Kabut merah membentuk lorong muncul di hadapan Ian. Sebagain kabut merah tersebut menyelimuti Ian, menyusup ke dalam pori-pori kulitnya dengan dingin yang menusuk. Di tengah kobaran api dan kehancuran di luar pintu merah yang diakibatkan Theo, dunia di baliknya terasa berbeda—seolah-olah ia telah melangkah ke dalam lukisan kuno yang hidup.“Bukankah ini sama dengan yang di Nganjuk?” gumam Ian, mengingat kembali apa yang dilaluinya saat misi penyelamatan Regu Kancil. Saat itu, Ian juga berjalan melalui kabut merah, dan tiba di sebuah hutan aneh, tempat di mana pohon-pohon memiliki warna merah dan akar berdenyut seperti jantung yang mengalirkan darah ke seluruh tubuhnya.Namun, kali ini, di ujung lorong kabut merah, Ian tidak menemukan hutan. Ia kini berdiri di sebuah ruangan di dalam gedung balai desa yang masih utuh. Sangat berbeda dengan gedung balai desa di luar pintu merah yang sedang terbakar, ini benar-benar bukanlah gedung yang ia kenal. Temboknya dipenuhi ur
“Hahahaha …” tawa Gemini menggema seperti guntur. Suaranya memantul di antara bangunan-bangunan berdiding merah yang kini mulai membeku. Meski wajahnya tersembunyi di balik topeng putih polos, matanya memancarkan kegembiraan yang tak terbendung. Tiada cela ketakutan yang terpancar, seolah semua ini adalah bagian dari drama yang begitu menarik.Ian menyadari bahwa sosok Gemini di depannya hanyalah sebuah Klon. Bahkan, kemungkinan besar, Gemini asli tidak berada di tempat ini. Hal ini terbukti dari absennya notifikasi sistem mengenai kehadiran Gemini dalam misi darurat. Kecuali, mungkin Gemini memiliki kemampuan untuk menyembunyikan jejak sistemnya seperti yang dimiliki oleh Nightmare.“Kamu sudah kalah, Ian!” tawa keras Gemini menggema. Suaranya tak tergoyahkan, tanpa jejak ketakutan. “Aku telah menodai Lisa beratus-ratus kali dengan klon-klonku. Bahkan pasukan yang terinfeksi virusku tadi juga telah merasakannya. Jujur saja, aku tak menyangka artis cantik seperti Lisa masih mempertaha
Ian merangkul tubuh Lisa yang mulai kaku, matanya bergetar. Cahaya rembulan merah membelai wajahnya yang pucat, dan angin berbisik di antara rerumputan yang membeku. Di dunia merah yang terasa hampa, Ian berlutut dengan emosi yang bergetar."Lisa, bersabarlah," gumamnya dengan suara yang hampir terputus, tapi penuh tekad. "Aku pasti akan menghidupkanmu kembali."Sejak klon Gemini terakhir yang menusuk Lisa tewas di tangannya, Ian dapat merasakan bahwa ketiga kemampuannya telah berfungsi kembali. Ian memandang mata Lisa yang terpejam, dan tekadnya membara. “Mata Roda Samsara, tunjukkan kekuatanmu! Jalan Manusia!”Mata Ian berubah, lingkaran bagai corong muncul menggantikan pupil gelapnya. Enam tomoe berputar pada lingkaran tersebut seperti planet, hingga salah satu tomoe tersebut memancarkan cahaya keemasan. Seketika itu,tubuhnya diselimuti sinar keemasan, dan mahkota dengan enam sudut melayang di atas kepalanya. Ia terasa seperti raja para dewa, memerintahkan malaikat turun dari surga
