Ian menghitung setiap gerakan dengan napas yang teratur, "97... 98 ... 99 ... 100!" Setiap angka adalah puncak dari perjuangan dan ketekunan. Setelah squat ke seratus, ia menghela napas dalam-dalam, merasakan setiap otot di kakinya berdenyut dengan kepuasan. Ia menatap ke dalam layar hologram yang melayang di depannya. Di sana, ada detail perkembangan atas misi harian "Sehat Itu Penting".__________________________________Misi Harian: Sehat Itu PentingTingkat Kesulitan: CDetail Misi:Sebagai orang kaya, kesehatan seringkali terabaikan. Sebelum penyakit menyerang tubuh Anda, Host harus berolahraga dengan giat setiap harinya. Selesaikan rutinitas olahraga yang sistem berikan.Push-Up: 0/100Sit-Up: 100/100Squat: 100/100Lari: 10/10 kilometerJumlah hari: 99/100 hari (Sedang Berjalan)Hadiah: Kemampuan Tubuh OverlordHukuman: Tidak AdaCatatan: Misi ini bisa diambil kapan saja__________________________________"Hanya seratus push-up lagi, dan Tubuh Overlord akan menjadi milikku," bi
Melihat bala bantuan yang telah tiba, Ian menyelipkan Aqua Frost Dagger kembali ke dalam Cincin Ruang, menghindari bahaya hipotermia yang mengintai. Jika tidak, Ian bisa mati kedinginan. bahaya hipotermia yang mengintai. Energi Qi mengalir melalui tubuhnya, menghangatkan kulit pucat yang hampir membeku. Ia merasa seperti es yang perlahan mencair, kembali hidup.Namun, perhatiannya beralih pada pria berkumis di sebelahnya. "Mmm, apakah Anda adalah Ayah Alicia?" tanyanya, mencoba menghubungkan benang-benang takdir yang terjalin di antara mereka.Pria berumur sekitar enam puluh tahun itu menoleh, wajahnya yang berkerut tersenyum. "Kamu pasti Ian," katanya sambil menepuk punggung Ian dengan keras. "Aku William Ethan, seorang pengusaha kaya dan juga Ayah dari putriku yang imut—Alicia Ethan."Ian memandang William dengan curiga. Pengusaha kaya? Ia melihat pria itu dari atas ke bawah, mengamati jas hitam yang hanya dikenakan di bahu, kumis tebal yang menghiasi bibirnya, dan cerutu yang terba
Dentuman menggelegar memecah kesunyian malam, seolah-olah langit dan bumi bersatu dalam simfoni kehancuran. Kenzaki Kuro, yang biasanya tenang bagai samudra, kini berubah menjadi badai yang ganas, bertukar pukulan dengan William yang gagah berani. Bayangkan, sebuah raksasa menjulang 15 meter, berhadapan dengan manusia yang hanya sepertiga tingginya—pertarungan antara David dan Goliath di bawah rembulan yang menyaksikan.Di tengah gempuran yang mengguncang bumi, Ian, dengan ketenangan dan keseriusan yang tak tergoyahkan, menekan tubuhnya naik turun di atas pasir pantai. Setiap push-upnya adalah tantangan terhadap gravitasi, setiap hitungan adalah nyanyian kemenangan atas rasa lelah. “65 … 66 …” suaranya terdengar stabil, tak terganggu oleh kekacauan yang terjadi hanya beberapa langkah darinya.William, yang terkejut, terhenti di udara, matanya membulat tak percaya. ‘Apa yang dilakukan orang ini? Apakah dia kehilangan akal? Berlatih di tengah badai pertempuran?’ pikirnya, terpana. Namun
