.
.
.
Sementara di ruang tamu itu, suasana begitu hening. Disana ada seorang wanita cantik dengan dress bunga-bunga sedang memangku sekeranjang roti yang dibawanya untuk pria yang sangat dirindukannya. Sayangnya, pria itu saat ini tampak begitu sedih. Diona tidak tahu ada apa dengan pria yang duduk didepannya itu.
“Kak, bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?” Wanita itu berbicara dengan sangat lembut. Lalu ia meletakkan keranjang roti di atas meja dan menatap Jayden dengan penuh kasih sayang.
“Aku baik-baik saja.” Seperti biasa, Jayden menjawabnya dengan singkat sembari memainkan segelas wine ditangannya.
“Benarkah?” Memandang wajah pria itu, Diona tahu bahwa kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Ia sangat mengenal pria itu dengan sangat baik. Jadi, ia tidak bisa dibohongi dengan begitu mudahnya. “O, iya. Aku dengar kau kembali ke pusat kota. Apakah itu benar Kak?” Wanita itu lalu mengamb
...Beberapa jam telah berlalu, setelah mengakhiri sesi pertama, akhirnya mereka berdua berbaring dengan Jayden yang memeluk erat punggung Mawar yang tidak mau menatapnya itu. Beberapa kali Jayden mengusap-usap bahu perempuan itu untuk menenangkannya. Tetapi, Mawar tidak mau menghentikan tangisannya.Menghela nafasnya, Jayden lalu memalingkan wajahnya untuk menyalakan lampu tidur yang tadi sempat dimatikannya. Ia berpikir untuk mencari tisyue supaya isterinya itu bisa mengusap air matanya. Namun bukannya sekotak tisyue, ia malah melihat selembar foto yang dikenalnya.Yups, itu adalah foto dirinya bersama dengan Diona. Di dalam foto itu, dia mengenakan setelan tuksedo berwarna hitam sedangkan Diona memakai gaun putih yang berkilauan. Mungkin jika orang tidak tahu, pasti foto itu dikira sebuah foto pernikahan. Padahal bukan! Foto itu adalah foto disaat mereka merayakan ulang tahun pernikahan kedua orang tua mereka.Jayden sama sekali tidak m
...Pagi hari telah menyingsing di pulau Henai. Burung-burung telah berkicau dan bertengger di atas pinggiran balkon seakan ingin membangunkan seorang wanita cantik yang masih tertidur disana.“Emmm…” Menggeliatkan badannya, wanita itu lalu mulai membuka matanya perlahan-lahan hanya untuk mendapati bahwa ruangan kamarnya itu telah kosong.Sekali lagi mengerjapkan kedua mata indahnya, Mawar lalu mengingat semua hal yang terjadi semalam. Astaga, apa yang telah dilakukannya semalam?! Hanya berbalut selimut tebal, Mawar lalu menangkap penampakan sebuah lingerie berwarna hitam yang tersampir di kursi yang ada disana. Seketika, rasa malu memenuhi relung hatinya. Hingga ia lalu membenamkan dirinya kembali ke dalam selimut itu.“Ma-war. Se-la-mat. Pa-gi.” Tiba-tiba saja, robot J menghampirinya. Dengan membawa segelas susu, robot itu lalu naik ke atas ranjangnya dan meletakkan susu itu dengan sangat hati-hati ke atas
...Setelah memandikan isteri cantiknya, Jayden merasa sangat segar. Meskipun tadi ia telah lelah bermain Voli, tetapi rasanya ia telah mendapat suntikan yang memompa semangatnya itu kembali. Dengan tersenyum puas, Jayden lalu membawa isteri cantiknya yang berbalut gaun pantai berwarna biru toska untuk turun ke bawah.“Jangan pegang aku, aku bisa jalan sendiri!” Ucap Mawar dengan sinis kepada suami busuknya itu. Sialan, hampir satu jam dia digeranyangi di dalam kamar mandi oleh suami yang tidak mau melepaskannya. Kedepannya, Mawar memastikan akan mengunci pintu kamar mandi itu supaya suaminya tidak bisa menyelonong masuk begitu saja.Aduh“Sayang… Tetapi kakimu itu tampak lemah.” Kata Jayden menunjukkan kedua lesung pipinya dengan manis kepada Mawar yang membalasnya dengan sebuah tatapan mautnya.“…” Tidak bisa berkata-kata, Mawar hanya diam saja sambil memelototi suami yang sama sekali tdia