[Membunuh 201 Klon Gemini dengan ranah setingkat Golden Core Puncak dan 300 Klon Gemini setingkat Qi Gathering awal][Anda mendapat 10.053.000 EXP][Total EXP: 10.169.130/160.000 EXP]Ian menelan ludah, takjub dan tercengang. Ian sedikit tidak menyangka, bahwa dirinya telah banyak membunuh klon Gemini. Ini sama saja seperti ia menghancurkan satu Batalyon pasukan. Keinginannya dalam menyelamatkan orang terdekatnya, membuatnya tidak sempat berpikir saat melakukan pembantaian.Detik berikutnya, Qi dalam dantiannya bergerak liar, mengalir seperti sungai yang meluap. Satu bola emas di pilar dantian bergetar hebat, mengeluarkan cahaya yang membutakan mata. Di sampingnya, dua bola emas baru muncul, dan ketiga bola emas itu hancur, berubah menjadi tiga matahari kecil yang memancarkan keajaiban. Cahaya keemasan memenuhi dantian Ian, seakan itu adalah tempat suci yang tak terjamah.Tak lama kemudian, suara notifikasi sistem kembali bergema.[Ding!] [Selamat Host, Anda telah berhasil mencapai r
Dari balik bayang-bayang, sosok iblis wanita muncul dengan perlahan. Tanduk di dahinya menonjol, dan sayap kelelawar di punggungnya mengibarkan diri. Matanya merah menyala, menatap Ian tanpa ekspresi, seakan sedang memeriksa serangga yang tidak penting. Cahaya bulan memantul di kulitnya yang pucat, dan rambut hitamnya terurai seperti sutra gelap.“Maaf, Tuan Nightmare tidak bisa hadir secara langsung,” ucapnya dengan suara yang lebih tajam dari pisau. “Sebagai gantinya, aku kemari menggantikannya. Tuan Nightmare bisa melihat semua yang aku lihat.” Suaranya seperti angin malam yang menusuk tulang.Ian menatap iblis wanita itu. Wajahnya sangat mirip dengan wujud Theo, tapi ada sesuatu yang berbeda. Tidak ada api neraka yang memancar dari tubuhnya, seolah-olah dia adalah versi inferior dari Theo. Namun, ada keanggunan dan kekuatan yang tersembunyi di balik penampilannya yang biasa saja.“Kalau begitu, katakan pada Tuanmu, aku bersedia bekerja sama dengannya,” ucap Ian dengan penuh peneka
Di ruangan yang remang, meja panjang bersudut melingkar terbentang. Kayu tua berkerut dan mengisahkan ribuan pertemuan sebelumnya. Kursi-kursi berjejer mengelilingi meja, menunggu pemiliknya. Dari ke-12 kursi tersebut, hanya ada 7 yang terisi, seperti luka yang belum sembuh.“Di mana Gemini?” tanya Cancer, suaranya seperti cangkang kepiting yang terbuka. Wajahnya tersembunyi di balik topeng, tapi ketidakkesabarannya terpancar jelas. “Aku tidak punya waktu banyak. Masih ada urusan yang harus aku lakukan setelah ini.”Wanita cantik yang memperlihatkan wajahnya dengan bebas mengangkat alisnya. “Tidak biasanya Gemini terlambat dalam rapat bulanan ini,” katanya, suara lembut seperti embun pagi yang menyentuh bunga. Dia tampak tidak peduli bahwa semua orang tahu identitasnya.“Jangan-jangan … dia sudah tewas?” ujar Aquarius, wanita bertopeng biru yang hanya menutupi bagian atas wajahnya. Bibir merahnya yang menggoda terpampang bebas, seolah menantang.Mendadak, suara ketukan meja terdengar
Malam itu, di tepi danau angsa yang tersembunyi dari pandangan manusia, Ian merasakan getaran ketidakwajaran. Sebuah kehadiran misterius menyelinap di antara pepohonan rimbun, mengaburkan batas antara dunia nyata dan khayalan. Cahaya rembulan menari-nari di antara dedaunan, menciptakan pola bayangan yang menyerupai tarian hantu.Dari dalam gelap, sosok bertopeng Plague Doctor muncul. Nightmare—sebutan yang mengundang rasa takut dan kagum. Paruhnya yang panjang menyerupai paruh burung hantu, dan topi bundarnya menutupi wajahnya dengan misteri. Setelan jas gelapnya mengalir seperti asap, menyatu dengan kegelapan malam."Nightmare," ucap Ian dengan suara bergetar. "Lama tak jumpa."Sosok bertopeng itu mengangguk, suaranya lembut dan berwibawa. "Aku mendengar kabar dari pelayanku, bahwa kamu menerima tawaranku. Apakah itu benar?"Ian menatap mata yang tersembunyi di balik topeng. "Itu benar. Aku bersedia bekerjasama denganmu," katanya, "tapi dengan satu syarat: bantu aku membunuh tubuh as
