Gedung Concerto Hall, 4.pm
Lautan para gadis bergemuruh di depan panggung. Ada yang histeris, ada yang bernyanyi tak sedikit juga yang merekam penampilan Will Greyson di atas panggung. Hari ini adalah konsernya yang ketiga. Walaupun gosip-gosip miring tentang dirinya beredar, konsernya tetap berjalan dengan lancar.
Saat ini Will baru saja selesai menyanyikan lagu yang bertempo cepat, hanya jeda lima menit, Will sudah duduk di depan sebuah grand piano. Semua lampu dimatikan, kecuali satu lampu sorot yang menyoroti Will sedang bermain piano. Setiap tuts ia mainkan dengan indah dan lagu cinta pun berkumandang di gedung megah itu. Alunan nada dari dentang piano menyatu dengan suara merdunya. Para penonton yang mendengar harmoni indah itu seakan terhipnotis dengan penampilan Will yang memukau.
Setelah beberapa jam berlalu, konser itu pun berakhir dengan riuh para penggemar yang puas dengan penampilannya. Di balik backst
”Omong kosong apa itu tadi? Mengapa kau membuat kehebohan seperti itu?” Bentak Ryan sambil memukul-mukul meja yang di depannya.Sedangkan Will, ia duduk sambil berlipat tangan dengan raut wajah yang datar kemudian berkata, ”itu hanyalah berita kecil. Lagipula aku sudah lelah dengan semua ini. Bagaimana pun juga aku tetap akan menikah. Aku tidak perlu persetujuanmu. Ini hidupku, jadi aku bebas mengatur diriku sendiri.”Sedetik kemudian Will bangkit berdiri dan melangkah menuju pintu. Amarah Ryan sudah menggunung. Ia sudah hilang kendali, umpatan kasar keluar begitu saja dari mulutnya.”Brengsek! Will, kau tidak bisa bertindak sesukamu. Kau melanggar kontrak!” Sergah Ryan.Will menghentikan langkahnya dan menyahut Ryan tanpa menoleh, ”aku akan membayar penalti-nya.”Dengan congkaknya Will berjalan keluar ruangan itu, sed
Semua mata menoleh ke arah sumber suara. Wanita itu adalah Kimberley. Sorot matanya seperti panah yang siap membidik, menatap lurus ke arah Will Greyson yang tengah berdiri di altar pemberkatan. Will tidak menduga Kimberley akan datang ke pernikahannya. Kimberley satu-satunya orang yang tidak diundang oleh Will Greyson.Kimberley tipe wanita yang sedikit tempramen. Will takut akan menyakiti perasaan Kimberley jika ia mengundangnya. Namun, Will sepertinya lupa bahwa dirinya adalah seorang superstar. Semua berita tentang pernikahannya berlayar di seluruh saluran televisi. Jadi, dia tidak mungkin bisa menutupi itu dari Kimberley.Dengan langkah yang anggun namun sedikit dihentak, Kimberley menghampiri Will Greyson di depan sana. Para undangan tampak terkejut dengan keributan yang tak biasa ini. Mereka menduga-duga siapa wanita itu dan hubungannya dengan Will. Ada yang berbisik itu selingkuhannya Will, ada juga yang mengataka
Seketika jantung Hanna berdetak dengan kencang. Ia tidak menyangka Will akan memintanya untuk mengajari tentang hubungan pria dan wanita. Laki-laki ini benar-benar polos atau hanya mencoba menggoda Hanna saja? Lalu Hanna memiringkan badannya dan membelakangi Will Greyson.”Aku tidak paham dengan yang kau bicarakan,” Hanna berbicara dengan gugup.Ini adalah hal yang pertama baginya berduaan dengan pria di dalam kamar. Walaupun Hanna seorang playgirl, namun ia tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh dengan pacarnya selain ciuman dan pelukan.”Kau berpura-pura. Bangunlah! Aku paling benci dengan orang yang membelakangi aku saat aku sedang berbicara. Kau harus melakukannya. Aku sudah berkorban banyak demi Kimberley, jangan sia-siakan pengorbanan aku.”Hanna tidak terima dengan kata-kata terakhir Will Greyson tentang 'pengorbanan'. Rasa kesal Hanna berhasil membuatnya terpa