...Cekrek! Cekrek! Cekrek!Beberapa kali shoot telah diambil oleh bujang dari Bos Li itu. Dengan hasil gambar yang memuaskan, Kasim menyunggingkan senyumannya. Sebentar lagi, Bos Li akan mengetahui informasi valid itu. Ckck… Dirinya memang selalu bisa diandalkan. Batinnya memuji dirinya sendiri dengan cekikikan. Dengan Pongah, Kasim lalu mengantongi kamera kecil miliknya dan hendak mengendap-endap untuk pergi dari sana sebelum akhirnya ia menabrak sesuatu.“Kurang ajar. Apa yang kau lakukan disitu?” Dengan geram bibi Hans menaikkan kemocengnya dan memukul penyelinap itu dengan keras.“Wadaw… Aww! Aww!!” Kasim berusaha lari tetapi bibi Hans menarik bajunya hingga Kasim terjungkal ke Pasir yang ada di taman itu.Tidak mau membiarkan penyusup itu lepas, Bibi Hans lalu menggunakan keahliannya. Sebagai kepala pelayan, dia sudah terbiasa menghukum bawahannya yang kurang ajar. Sehingga, apabila memega
...Sementara itu, di pulau kecil yang terletak di sebelah Pulau Henai, Bos Li sedang menyeruput jus buah nanas yang baru saja selesai dibuatnya. Hm, dengan suasana siang hari yang begitu panas, segelas jus berwarna kuning itu benar-benar membuatnya bersemangat kembali. Hanya saja, masih ada hal yang mengganggu pikirannya. Pelayannya itu belum kunjung pulang juga! Padahal sudah sejak tadi pagi orang itu pergi, tetapi sampai sekarang batang hidungnya masih tidak kelihatan.lllkujySambil menyeruput jusnya, Bos Li lalu berusaha menghubungi Kasim, pelayan bodohnya itu. Ia berharap Kasim akan membawa kabar baik untuknya. Menyunggingkan senyumnya, Bos Li lalu mengambil ponsel dari dalam saku celana pantainya. Setelah menekan kontak yang dituju, ia kemudian menunggu sampai telepon itu tersambung.Menyandarkan tubuhnya di kursi pantai yang besar itu, Bos Li memegang jus buah nanas ditangan kanannya dan juga ponsel ditangan kirinya. Sampai akhirnya, sambu
...Kali ini Kasim benar-benar habis dibully oleh bibi Hans. Setiap kali pria itu berteriak, mulutnya akan langsung dipukul dengan kemoceng besar dari bulu ayam itu. Coba lihat saja, mulut pria kurus itu saat ini berwarna merah dan hampir moncong ke depan. Memang sial nasib Kasim karena keteledorannya sendiri. Padahal Bos Li memintanya untuk mengintai dari jauh, tetapi ia mengintip di pintu rumah targetnya. Apa daya, ia tidak bisa kabur karena kedua tangan dan kakinya telah diikat.Meskipun begitu, bibi Hans juga tidak sekejam itu. Setelah Kasim menyerah dengan pemberontakannya, bibi Hans segera melepas seluruh ikatan yang membelenggunya. Setelahnya, ia memberi penyelinap itu makan. Dan tentu saja, Kasim langsung melahapnya dengan segera.“Pelan-pelan.” Kata bibi Hans kepada pria kurus kering itu.Sepertinya, penyusup itu sangat kelaparan. Bibi Hans sudah mengeluarkan dua piring makanan, dan semua habis dilahap Kasim dalam seke