Ian menatap Kenzaki Kuro, matanya menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Kalau begitu, mari kita uji seberapa jauh kemampuan regenerasimu bekerja, Kenzaki Kuro!” serunya, suaranya memotong angin malam, danmenggema di seluruh pulau Gili Iyang.Di saat yang bersamaan Ian mulai melayangkan pukulan-pukulan keras yang mengguncang pulai Gili Iyang. Angin kencang bertiup, membelah apapun yang ada di depannya. Pohon-pohon tumbang, pasir terangkat, dan ombak laut berkecamuk. Pulau ini seperti terguncang oleh kekuatan primordial, dan Ian adalah penguasa alam yang marah.Setiap kali pukulan Ian menghantam, tubuh Kenzaki Kuro bergetar, bagai gunung yang terguncang oleh gempa. Bagian-bagian tubuhnya hancur, tulang-tulang retak, dan darah mengalir. Namun, sebelum Ian bisa merayakan kemenangan, regenerasi Kenzaki Kuro bekerja dengan cepat. Daging dan tulang-tulang yang hancur berpadu kembali, mengisi kekosongan dengan kecepatan yang menakjubkan. Awalnya, regenasi berjalan tidak begitu cepat. N
Bintang-bintang yang biasa menari riang di langit malam desa kini tersembunyi di balik tabir kelabu, seolah-olah mereka pun menangis atas tragedi yang terhampar luas di depan mata Ian dan William. Keduanya berdiri, bagai patung, di jantung desa yang kini berubah menjadi panggung sandiwara maut. Gedung balai desa, yang biasanya menjadi simbol kebersamaan, kini menjadi saksi bisu atas tarian nyawa yang terenggut satu per satu, mayat-mayat bergelimpangan tak berdaya, memenuhi pandangan.William, dengan suara yang bergemuruh bagai petir, bertanya penuh amarah, "Teganya mereka melakukan semua ini!" Wajahnya yang biasanya tenang kini berubah menjadi lautan kemarahan dan kekecewaan, mencerminkan kekacauan yang terbentang di hadapannya. Hati yang tidak pernah ia duga bisa terluka, kini terasa remuk redam melihat nyawa-nyawa tak bersalah yang tewas secara mengenaskan.Di sisi lain, Ian berdiri dengan hati yang terasa beku, kehilangan kemarahan yang biasanya akan membara dalam dadanya. Ia yang
Dalam kekacauan yang membelah ruangan, Ian dan William bergerak seperti dua angin topan yang bertemu di tengah badai. Sebelum para prajurit yang terinfeksi Gemini menarik pelatuknya, Ian sudah memberi tanda pada William untuk melindungi Alicia. Jadi, ketika mereka mulai menembak, Willam langsung merangkul Alicia dan menariknya ke lantai, melindunginya dari hujan peluru yang mengganas. Selama cerutu di mulutnya belum habis, tubu fisik William masih setara Nascent Soul Puncak.Sementara itu, Ian bergerak dengan ketenangan seorang pembunuh yang telah menghadapi kematian berkali-kali. Dengan tenang Ian menarik Crystal Edge, sebuah pisau pemotong daging berbilah kristal dari dalam Cincin Ruangnya. Dalam bisikan yang hanya terdengar oleh angin, Ian berkata, "Flashing Seath: Eight Flower Mirror!"Seolah-olah dunia berputar lebih cepat, Ian mengayunkan pisau dengan kecepatan yang tak terbayangkan. Gelombang tebasan muncul, memotong semua peluru yang datang dari segala arah—360 derajat tanpa a
Kabut merah membentuk lorong muncul di hadapan Ian. Sebagain kabut merah tersebut menyelimuti Ian, menyusup ke dalam pori-pori kulitnya dengan dingin yang menusuk. Di tengah kobaran api dan kehancuran di luar pintu merah yang diakibatkan Theo, dunia di baliknya terasa berbeda—seolah-olah ia telah melangkah ke dalam lukisan kuno yang hidup.“Bukankah ini sama dengan yang di Nganjuk?” gumam Ian, mengingat kembali apa yang dilaluinya saat misi penyelamatan Regu Kancil. Saat itu, Ian juga berjalan melalui kabut merah, dan tiba di sebuah hutan aneh, tempat di mana pohon-pohon memiliki warna merah dan akar berdenyut seperti jantung yang mengalirkan darah ke seluruh tubuhnya.Namun, kali ini, di ujung lorong kabut merah, Ian tidak menemukan hutan. Ia kini berdiri di sebuah ruangan di dalam gedung balai desa yang masih utuh. Sangat berbeda dengan gedung balai desa di luar pintu merah yang sedang terbakar, ini benar-benar bukanlah gedung yang ia kenal. Temboknya dipenuhi ur