Masih ada jarak tiga minggu sebelum Zodiak benar-benar akan menyerang Kementerian Penanggulangan Bencana Supranatural. Karena tidak ada yang bisa dilakukan dalam jeda waktu ini, Ian memutuskan untuk menyelesaikan serial drama “Hantu? Siapa Takut!” yang telah memasuki proses pasca produksi dan editing. Pada tahap ini, kreativitas dan detail menjadi fokus utama untuk menyempurnakan hasil produksi sebelum film tersebut siap disajikan kepada penonton. Dalam prosesnya, editing menjadi langkah awal dalam menyusun kembali materi gambar dan suara yang telah direkam. Dengan keahlian editor, adegan demi adegan dipotong, digabungkan, dan disusun agar cerita terlihat mulus dan terstruktur dengan baik. Hasilnya adalah narasi visual yang koheren dan menarik.Selanjutnya, proses color grading memainkan peran penting dalam menyesuaikan warna dan pencahayaan dalam gambar. Tujuannya adalah mencapai tampilan visual yang sesuai dengan mood dan tone cerita yang ingin disampaikan. Setiap adegan diperindah
"Zeus, kali ini aku akan membunuhmu!” teriak Ian penuh keyakinan. Zeus menatap Ian dengan mata yang memancarkan cahaya keemasan. Di baliknya, ada kekuatan yang mengguncang alam semesta. Ian merasakan getaran itu, seolah langit dan bumi bergetar dalam irama yang tak terduga. “Jangan terlalu yakin dulu, Ian! Aku masih punya kartu As yang bahkan belum aku gunakan saat melawan Ryan!” ujar Zeus dengan tenang. Suaranya seperti guntur yang merayap di udara, menggema di telinga Ian. Hal ini tentu mengagetkan Ryan, yang semenjak tadi telah bertarung secara seimbang dengan Zeus. “Maksudmu, kamu tadi belum benar-benar serius?” Ryan menatap Zeus dengan pandangan campuran antara kagum dan ketidakpercayaan. Zeus hanya tersenyum, namun senyuman itu seakan menunjukkan konfirmasinya. “Mode Dewa: Petir Surgawi!” serunya. Cahaya keemasan di matanya semakin terang, dan angin berputar di sekitarnya. Ian merasa seolah berada di pusat badai. Petir tiba-tiba menyambar entah dari mana, dan mengenai tubuh
Balor menatap Ian dengan mata yang penuh tekad. "Aku akan mengembalikan Otoritas yang telah kucuri dari Hades." Sebuah cahaya keemasan muncul dari tengah dahi Balor, terbang dan merasuk ke kepala Ian.Ian merasakan sesuatu yang kembali padanya, kekuatannya mendekati sempurna. "Ini?" tanyanya, terkejut."Ya," jawab Balor dengan suara yang semakin lemah. "Dengan ini, Jalan Asura telah kembali pada penguasa samsara." Ia menoleh ke arah Verethragna. "Hei, cepat beri Ian senjatamu!"Verethragna tertawa. "Chill bro~" ucapnya. "Ian, aku memang tidak bisa mengembalikan Otoritas Jalan Deva, tapi aku bisa memberimu sebuah senjata terkuat yang dapat membunuh apapun."Verethragna memejamkan matanya, menciptakan senjata yang sesuai dengan bayangannya. Dari ruang kosong di depannya, cahaya emas menyeruak. Cahaya itu membentuk bilah dan gagang pedang.Pedang itu memiliki bilah panjang dan tajam, terbuat dari baja legendaris yang sudah tidak ada lagi di