. . . Ceklek! Pintu itu terbuka menampilkan sosok tua yang tidak asing di mata Mawar. Menyipitkan matanya, Mawar sepertinya mengenali siapa pria beruban yang tiba-tiba datang itu. Tunggu, bukankah dia adalah …. Merasa mengenali pria tua itu, Mawar lalu menarik lengan suaminya dan berusaha mengatakan sesuatu padanya. “Jay, orang itu-“ perkataannya terputus karena Jayden lebih dulu memandangnya dengan tatapan lembut. “Dia yang memberimu cek dan selembar foto palsu pernikahanku?” sahut Jayden membuat Mawar terkejut, “Aku sudah tahu sayang,” imbuhnya lalu mencium tangan isteri kesayangannya itu. “Lalu darimana kau bisa tahu?” tanya Mawar yang langsung dibalas sebuah senyuman oleh suaminya. “Aku terlalu jenius untuk hal sekecil itu, sayang,” jawabnya. “Tapi siapa dia Jay?” tanya Mawar penasaran, “kenapa dia ingin membuat kita bercerai?” imbuhnya. “Ckck …,” mendengar itu, sebuah tawa kecil lepas dari mulut pri
...Keluar dari rumah pantai itu, Bos Li berdecak dengan sangat kesal. Bagaimana tidak, cucu lelakinya itu telah berani mengepung kapal perang miliknya. Dasar bocah kurang ajar! Sekarang, mungkin yang perlu dia lakukan adalah mundur terlebih dahulu. Tetapi suatu saat nanti, ia yakin, bahwa ia bisa menakhlukkan bocah pemberontak itu dan membawanya kembali ke keluarga Linua.Membawa tongkatnya, Bos Li terus berjalan menuju ke kapal yang telah menjemputnya. Namun di sela-sela perjalanannya, kedua matanya melirik ke arah cucu perempuannya itu.“Diona, sejak kapan kau tahu tentang keberadaan kakakmu di pulau ini?” tanya sang kakek, “Pulau Henai bukanlah tempatmu atau kakakmu,” imbuhnya.“Em, Kakek, aku minta maaf. Aku tahu sejak mata-mataku melihat kakak menculik seorang perempuan,” sahut Diona dengan sedikit merasa bersalah, “Jadi, aku mengikutinya sampai ke pulau ini,”&ldqu
...“Bibi! Bangunlah Bi!” teriak Mawar seraya memeluk bibi Hans.Bibi Hans telah kehilangan banyak darah. Tubuh tuanya telah dengan ganas dikoyak oleh harimau itu karena dia terus berusaha melindungi Mawar.“Bi, jangan mati. Kumohon.”Mawar mengusap darah yang mengalir di dada bibi Hans yang tercabik oleh hewan buas itu. Dia begitu panik dan tubuhnya gemetaran. Mawar tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya karena darah bibi Hans mengucur begitu derasnya.“Nyonya, maafkanlah saya,” ucap Bibi Hans tiba-tiba.Wanita tua itu membuka matanya. Dia terlihat meneteskan air matanya karena rasa bersalah yang menderanya. Sudah lebih dari 20 tahun dia hidup bersama dengan Jayden yang telah diasuhnya layaknya anaknya sendiri. Dan sang tuan muda begitu mempercayainya. Tetapi apa yang dilakukannya? Dia malah mengkhianati Jayden dengan membawa isterinya ke Madelline!“Tidak Bi. Jangan ucap
...Mawar tidak mengetahui dimana dia berada saat ini. Matanya tertutup kain hitam dan kedua tangannya terikat kebelakang. Hanya deru nafasnya saja yang terdengar menggema di ruangan yang dingin dan sepi itu.Sampai akhirnya, langkah kaki terdengar memasuki ruangan yang nampaknya besar itu. Dan tidak beberapa lama kemudian sebuah suara asing akhirnya menggema disana.“Buka kain di matanya!” seru seorang wanita dengan suara mendominasi.“Baik Nyonya!” jawab seorang pria yang sepertinya adalah pengawalnya.Langkah kaki pria itu terdengar mulai mendekat ke arah Mawar. Dan dalam hitungan detik, pria itu telah menarik dan melepas penutup mata hingga Mawar dapat melihat dengan jelas situasi di depannya.Ya, dia saat ini berada di ruang tamu sebuah rumah mewah bergaya Victoria yang sangat besar. Dinding rumah itu berwarna putih dan dikelilingi oleh jendela-jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan pegunung