“Hahahaha …” tawa Gemini menggema seperti guntur. Suaranya memantul di antara bangunan-bangunan berdiding merah yang kini mulai membeku. Meski wajahnya tersembunyi di balik topeng putih polos, matanya memancarkan kegembiraan yang tak terbendung. Tiada cela ketakutan yang terpancar, seolah semua ini adalah bagian dari drama yang begitu menarik.Ian menyadari bahwa sosok Gemini di depannya hanyalah sebuah Klon. Bahkan, kemungkinan besar, Gemini asli tidak berada di tempat ini. Hal ini terbukti dari absennya notifikasi sistem mengenai kehadiran Gemini dalam misi darurat. Kecuali, mungkin Gemini memiliki kemampuan untuk menyembunyikan jejak sistemnya seperti yang dimiliki oleh Nightmare.“Kamu sudah kalah, Ian!” tawa keras Gemini menggema. Suaranya tak tergoyahkan, tanpa jejak ketakutan. “Aku telah menodai Lisa beratus-ratus kali dengan klon-klonku. Bahkan pasukan yang terinfeksi virusku tadi juga telah merasakannya. Jujur saja, aku tak menyangka artis cantik seperti Lisa masih mempertaha
"Zeus, kali ini aku akan membunuhmu!” teriak Ian penuh keyakinan. Zeus menatap Ian dengan mata yang memancarkan cahaya keemasan. Di baliknya, ada kekuatan yang mengguncang alam semesta. Ian merasakan getaran itu, seolah langit dan bumi bergetar dalam irama yang tak terduga. “Jangan terlalu yakin dulu, Ian! Aku masih punya kartu As yang bahkan belum aku gunakan saat melawan Ryan!” ujar Zeus dengan tenang. Suaranya seperti guntur yang merayap di udara, menggema di telinga Ian. Hal ini tentu mengagetkan Ryan, yang semenjak tadi telah bertarung secara seimbang dengan Zeus. “Maksudmu, kamu tadi belum benar-benar serius?” Ryan menatap Zeus dengan pandangan campuran antara kagum dan ketidakpercayaan. Zeus hanya tersenyum, namun senyuman itu seakan menunjukkan konfirmasinya. “Mode Dewa: Petir Surgawi!” serunya. Cahaya keemasan di matanya semakin terang, dan angin berputar di sekitarnya. Ian merasa seolah berada di pusat badai. Petir tiba-tiba menyambar entah dari mana, dan mengenai tubuh
Balor menatap Ian dengan mata yang penuh tekad. "Aku akan mengembalikan Otoritas yang telah kucuri dari Hades." Sebuah cahaya keemasan muncul dari tengah dahi Balor, terbang dan merasuk ke kepala Ian.Ian merasakan sesuatu yang kembali padanya, kekuatannya mendekati sempurna. "Ini?" tanyanya, terkejut."Ya," jawab Balor dengan suara yang semakin lemah. "Dengan ini, Jalan Asura telah kembali pada penguasa samsara." Ia menoleh ke arah Verethragna. "Hei, cepat beri Ian senjatamu!"Verethragna tertawa. "Chill bro~" ucapnya. "Ian, aku memang tidak bisa mengembalikan Otoritas Jalan Deva, tapi aku bisa memberimu sebuah senjata terkuat yang dapat membunuh apapun."Verethragna memejamkan matanya, menciptakan senjata yang sesuai dengan bayangannya. Dari ruang kosong di depannya, cahaya emas menyeruak. Cahaya itu membentuk bilah dan gagang pedang.Pedang itu memiliki bilah panjang dan tajam, terbuat dari baja legendaris yang sudah tidak ada lagi di
