya hanyalah sebuah kebetulan.Namun, semakin lama dia mengamati, wanita ini semakin terlihat sangat mencurigakan. Arga curiga wanita yang mirip adiknya itu bukanlah wanita sederhana.Akhirnya Arga memutuskan untuk kembali menyelidiki siapa sebenarnya Clara, sekertaris baru adik iparnya itu."Jangan keras-keras," kata Clara sambil melirik ke kanan dan ke kiri khawatir ada yang mendengar kata-kata Arga."Kenapa? Apakah kamu takut kalau topengmu ini akan terbuka?" tanya Arga sinis. "Jika kamu takut hentikan aksimu ini, aku tidak akan tinggal diam jika kamu berani memakai wajah adikku untuk melakukan hal yang tidak baik!" ancam Arga sambil memelototi Clara."Arga ... apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Eva yang entah kapan sudah berdiri di belakangnya.Dia tidak mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh putranya dengan wanita yang ada di depannya. Tapi Eva bisa merasakan kalau saat ini putranya it

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 50. Kemarahan Luke  

    Luke terdiam. "Apakah dia menyakitimu?" tanya Luke cemberut."Tidak, dia hanya ingin aku menerimanya kembali.""Kalau begitu jangan terima!" kata Luke tegas."Tapi dia memang masih suamiku, Luke. Papa juga sudah tahu tentang masalah ini.""Bukankah kalian sudah bercerai?" tanya Luke heran.Sebelumnya Ara pernah bercerita kepadanya kalau dia dan suaminya sudah bercerai karena Ara ingin mengalah dan membiarkan pria itu bahagia dengan wanita pilihannya."Aku sudah menandatangani surat perceraian. Namun, aku sendiri juga tidak pernah menyangka kalau Wei tidak ingin bercerai. Dia merobek surat itu," kata Ara tidak berdaya.Sampai saat ini Ara masih tidak tahu apa yang menyebabkan suaminya menolak untuk bercerai. Anehnya lagi sampai sekarang, Ara masih belum mendengar kabar tentang Rina, mantan sekertaris pribadi sekaligus kekasih suaminya itu.Wanita itu seperti hilang ditelan bumi. Selama Ara berada di Indonesia, tidak sekalipun dia pernah melihat sosok Rina."Bukankah dia memiliki kekas

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 51. Penuh Dengan Kecurigaan   

    Max terlihat mengerutkan bibirnya mendengar kata-kata Luke saat ini."Baik, Tuan," kata Max pada akhirnya.Dia benar-benar menyesal telah bekerja sama dengan orang seperti Luke. Benar-benar tidak ada kebebasan. Semua harus pria ini yang mengatur. Dirinya dan Clara tidak ubahnya seperti pesuruh.'Ini bukan kerja sama yang sebenarnya ... aku merasa Luke hanya memperlakukan aku dan Clara seperti anak buahnya. Sayangnya aku belum memiliki kekuatan yang cukup untuk melawannya,' batin Max cemberut.Max tahu dengan jelas apa akibatnya kalau dirinya memberontak. Luke pasti tidak akan membiarkannya hidup damai. Pria itu begitu jahat dan pendendam."Pantas ... diusia semuda itu dia bisa memegang kekuasaan yang begitu besar dan kuat," gumam Max sambil mengusap dagunya.Dia merasa dirinya bukanlah apa-apa dan tidak sebanding dengan Luke. Menunggu beberapa tahun lagi, saat Luke seusianya, kemungkinan pria itu akan jauh lebih menakutkan dari sekarang.Max hanya menghela napas. Dia memang harus bany

Bab terbaru

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 189. Melahirkan

    Reza dan Eva diam tidak berkutik. Memang benar awalnya mereka mengira Wei tidak bisa masak dan khawatir Ara akan keracunan makanan. Mana mereka tahu kalau Wei ternyata pandai memasak makanan selezat itu.Beberapa waktu telah terlewati, berat badan Ara mulai meningkat setelah mendapatkan perawatan dari Wei. Eva dan Reza kini benar-benar bisa menarik napas lega.Wajah Ara pun lebih bersinar penuh kebahagiaan ketika usia kandungannya semakin bertambah. Dia dan Wei sudah bisa merasakan pukulan dan tendangan sang bayi di dalam kandungannya melalui permukaan perut ketika sedang diusap atau di pegang.Hubungannya dengan Paul dan Hanna pun tetap berjalan seperti biasa walaupun Hanna akhirnya mengetahui kalau dirinya bukanlah Lanara yang asli."Bagaimana kabarmu dan anak di dalam kandunganmu?" tanya Hanna penuh perhatian ketika dia menelepon Ara."Aku baik Ma, anak di dalam kandunganku juga baik," jawab Ara sambil tersenyum bahagia mendapat perhatian dari semua orang yang di kasihnya."Mama