...Melihat keinginan sang Nyonya, Bibi Hans tidak dapat menahan rasa ibanya. Dia menghela nafasnya sebelum akhirnya dia pergi ke belakang untuk mengambil sesuatu dari dalam brankas yang dimilikinya. Sekilas, ia terlihat mengamati benda itu. Sepertinya ada sedikit keraguan di dalam hatinya. Dari sorot matanya, ia tidak ingin memberikan benda itu kepada Mawar. Tetapi ada hal lain di dalam dirinya yang mendorongnya begitu kuat untuk melakukan apa yang dia yakini.Perlahan, BIbi Hans mengambil benda itu dan menggenggamnya. Kemudian, dia lalu menghampiri sang Nyonya yang masih menangis di atas lantai dingin di dapur itu.“Nyonya … “ ucap Bibi Hans ikut bersimpuh di depan sang Nyonya.Bibi Hans memegang tangan Mawar. Tangan itu terasa begitu dingin karena gemetaran. Bibi Hans tahu, ini adalah waktu baginya untuk memberikan benda itu kepada sang Nyonya.“Nyonya, pergilah. Saya akan menolong anda untuk keluar dari
...Selama berhari-hari Mawar dibuat penasaran oleh sikap bibi Hans yang berubah. Beberapa kali, Mawar menangkap bayangan bibi Hans yang selalu sembunyi-sembunyi menuju ke belakang rumah untuk menghubungi seseorang. Tetapi anehnya, ketika ditanya, dia selalu mengatakan bahwa itu adalah telepon dari anaknya. Atau kalau tidak, itu adalah telepon dari suaminya.Mustahil. Ponsel bibi Hans tidak akan mungkin bisa digunakan untuk menghubungi keluarganya dengan leluasa karena Jayden sudah membuat pembatas jaringan. Lagipula, Bibi Hans sendiri dulu juga pernah mengatakan bahwa ia tidak pernah menikah. Kalau dia sampai berbohong, pasti ada hal besar yang disembunyikannya, batin Mawar sambil meneguk segelas orange juice miliknya.“Nyonya, saya akan mengambil bahan-bahan makanan yang di drop oleh suruhan Tuan Jayden,” ucap Bibi Hans yang segera diangguki oleh Mawar.Selama beberapa hari ini, Mawar memang tinggal sendiri bersama Bibi Hans
...Hari telah berganti malam di Pulau Henai. Setelah Bibi Hans memasak makan malam, ia bergegas untuk berjalan menuju ke belakang rumah pantai yang besar itu. Disana, ada sebuah kursi kayu di bawah pohon beringin yang cukup remang. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain disana, ia lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.Tidak beberapa lama kemudian, sambungan itu terhubung dan seseorang terdengan berbicara diseberang sana.“Bagaimana hasilnya?” tanya wanita itu diseberang sana.“Seperti yang Nyonya minta, saya sudah mencari tahu niat Tuan Muda yang sebenarnya,” jawab bibi Hans kepada wanita itu.“Apa katanya?” sahut wanita itu sebelum kembali berbicara, “Kau tahu sifatku dan kau juga tahu apa saja yang bisa aku lakukan kalau kau menyembunyikan sesuatu dariku,” imbuhnya.“Tentu saya tidak berani Nyonya,” timpal Bibi Hans kemudian melanjutkan perk