Ketika pil itu meluncur melewati kerongkongan Ian, tiba-tiba tubuhnya diselimuti oleh api hijau. Namun, anehnya, api itu tidaklah panas; sebaliknya, ia merasa hangat dan nyaman. Luka-luka di tubuhnya sembuh dengan cepat, bahkan lebih dari yang efek kemampuan Healing Factor miliknya."Inikah kekuatan yang aku dapatkan dari pil NTZ?" gumam Ian, memandangi kedua tangannya dengan keterkejutan.Namun, suara tajam membuyarkan lamunan Ian. "Tentu saja tidak, bodoh!" ujar sosok yang muncul dari atas langit. "Itu adalah kekuatan dari Api Lotus Hijau milikku."Sosok itu turun perlahan, sayap-sayapnya yang berjumlah dua belas terbentang dengan megah. Setiap sayapnya memiliki warna yang berbeda, mereka semua terbuat dari berbagai macam Api Surgawi."Ian Herlambang," kata sosok itu dengan nada dingin, "aku tak menyangka kamu telah mencapai ranah Celestial. Namun, aku melihat bahwa ini bukanlah pencapaianmu sendiri. Ranah kultivasimu masih belum stabil. Beristi
Gelombang kejut dari benturan kekuatan yang dahsyat itu merambat dengan cepat, mengguncang bumi dan langit. Bumi bergetar, seakan-akan planet ini menahan nafas terakhirnya. Di kota-kota besar Indonesia, gedung-gedung menjulang seperti pohon-pohon raksasa yang terguncang oleh badai. Kaca-kaca jendela pecah, mengirimkan serpihan tajam ke jalanan yang berubah menjadi medan perang. Teriakan panik memenuhi udara, menciptakan simfoni ketakutan yang menggema di antara reruntuhan.Di wilayah pesisir, air laut mengundur sejenak, mengejar takdirnya yang tak terhindarkan. Lalu, ombak raksasa muncul, menggulung daratan dengan amarah yang tak terkendali. Tsunami itu menghancurkan segala yang ada di jalurnya: kapal-kapal terangkat dan terhempas ke darat, rumah-rumah luluh lantak, dan manusia berlarian tanpa arah, berusaha menyelamatkan diri dari amukan alam yang tak terbendung. Mata mereka dipenuhi ketakutan, melihat bencana bak kiamat ini.Jakarta, kota yang pernah ramai dan be
Angin malam berhembus kencang, membawa desau yang menegangkan. Ian, dengan napas yang tersengal, mengumpulkan sisa kekuatannya. "Aku belum selesai, Zeus!" serunya, matanya menyala dengan tekad yang tak tergoyahkan. “Aku tak akan pernah membiarkanmu menyentuh Lisa!”Zeus hanya tertawa, suaranya bergema seperti guntur yang menggelegar. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan kekuatan sebesar itu?" ejeknya sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dari ujung jari-jarinya, tombak petir mulai terbentuk, cahayanya menyilaukan dan memancarkan energi yang mengerikan. “Baiklah, aku beri kamu kesempatan untuk menghiburku lagi. Dan kali ini, aku tidak akan diam saja, jadi …”“Jangan kecewakan aku,” bisik Zeus dengan suara yang tegas dan berat. Setiap kata yang terucap menekankan ancaman yang tersirat.Ian mengencangkan genggaman tangannya, cahaya di matanya semakin berkobar. "Demi Lisa, dan demi seluruh orang yang takdirnya telah kau permainkan, aku tidak aka
Bulan purnama yang terang benderang seakan menjadi saksi atas pertemuan dua kekuatan besar di langit Jakarta yang malam itu terasa berbeda. Aura tegang menyelimuti kota, dan angin malam berhembus seolah-olah ingin menceritakan kisah epik yang akan terjadi.Di bawah sinar bulan yang memantulkan cahaya putih, Ian berdiri dengan rambutnya yang mengalir bagai sungai perak. Matanya yang biru kehijauan bersinar tajam, menembus kegelapan malam, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Di hadapannya, Zeus berdiri megah, senyumnya lebar dan penuh dengan kegembiraan pertempuran. Sorot matanya yang berkilau menandakan ia siap untuk pertarungan yang telah lama dinantikan.Baik Ian ataupun Zeus, mereka berdua adalah Overgod, eksistensi yang telah melampaui batas-batas manusia biasa, dan malam itu, mereka akan menunjukkan kekuatan mereka yang bisa mengguncang alam semesta.Dalam kesunyian malam yang hanya ditemani gemerlap bintang, Ian berbisik mengucapkan nama