Hanna sudah sangat mabuk, jadi apa yang diperbuatnya saat ini adalah di bawah kesadarannya. Hanna tersenyum genit kemudian menarik kerah baju Will agar lebih dekat dengannya.”Jika ingin mendekati wanita, kau harus menatap wajahnya lebih dekat seperti ini. Dan kau harus berinisiatif untuk menciumnya seperti ini,” Hanna mengecup bibir Will Greyson.Will Greyson terkejut dengan tindakan Hanna, namun ia terlihat menikmati setiap sentuhan Hanna. Gairah Will sudah naik sampai ke ubun-ubun, dia tidak bisa menahannya lagi. Untuk seorang pria, Will benar-benar masih polos belum pernah tersentuh dan melakukan ini dan itu bersama wanita. Malam ini semuanya menjadi hal pertama bagi Will Greyson. Sedangkan Hanna, ia mungkin sudah sering melakukan ciuman dengan para mantannya, tetapi kali ini terasa berbeda baginya. Entah mengapa jantungnya seakan mau meledak karena detaknya sudah tak beraturan.Entah
”Hei! Segeralah keluar dari dalam sana. Aku juga ingin mandi” Hanna menggedor-gedor pintu kamar mandi dengan keras.Hanna ingin segera membersihkan badannya. Kulitnya terasa lengket dan juga gerah. Namun Will belum juga keluar dari dalam. Hanna semakin mempercepat ketukannya dan berbicara dengan nada yang keras.”Will Greyson!”Sedetik kemudian Will keluar sambil mengelap rambutnya dengan handuk. Will berusaha untuk tetap menjaga matanya agar tidak melirik Hanna. Will takut tidak bisa mengendalikan dirinya.Hanna memicingkan matanya saat melihat tingkah Will yang tidak biasa. Selama ini Will selalu melihatnya dengan wajah angkuhnya, tetapi sekarang pria itu menghindarinya. Dalam kepalanya itu, Hanna sedang menebak-nebak apa yang terjadi. Apa k
Hanna hanya diam, ia tidak menyahut Will. Kali ini Hanna tidak ingin memukul pria itu, ia biarkan Will sejenak merangkulnya. Walau jantungnya berdegup kencang, Hanna tak ingin mendorong Will. Seperti ada kontak batin, Hanna seakan mengerti dan dapat merasakan penderitaan Will. ”Terima kasih,” Will melepas rangkulannya, ia mengalihkan pandangannya ke sisi lain. ”Untuk apa?” ”Sudah membantuku lari dari keramaian tadi,” Will berjalan ke tempat mobilnya parkir. Hanna mengikuti Will dan menimpali, ”ternyata kau bisa juga berterima kasih alih-alih bersikap angkuh seperti biasanya.” Hanna tidak menyangka kalau Will memiliki suara dan tatapan yang mengasihani seperti ini. Awalnya, Hanna berpikir kalau kesombongan Will sud
Will Greyson tak berkutik. Dia memang mencintai gadis itu, namun untuk menyatakan perasaannya itu tidak mungkin. Membayangkannya saja Will sudah mual. Ia masih takut mengalami hal buruk seperti yang ibunya lakukan dulu.Lalu Will tersenyum tipis dan menyahut dengan datar kepada Kimberley. Will berbicara dengan pikirannya sendiri, meyakinkan dirinya bahwa Kimberley akan mengerti keadaannya.”Kim, kau adalah orang yang istimewa di hatiku. Apakah itu tidak cukup untukmu?”Kimberley tidak puas dengan jawaban Will. Ia merasa Will sedang mengolok-olok dirinya. Dengan nada kesal Kimberley menyahut Will.”Apa maksudmu? Kau berharap dengan mengatakan itu, aku akan bahagia? Will, kau tahu jelas bukan itu yang aku inginkan. Apakah sulit mengatakannya?”