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 188. Tidak Ada Lebih

    Wei benar-benar tidak menyangka kalau Ara akan berkata seperti itu. Tadinya dia berpikir hanya dirinya saja yang akan merasa kehilangan dan bersedih atas perpisahan ini, ternyata istrinya juga mengalami hal yang sama."Percaya tidak? kali ini Papamu tidak akan mengusir aku," kata Wei sambil tersenyum menatap ara penuh kasih."Benarkah?" tanya Ara tidak percaya."Yakin!""Apakah Papa membatalkan syarat itu?""Sepertinya begitu, semua ini karena calon anak kita," kata Wei sambil mengusap punggung bawah Ara pelan."Apakah kamu benar-benar akan dibiarkan tinggal disini bersamaku?" tanya Ara was-was.Dia benar-benar tidak yakin kalau papanya akan berubah pikiran. Setahu Ara papanya adalah orang yang konsisten dan tidak akan pernah berubah pikiran jika sudah memutuskan tentang suatu hal. Bisakah kali ini papanya membuat pengecualian karena calon cucunya yang belum lahir?"Aku akan menemanimu tinggal di sini dan memasak. Bukankah kamu ingin masakan yang aku masak?" tanya Wei sambil mencubit

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 187. Takut

    Kekhawatiran Eva pun menjadi kenyataan. Ara benar-benar tidak bernafsu untuk makan apapun, dia hanya memakan manisan buah tanpa dibarengi dengan nasi dan lauk-pauk. Ini mengakibatkan tubuh ara yang sudah ramping menjadi semakin kurus."Pa, apakah tidak sebaiknya kita biarkan saja Wei datang ke sini dan memasak untuk adikku?" tanya Arga sambil mengerutkan kening ketika melihat Ara dari kejauhan.Tubuh adiknya itu dari hari kehari menjadi semakin kurus. Ini benar-benar membuat Arga menjadi prihatin dan khawatir."Iya Pa, Sudahlah demi kebaikan anak dan cucu kita, sebaiknya kita mengalah saja. Batalkan syarat satu tahun tidak bertemu itu. Mama khawatir terjadi apa-apa sama Ara," kata Eva dengan mata berkaca-kaca menatap wajah suaminya.Reza menatap istri dan anak laki-lakinya dengan tatapan tidak berdaya. Dia juga sebenarnya sudah ada pikiran ke arah sana. Reza bisa melihat perkembangan kondisi Ara yang dari hari ke hari semakin lemah karena tidak mau makan. "Baiklah. Arga, kamu jemput

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 186. Ingin Masakan Wei

    "Aku ikut!" kata Arga tiba-tiba."Tidak!" sahut Eva dan Reza bersamaan."Mengapa tidak?" tanya Arga bingung."Kamu tidak lihat? Ara muntah-muntah hebat setelah melihatmu, apakah kamu ingin adikmu itu muntah terus gara-gara melihatmu?" tanya Eva sambil melotot ke arah Arga."Kamu harus menghindar dari adikmu selama tiga bulan kehamilan awal agar dia tidak terlalu tersiksa karena terus mengeluarkan makanan yang ada di perutnya."" ... " Arga tidak dapat berkata-kata mendengar apa yang orang tuanya katakan.Dia mentap kedua orang tuanya dengan tatapan menyalahkan. Bukankah semua ini karena ulah kedua orang tuanya yang ingin memisahkan adiknya dari Wei? Mengapa sekarang dia yang harus menanggung akibatnya?Dibenci tidak hanya oleh Ara tapi juga oleh calon keponakannya yang belum lahir.Di kantor, Wei tampak menatap ke luar jendela sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.Ini baru sebulan, tapi rasanya seperti se abad. Wei tidak henti berdoa agar istrinya benar-benar hamil. Ha

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 185. Tersenyum Menggemaskan

    Wuzini terdiam, setahun memang bukan waktu yang lama untuk sebuah restu, tapi masalahnya apakah keduanya tidak akan terpikat pada orang lain selama waktu yang ditentukan itu?"Mereka meminta aku dan Ara berpisah selama setahun. JIka selama setahun itu perasaan kami tidak berubah, barulah mereka akan kembali merestui hubungan kami.""Apakah kamu yakin kalau kamu dan istrimu akan bisa menjaga kesetiaan masing-masing selama satu tahun itu?" tanya Wuzini tidak yakin."Yakin."Wuzini hanya menghela napas panjang melihat tekad anak laki-lakinya untuk mendapatkan restu dari keluarga istrinya kembali. Dia hanya menepuk bahu Wei sebelum mengajak anaknya itu masuk ke dalam kantor untuk membahas masalah pekerjaan.Ara dan Arga masuk ke dalam rumah tanpa banyak bicara. Ara masih marah karena kakaknya mengajukan syarat yang begitu sulit untuknya dan Wei. Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar, bagaimana kalau suaminya itu malah jatuh cinta pada wanita lain dan benar-benar menceraikannya?Arga me