Zeus terbang di atas langit Jakarta yang kelabu, pakaian putih yang biasa ia kenakan kini terkoyak-koyak, menandakan ledakan dahsyat yang baru saja terjadi. Di bawahnya, kawah raksasa seluas 10 kilometer membentang, asap dan debu masih mengepul dari tanah yang hangus. Sekitar 20 Celestial tergeletak dengan luka-luka mendalam, termasuk Fortuna yang terbaring lemah, sementara yang lainnya lenyap ditelan ledakan.Bagaimanapun juga, Hades adalah kultivator dengan ranah Celestial Puncak. Meski dia telah memberikan otoritasnya pada Ian, tapi dia masih memiliki energi melimpah yang cukup untuk membunuh semua kultivator di bawah ranah Celestial Puncak. Tindakan Hades ini telah mengguncang fondasi organisasi Kadukeus, namun Zeus hanya tertawa ringan di atas sana. Zeus tampak tidak mempedulikan ada atau tidaknya Kadukeus. Karena baginya, selama hal itu menyenangkan, maka ia tidak akan memperdulikan hal lain. Dan apa yang dilakukan Hades, cukup menghiburnya."Adikku
“Huh?” Ian menoleh ke samping, telinganya menangkap suara ledakan yang menggema dari kejauhan. Langit malam yang sebelumnya gelap kini terang benderang oleh letupan cahaya yang mirip dengan matahari terbenam, namun tiba-tiba saja, sebuah cahaya keemasan yang menyilaukan melintas bagai bintang jatuh dan menghantam tubuhnya dengan kekuatan yang luar biasa, menghempaskan tubuh Ian ke tembok. Dalam sekejap, tembok tersebut langsung retak dan hancur berkeping-keping, debu dan puing berserakan di udara.Cahaya itu kemudian meresap masuk ke dalam tubuh Ian, menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan. Cahaya keemasan itu seolah menjadi cairan panas yang mengalir di setiap pembuluh darahnya, membuat Ian meronta kesakitan seperti binatang buas yang terluka parah.Di tengah rasa sakit yang memuncak, suara sistem terdengar kacau di telinganya.[Ding!][Mendeteksi adanya energi asing yang mencoba menyingkirkan sistem]Ian mengerang kesakitan, tubuhny
Zeus melayang di atas reruntuhan yang masih mengepulkan asap, tatapannya dingin dan tak tergoyahkan menembus ke bawah ke arah para anggota Zodiak yang terkapar tak berdaya."Sampai di sinilah perjuangan kalian berakhir," suaranya tenang namun mengandung otoritas yang tak bisa ditolak. "Sekarang, aku akan mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik kami."Zeus mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Petir berkumpul di telapaknya, berputar dengan liar dan bersinar terang hingga menyilaukan mata. Dengan satu gerakan tegas dan pasti, ia melepaskan bola petir itu ke arah Libra dan rekan-rekannya yang sudah tidak berdaya.Mereka hanya bisa menatap dengan pasrah pada serangan maut yang mendekat. Cahaya biru yang menyilaukan memancar dengan intensitas yang memenuhi pandangan, menelan tubuh Libra, Virgo, Sagitarius, dan Aquarius dalam kilauan yang membutakan.Dentuman keras menggema, membelah kesunyian malam yang kacau. Ledakan itu begitu dahsyat hingg