Ketika pil itu meluncur melewati kerongkongan Ian, tiba-tiba tubuhnya diselimuti oleh api hijau. Namun, anehnya, api itu tidaklah panas; sebaliknya, ia merasa hangat dan nyaman. Luka-luka di tubuhnya sembuh dengan cepat, bahkan lebih dari yang efek kemampuan Healing Factor miliknya."Inikah kekuatan yang aku dapatkan dari pil NTZ?" gumam Ian, memandangi kedua tangannya dengan keterkejutan.Namun, suara tajam membuyarkan lamunan Ian. "Tentu saja tidak, bodoh!" ujar sosok yang muncul dari atas langit. "Itu adalah kekuatan dari Api Lotus Hijau milikku."Sosok itu turun perlahan, sayap-sayapnya yang berjumlah dua belas terbentang dengan megah. Setiap sayapnya memiliki warna yang berbeda, mereka semua terbuat dari berbagai macam Api Surgawi."Ian Herlambang," kata sosok itu dengan nada dingin, "aku tak menyangka kamu telah mencapai ranah Celestial. Namun, aku melihat bahwa ini bukanlah pencapaianmu sendiri. Ranah kultivasimu masih belum stabil. Beristi
Gelombang kejut dari benturan kekuatan yang dahsyat itu merambat dengan cepat, mengguncang bumi dan langit. Bumi bergetar, seakan-akan planet ini menahan nafas terakhirnya. Di kota-kota besar Indonesia, gedung-gedung menjulang seperti pohon-pohon raksasa yang terguncang oleh badai. Kaca-kaca jendela pecah, mengirimkan serpihan tajam ke jalanan yang berubah menjadi medan perang. Teriakan panik memenuhi udara, menciptakan simfoni ketakutan yang menggema di antara reruntuhan.Di wilayah pesisir, air laut mengundur sejenak, mengejar takdirnya yang tak terhindarkan. Lalu, ombak raksasa muncul, menggulung daratan dengan amarah yang tak terkendali. Tsunami itu menghancurkan segala yang ada di jalurnya: kapal-kapal terangkat dan terhempas ke darat, rumah-rumah luluh lantak, dan manusia berlarian tanpa arah, berusaha menyelamatkan diri dari amukan alam yang tak terbendung. Mata mereka dipenuhi ketakutan, melihat bencana bak kiamat ini.Jakarta, kota yang pernah ramai dan be
Angin malam berhembus kencang, membawa desau yang menegangkan. Ian, dengan napas yang tersengal, mengumpulkan sisa kekuatannya. "Aku belum selesai, Zeus!" serunya, matanya menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Aku tak akan pernah membiarkanmu menyentuh Lisa!”Zeus hanya tertawa, suaranya bergema seperti guntur yang menggelegar. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan kekuatan sebesar itu?" ejeknya sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dari ujung jari-jarinya, tombak petir mulai terbentuk, cahayanya menyilaukan dan memancarkan energi yang mengerikan. “Baiklah, aku beri kamu kesempatan untuk menghiburku lagi. Dan kali ini, aku tidak akan diam saja, jadi …”“Jangan kecewakan aku,” bisik Zeus dengan suara yang tegas dan berat. Setiap kata yang terucap menekankan ancaman yang tersirat.Ian mengencangkan genggaman tangannya, cahaya di matanya semakin berkobar. "Demi Lisa, dan demi seluruh orang yang takdirnya telah kau permainkan, aku tidak aka
Bulan purnama yang terang benderang seakan menjadi saksi atas pertemuan dua kekuatan besar di langit Jakarta yang malam itu terasa berbeda. Aura tegang menyelimuti kota, dan angin malam berhembus seolah-olah ingin menceritakan kisah epik yang akan terjadi.Di bawah sinar bulan yang memantulkan cahaya putih, Ian berdiri dengan rambutnya yang mengalir bagai sungai perak. Matanya yang biru kehijauan bersinar tajam, menembus kegelapan malam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Zeus berdiri megah, senyumnya lebar dan penuh dengan kegembiraan pertempuran. Sorot matanya yang berkilau menandakan ia siap untuk pertarungan yang telah lama dinantikan.Baik Ian ataupun Zeus, mereka berdua adalah Overgod, eksistensi yang telah melampaui batas-batas manusia biasa, dan malam itu, mereka akan menunjukkan kekuatan mereka yang bisa mengguncang alam semesta.Dalam kesunyian malam yang hanya ditemani gemerlap bintang, Ian berbisik mengucapkan nama