”Aakkhh…!” pekik Hanna sembari meletakkan tangan kanannya di depan dada dan yang lain menutupi miliknya dengan telapak tangan, ”Will, jangan mendekat! Putar balik, cepat!”Namun Will tak menggubris teriakan Hanna. Ia terus berjalan mendekati Hanna dengan sempoyongan. Wajahnya sudah memerah seperti tomat dan sorot matanya berbinar seperti kucing yang melihat ikan. Hanna perlahan mundur, tetapi ia tidak bisa mundur lebih jauh lagi sebab jacuzzi tepat dibelakangnya.”Kau ingin menggodaku dengan tubuhmu, ya? Selamat kau berhasil,” Will mengendus kulit pipi Hanna.Hanna menjauhkan wajahnya dari Will. Saat ini ia sudah sangat merah dan wajahnya terasa panas karena menahan malu. Hanna tahu, jika ia tidak menghindar sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi. Setidaknya Will mengi
”Bukankah kau merindukan ibumu? Dia sudah datang, bahkan mengakui kesalahannya. Bagaimanapun, dia masih ibumu. Hubungan darah tidak bisa diputus. Saat aku berbicara dengannya tadi, aku melihat ketulusan dalam sorot matanya. Dia juga sedih, tapi dia menyembunyikan perasaannya dalam senyuman yang dia berikan padaku tadi. Cobalah untuk berdamai dengan masa lalumu, Will. Aku tahu, aku tidak berhak mengatakan ini, tapi aku juga tahu— kau juga sama tersiksanya dengan ibumu. Lantas, mengapa kau harus mempersulit diri?”Will melirik Hanna, sorot matanya tampak berkaca-kaca. ”Aku ... aku tidak tahu harus bagaimana. Dia tiba-tiba datang di saat aku sudah melupakannya, mengapa dia harus kembali? Jika ingin pergi, seharusnya jangan datang lagi.”Tangisan Will pecah. Tentang Rose adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidup Will. Jika saja Rose kembali saat Will masih kecil, mungkin saja ia akan memaafkan segala perbuatan Rose. ”Aku mengerti perasaanmu, tapi dia tetap ibumu. Aku yakin dia juga
”Kim, aku–” Will terdiam. ”Tubuhku masih terasa sakit. Aku ingin istirahat. Bisakah …””Huh! Aku tahu kau cuma ingin menghindar. Tetapi, aku tidak akan memaksa. Lagipula aku juga ada urusan. Istirahatlah.””Terima kasih, Kim.”Kimberley pergi dengan perasaaan hampir marah. Ia menutup pintu dengan suara yang sedikit keras. Sedangkan Will Greyson, ia menatap pintu itu. Kali ini, ia tidak merasakan apa-apa, dan itu mengganggu pikirannya. Kimberley adalah gadis yang ia sukai sejak lama, dan perasaan itu seolah tidak bersisa sedikit pun di dalam hatinya.Lagi-lagi ia memikirkan Hanna dan Will menjadi kesal ketika ia membayangkan Hanna dan George bersama. Will cukup sadar bahwa dirinya yang sekarang tidak lagi dirinya yang dulu.'Aku tidak menyukai Hanna.'Meskipun Will sudah menyangkal itu, tetap saja ia masih kesal.Hanna tiba di rumah sakit terlambat. Dia merasa bersalah telah membuat anak-anak itu menunggunya. Namun, ketika ia mendapati George menunggunya di depan, Hanna menjadi lega.”
”Dasar pria aneh.” Hanna bergegas menutup pintu. ”Sikapnya itu semakin menjadi-jadi. Ah, sudahlah. Aku harus bergegas pergi, jika tidak nanti tuan acara akan marah.”Saat Hanna kembali ke ruang makan, tidak ada ibunya di sana. Hanna mencari Nyonya Mery di setiap ruangan sembari memakan anggur yang baru saja dia comot dari meja makan.”Ibu! Ibu di mana?””Di sini! Aku di halaman belakang!” sahut Nyonya Mery dengan suara keras.Segera Hanna beranjak ke halaman belakang. Di sana, Nyonya Mery tengah menggunting daun-daun bunga yang kering. Juga merapikan beberapa tanamanan anggrek dan mawar.”Lihatlah anak nakal ini. Bunga-bunga ini seharusnya kau perhatikan. Aduh! Anggrek yang malang. Tuanmu sakit dan tid
Sejak kecelakaan, Will tidak serewel dulu. Kini ia lebih banyak diam dan sangat penurut. Mungkin efek kepalanya yang terbentur keras. Baguslah. Hanna mendorong kursi roda ke luar ruangan. Mereka menuju lobby untuk menemui Ryan. Ketika mereka tiba di sana, Ryan dengan sigap memapah Will naik ke mobil. ”Aku senang kau sudah lebih baik sekarang,” kata Ryan penuh antusias. Will melirik sekilas ke arah Ryan dan menyahut, ”hmm.” Di dalam mobil yang dikemudikan Ryan, Will diam seribu bahasa memandang jalanan melalui jendela mobil. Untuk mencairkan suasana, Ryan menyalahkan radio. Berita tentang kepulangan Will terdengar dari radio. Seketika Will Greyson melirik tajam Ryan melalui kaca kecil yang menggantung di depan. Mata mereka bertemu. Walau hanya melalui tatapan, tetapi Ryan paham dengan maksud Will. Ryan segera mematikan benda kecil berisik i