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 184. Syarat Mendapat Restu

    Arga menyerbu masuk ke dalam kantor Wei tanpa basa basi. Dia langsung menuju Wei dan ingin menghajarnya namun, di halangi oleh Ara."Minggir!" kata Arga sambil mendelik marah ke arah adiknya."Tidak, kakak tidak boleh memukulnya!" Kata Ara keras kepala menatap kakaknya yang sedang marah."Kamu tidak tahu malu berlindung pada perempuan!" kata Arga sambil menunjuk Wei yang ada di belakang Ara." ... " Wei tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab kata-kata Arga. Bukannya dia tidak mau berhadapan dengan kakak iparnya, tapi Ara sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk maju. Wei takut jika dia memaksa maju maka Ara akan marah kepadanya.Baginya lebih baik membiarkan Arga marah dari pada Ara yang marah kepadanya."Dia suamiku, tidak ada salahnya aku melindunginya!" kata Ara seperti induk ayam yang menjaga anak-anaknya."Tapi aku kakakmu!""Tapi kamu mau menyakiti suamiku!""Itu karena kamu!""Tidak, itu bukan karena aku, tapi karena keegoisanmu sendiri ... kamu tahu betul bagaimana

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 183. Algojo  

    "Kita baru berpisah tadi malam," kata Ara tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata Wei."Tapi buatku itu seperti sudah lama sekali," kata Wei mengerucutkan bibirnya sedih.Kebiasaan itu benar-benar buruk. Dia telah terbiasa tidur dengan istrinya, hingga ketika Ara pergi, Wei benar-benar tidak bisa tidur sampai pagi. Anehnya sampai detik ini juga matanya benar-benar cerah dan sama sekali tidak mengantuk. "Matamu ada lingkaran hitamnya, apakah tadi malam kamu tidak tidur nyenyak?" tanya Ara sambil melihat ke arah mata Wei."Aku tidak bisa tidur tanpamu," jawab Wei lebih seperti keluhan."Bagaimana kalau kamu istirahat sekarang?""Apakah kamu akan menemani aku?""Ya.""Oke," kata Wei sambil membopong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar tempatnya biasa tidur jika bekerja lembur di kantor.Setelah membaringkan Ara, Wei juga naik ke atas kasur dan membaringkan dirinya di sebelah Ara."Mengapa kamu masih belum tidur?" tanya Ara setelah beberapa waktu berlalu Wei mas

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 182. Sangat Merindukan 

    Pagi yang cerah. Namun, suasana di perusahaan milik Wei malah terlihat suram. Semua karyawan dan staf di perusahaan itu tampak tertekan karena suasana hati sang bos sepertinya sedang tidak baik-baik saja.Tidak boleh ada kesalahan sedikitpun. Bahkan salah tanda koma dalam berkas yang akan di tanda tangani oleh Wei pun bisa membuatnya ngamuk. Joy hanya meringis ketika para staf mengeluh dan menanyakan ada apa sebenarnya dengan bos mereka. Tidak biasanya Wei bersikap seperti saat ini. Mereka benar-benar merasa tersiksa dan tertekan menghadapi sikap Wei yang tidak seperti biasanya itu."Mungkinkah Bos kita itu salah makan?" tanya salah satu staf kepada Joy."Jangan menduga yang aneh-aneh! Kerjakan saja tugas kalian dengan baik agar tidak dimarahi lagi," kata Joy sambil berlalu dari hadapan semua staf yang menemuinya.Joy sendiri tidak berani menanyakan langsung kepada Wei, apa yang menjadi masalah sebenarnya hingga dia menunjukkan sikap seperti itu."Mungkin nyonya Ara tahu apa yang s

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 181. Perpisahan 

    "Ehm ... tidakkah sebaiknya kita tanyakan saja kepada Ara, apakah dia ingin pulang mengikuti kalian atau tetap di sini?" Wuzini yang sejak awal bersikap pasif mulai mengeluarkan suaranya.Semua tatapan mata langsung tertuju kepada Ara. "Kamu harus ikut kami pulang. Papa menunggumu di rumah, dia sedang tidak sehat," kata Arga dengan nada tidak ingin di tolak."Kamu memaksanya," geram Wei."Kamu benar, aku memaksanya!""Kamu ... kamu ...."Wei merasa seperti tercekik dan tidak bisa berkata-kata ketika mendengar pengakuan Arga yang blak-blakan."Papa sakit apa, Kak?" tanya Ara mulai merasa cemas."Kamu akan tahu jika kamu pulang," jawab Arga datar.Dia tidak ingin memberitahukan kepada Ara kalau papanya hanya terserang flu biasa. Jika Ara tahu tentu saja adiknya ini tidak akan mau pulang ke rumah mereka saat ini juga. Adapun mengapa papanya tidak mau ikut adalah karena papanya sudah terlalu kesal dengan Wei dan keluarganya.Sejak berita kematian putrinya, Reza memang selalu menghindar

DMCA.com Protection Status