Zeus terbang di atas langit Jakarta yang kelabu, pakaian putih yang biasa ia kenakan kini terkoyak-koyak, menandakan ledakan dahsyat yang baru saja terjadi. Di bawahnya, kawah raksasa seluas 10 kilometer membentang, asap dan debu masih mengepul dari tanah yang hangus. Sekitar 20 Celestial tergeletak dengan luka-luka mendalam, termasuk Fortuna yang terbaring lemah, sementara yang lainnya lenyap ditelan ledakan.Bagaimanapun juga, Hades adalah kultivator dengan ranah Celestial Puncak. Meski dia telah memberikan otoritasnya pada Ian, tapi dia masih memiliki energi melimpah yang cukup untuk membunuh semua kultivator di bawah ranah Celestial Puncak. Tindakan Hades ini telah mengguncang fondasi organisasi Kadukeus, namun Zeus hanya tertawa ringan di atas sana. Zeus tampak tidak mempedulikan ada atau tidaknya Kadukeus. Karena baginya, selama hal itu menyenangkan, maka ia tidak akan memperdulikan hal lain. Dan apa yang dilakukan Hades, cukup menghiburnya."Adikku
“Huh?” Ian menoleh ke samping, telinganya menangkap suara ledakan yang menggema dari kejauhan. Langit malam yang sebelumnya gelap kini terang benderang oleh letupan cahaya yang mirip dengan matahari terbenam, namun tiba-tiba saja, sebuah cahaya keemasan yang menyilaukan melintas bagai bintang jatuh dan menghantam tubuhnya dengan kekuatan yang luar biasa, menghempaskan tubuh Ian ke tembok. Dalam sekejap, tembok tersebut langsung retak dan hancur berkeping-keping, debu dan puing berserakan di udara.Cahaya itu kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Ian, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan. Cahaya keemasan itu seolah menjadi cairan panas yang mengalir di setiap pembuluh darahnya, membuat Ian meronta kesakitan seperti binatang buas yang terluka parah.Di tengah rasa sakit yang memuncak, suara sistem terdengar kacau di telinganya.[Ding!][Mendeteksi adanya energi asing yang mencoba menyingkirkan sistem]Ian mengerang kesakitan, tubuhny
Zeus melayang di atas reruntuhan yang masih mengepulkan asap, tatapannya dingin dan tak tergoyahkan menembus ke bawah ke arah para anggota Zodiak yang terkapar tak berdaya."Sampai di sinilah perjuangan kalian berakhir," suaranya tenang namun mengandung otoritas yang tak bisa ditolak. "Sekarang, aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik kami."Zeus mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Petir berkumpul di telapaknya, berputar dengan liar dan bersinar terang hingga menyilaukan mata. Dengan satu gerakan tegas dan pasti, ia melepaskan bola petir itu ke arah Libra dan rekan-rekannya yang sudah tidak berdaya.Mereka hanya bisa menatap dengan pasrah pada serangan maut yang mendekat. Cahaya biru yang menyilaukan memancar dengan intensitas yang memenuhi pandangan, menelan tubuh Libra, Virgo, Sagitarius, dan Aquarius dalam kilauan yang membutakan.Dentuman keras menggema, membelah kesunyian malam yang kacau. Ledakan itu begitu dahsyat hingg