”Tidak ada namanya. Aneh. Belakangan ini banyak sekali paket untuk Will tapi tak ada pengirimannya. Hmm, bisa saja itu dari penggemarnya,” gumam Hanna sembari meletakkan buket bunga di atas meja. Pintu kamar tetiba diketuk dari luar. Seorang pria tampan masuk sambil membawa buket bunga. Ia mematung di ambang pintu saat tatapannya bertemu dengan mata Hanna. Ada rindu yang terpendam dari setiap cahaya yang terpancar dari matanya. ”George?” ”Hai, emm… aku ingin menjenguk Will. Tadi aku melihat berita Will di televisi. Bagaimana kondisinya sekarang?” George melangkah lebih dekat dengan Hanna hingga jarak yang tersisa hanya satu meter saja. ”Seperti yang kau lihat dia masih terbaring. Belum sadar.” Mereka berdua terlihat canggung. Tentu saja. Siapa pun pas
”Ia masih belum sadar. Saat ini Will masih mengalami trauma di bagian kepalanya. Dan kemungkinan ia tidak akan bangun beberapa hari ini.” ”Apa? Will—” ujar Hanna lirih, ”tapi, Will bisa sehat kembali kan, dok?” ”ya, semoga saja ia bisa melewati masa kritisnya. Kalau begitu saya permisi dulu.” Ryan tiba-tiba berbicara, ”aku akan mengurus administrasinya, Hanna kau jenguklah Will.” Hanna mengangguk sambil berkata, ”hmm, terima kasih Ryan.” Tiga puluh menit kemudian, beberapa perawat keluar dari ruang operasi sambil mendorong ranjang tempat Will terbaring. Pria itu belum sadar, ia masih terpejam. Beberapa selang terpasang di hidung dan mulutnya. Juga di lehernya dipasang alat penyangga. Kimberley tersedu-sedu sambil menyerukan nama Will Greyson.
”Mobil Will Greyson terperosok ke dalam jurang. Saat ini beberapa petugas polisi sudah turun ke bawah dan berusaha menyelamatkan Will yang sudah tak sadarkan diri. Situasi di sini juga ramai dari kerumunan orang-orang yang penasaran. Saya Gracia Belle melaporkan dari tempat kejadian.”Berita tentang kecelakaan Will wara-wiri di seluruh saluran televisi. Sendok yang sedari tadi Hanna pegang berdentang di atas piring. Berita itu berhasil membuatnya bergeming.”Will—” ucapnya dengan lirih.Tetiba ponsel Hanna berdering. Nomor asing terpampang di layar ponselnya. Hanna sempat ragu untuk menjawab, tapi bisa saja itu kabar tentang Will.[”Ya, halo.””Aku Ryan manajernya Will. Hmm, Will kec
”Kau—” Hanna tertegun melihat sosok wanita yang di hadapannya, lalu ia menimpali, ”Ya, mungkin karena aku tidak bermulut tajam seperti dirimu. Apa di rumahmu tidak ada jam? Ini masih pukul 7 pagi dan kau sudah bertamu ke rumah orang lain dengan penampilan seperti itu,” Hanna menggeleng-geleng kepala melihat Kimberley yang lebih terlihat seperti menghadiri pesta. Untuk apa Kimberley bertamu sepagi ini dan sudah bermulut jahat kepada Hanna. Seketika Kimberley menggigit bibirnya, ia begitu kesal dengan Hanna. Tidak pernah ia dibuat tak berkutik seperti ini. Namun, Kimberley tetap menunjukkan keangkuhannya dan bersikap bak putri raja menyelonong masuk sambil mengangkat dagunya . ”Will tidak ada di rumah.” ”Aku tahu. Aku datang kesini untuk menemui dirimu, bukan Will,” sahut Kimberley ketus.
”Aku tahu, kau ingin melakukan sesuatu yang licik dan kotor terhadapku, kan?” Hanna menyipitkan matanya.Will gelagapan lalu berkilah, ”bukan. Kau dan hayalanmu terlalu liar. Ah, sudahlah. Aku sudah ngantuk, kita pulang saja.”Dengan tergesa-gesa Will masuk ke dalam mobil. Apa yang kau pikirkan,Will? Kau tertangkap basah. Kini Will hanya perlu bermuka tebal, walaupun ia sangat canggung. Sedikit lagi bibirnya akan merasakan bibir Hanna. Benar-benar memalukan.Perasaan aneh dan penuh ketegangan menyelimuti keduanya. Hanna tidak hentinya berpikir kalau Will akan menciumnya. Sedangkan Will mengutuki dirinya yang begitu ceroboh menyosor bibir orang lain. Tidak bisa dibiarkan. Benar, pria harus punya harga diri.Saat mereka tiba di rumah, sebuah kotak kecil ber