...Siang hari terasa sejuk di rumah pantai dengan seluruh jendela kaca yang terbuka. Dengan antusias, Jayden melangkahkan kakinya untuk masuk kesana. Ia berpikir, isterinya itu akan rajin belajar, sama seperti sebelumnya yang dia lihat. Ya, beberapa hari yang lalu, ketika ia dan Mawar sedang bertengkar, Jayden bisa melihat semangat yang membara pada diri wanitanya itu. Sehingga ia berpikir, mungkin hal yang sama juga terjadi saat ini.Saat hendak menarik gagang pintu rumahnya, Suseno tiba-tiba telah berlari keluar dan menabraknya begitu saja. Bruk! “Aw…” keluh sahabatnya itu seketika setelah badan kurus miliknya berbenturan dengan badan Jayden yang kekar. Terasa sakit hingga Suseno mengelus lengannya beberapa kali.“Kau ini kenapa?” tanya Jayden penasaran.“Ja-Jay, mengerikan Jay!” kata Suseno menjawab pertanyaan dari sahabatnya.“Apa yang mengerikan? C
...“Bos, sekelompok kru dari kapal itu telah menyelamatkan diri. Apakah kita perlu menangkap mereka?” tanya pria diseberang telepon itu.“Tidak perlu. Biarkan saja mereka. Aku hanya sekedar bermain-main saja,” jawab Jayden seraya terus menciumi tangan isterinya.“Siap Bos!” sahut bawahannya itu.Menutup ponselnya, Jayden lalu merasakan ada sepasang mata yang saat ini tengah menatap tajam dirinya. Dia tahu, Mawar pasti bertanya-tanya mengenai kejadian hari ini. Tetapi Jayden masih belum ingin memberitahunya apapun. Itu terlalu berbahaya bagi Mawar.“Jay, hentikan aksimu itu!” seru Mawar menarik jemarinya dari mulut suaminya itu. “Sekarang cepat katakan semua hal yang aku tidak tahu!” imbuh wanita itu.Jayden tidak bergeming. Dengan lembut, ia malah mengambil anak rambut isterinya dan merubah topic pembicaraan.“Sayang, rambutmu wangi sekali. Shampoo apa
...Keluar dari rumah pantai itu, Bos Li berdecak dengan sangat kesal. Bagaimana tidak, cucu lelakinya itu telah berani mengepung kapal perang miliknya. Dasar bocah kurang ajar! Sekarang, mungkin yang perlu dia lakukan adalah mundur terlebih dahulu. Tetapi suatu saat nanti, ia yakin, bahwa ia bisa menakhlukkan bocah pemberontak itu dan membawanya kembali ke keluarga Linua.Membawa tongkatnya, Bos Li terus berjalan menuju ke kapal yang telah menjemputnya. Namun di sela-sela perjalanannya, kedua matanya melirik ke arah cucu perempuannya itu.“Diona, sejak kapan kau tahu tentang keberadaan kakakmu di pulau ini?” tanya sang kakek, “Pulau Henai bukanlah tempatmu atau kakakmu,” imbuhnya.“Em, Kakek, aku minta maaf. Aku tahu sejak mata-mataku melihat kakak menculik seorang perempuan,” sahut Diona dengan sedikit merasa bersalah, “Jadi, aku mengikutinya sampai ke pulau ini,”&ldqu
. . . Ceklek! Pintu itu terbuka menampilkan sosok tua yang tidak asing di mata Mawar. Menyipitkan matanya, Mawar sepertinya mengenali siapa pria beruban yang tiba-tiba datang itu. Tunggu, bukankah dia adalah …. Merasa mengenali pria tua itu, Mawar lalu menarik lengan suaminya dan berusaha mengatakan sesuatu padanya. “Jay, orang itu-“ perkataannya terputus karena Jayden lebih dulu memandangnya dengan tatapan lembut. “Dia yang memberimu cek dan selembar foto palsu pernikahanku?” sahut Jayden membuat Mawar terkejut, “Aku sudah tahu sayang,” imbuhnya lalu mencium tangan isteri kesayangannya itu. “Lalu darimana kau bisa tahu?” tanya Mawar yang langsung dibalas sebuah senyuman oleh suaminya. “Aku terlalu jenius untuk hal sekecil itu, sayang,” jawabnya. “Tapi siapa dia Jay?” tanya Mawar penasaran, “kenapa dia ingin membuat kita bercerai?” imbuhnya. “Ckck …,” mendengar itu, sebuah tawa kecil lepas dari mulut pri