Sekitaran 30 menit sebelum Ivana diketahui menghilang oleh kedua bodyguard yang ditugaskan Edgar untuk menjaga istrinya itu. Usai makan di kantin kampus, tiba-tiba saja dua bodyguard itu merasakan sakit perut, ketika mereka sedang menjaga Ivana di depan toilet.Awalnya mereka bergantian pergi ke toilet, karena mereka harus berjaga didepan toilet itu. Akan tetapi keduanya malah sakit perut bersamaan dan pergi ke toilet. Mereka tidak kuat menahan rasa sakit perut itu. Setelah selesai dengan urusan mereka, mereka pun kembali ke depan toilet wanita dan berjaga di sana. Namun, setelah menunggu cukup lama di depan toilet wanita. Kedua bodyguard itu mulai curiga dengan nyonya mereka yang belum kunjung keluar dari sana."Kenapa nyonya Presdir lama sekali?" tanya John, salah satu bodyguard itu kepada temannya yang bernama Jemmy."Coba kita cek ke dalam. Takutnya terjadi sesuatu pada Nyonya," ucap Jemmy yang langsung disetujui oleh John."Baiklah."Tanpa peduli itu toilet wanita yang tentunya
Wanita itu tercengang melihat Justin berada di hadapannya dan tersenyum iblis. Ivana sendiri, bingung mengapa ia bisa berada di sini dalam keadaan yang terikat.'Ada apa ini? Kenapa aku ada disini? Apa yang terjadi?' tanya Ivana dalam hatinya. Dan ia panik saat merasakan tubuh bagian atasnya terasa dingin, ia pun menyadari bahwa semua kancing kemejanya sudah terlepas dan memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang masih terbalut bra merah."Hmph-" Ivana mengeleng-gelengkan kepalanya, bibirnya seakan ingin mengeluarkan kata-kata namun ia tak bisa. "Kenapa? Kau mau bicara? Tunggu dulu ya, aku sedang melihat hasil mahakarya ku!" kata Justin sambil tersenyum puas melihat foto-foto bagian atas tubuh Ivana didalam ponselnya. "Kau mau lihat? Nih!" seru Justin seraya menunjukkan hasil foto-foto yang ia ambil beberapa saat yang lalu, kepada Ivana. Sontak saja kedua mata Ivana melebar kalau melihat fotonya yang hanya memakai bra saja. Bahkan sekarang tangannya tidak bisa bergerak untuk mengancin
Dengan cepat mobil yang ditumpangi Edgar melaju jalanan kota Paris itu. Diikuti dengan 3 mobil lainnya di belakang. Mereka diantaranya adalah petugas Kepolisian dan pengawal Edgar.Sebelumnya, ketika Edgar mengetahui, siapa pelaku penculikan istrinya. Lelaki itu terlihat sangat murka dan ia bersumpah tidak akan segan-segan untuk Justin menghilang dari muka bumi ini. Apabila pria itu berani menyentuh istri dan anak-anaknya.****Mansion Denvier, sore itu.Amber terlihat sedang menelepon seseorang, ia berbicara pada orang itu dengan mesra sampai menggunakan kata sayang. Ya, Amber sedang berbicara dengan suami berondongnya yang berada di California."Iya sayang, kau tenang saja. Aku akan segera kembali. Aku juga merindukanmu dan Erika. Sampaikan salam cinta dan sayangku kepada putri kita."Wanita paruh baya itu terlihat sangat bahagia, ketika ia berbicara dengan suaminya. Pernikahannya bersama lelaki yang usianya terpaut 7 tahun lebih muda darinya, mereka mendapatkan anak perempuan yang
Seketika darah Edgar mendidih mendengar ucapan lancang dari Justin. Namun pria itu malah tertawa puas melihat raut wajah Edgar yang marah."Kau pasti tidak percaya kan? Aku tidak berbohong. Aku memang sudah menikmati tubuh istrimu. Dan kau tau bibirnya sangat manis, sekarang aku tau kenapa kau suka daun muda! Hahaha..." tawa Justin terbahak, tapi membuat Ivana yang mendengarnya semakin terluka. Justin memang tidak sempat melakukan pelecehan yang lebih intim dengan penyatuan, tapi lelaki itu sudah menyentuhnya sana-sini. Bahkan bibirnya sudah bersentuhan dengan bibir Ivana. Tetap saja Ivana jijik, terlebih lagi ada pria lain selain suaminya,yang melihat tubuhnya."Kau pasti akan mati ditanganku, bajingan!" gumam Edgar dengan geram."Kau bilang apa hah? Aku tidak dengar?" tanya Justin sambil tersenyum seperti orang gila. Lantas ia pun membuka tirai yang menutupi Ivana.Edgar tercengang melihat istrinya dirantai seperti tahanan dan tubuhnya setengah telanjang. Ivana menatap ke arah suamin
Kondisi Ivana bahkan belum membaik, perusahaan sedang ada masalah, lalu sekarang ada masalah lain lagi terkait foto-foto setengah bugil Ivana yang menyebar dengan cepat ke media sosial. Siapa lagi kalau bukan Justin pelakunya? Edgar sudah bisa menebak semuanya. "Suruh orang yang ahli dalam bidang ITE untuk segera menghapus foto-foto itu dan beritahu pada semua orang bila ada yang menyebarkan foto-foto itu--mereka akan bersiap-siap, terkena tuntutan dariku!" ujar Edgar dengan rahang yang mengeras, dan emosi yang mendidih. "Baik Pak." Marco dapat melihat emosi Edgar. Siapa juga yang tidak akan marah, bila melihat istrinya dilecehkan, dan foto-fotonya tersebar di media sosial.Ketika foto-foto itu tersebar, dunia maya pun heboh dan mencari-cari informasi tentang istri dari pengusaha nomor satu di negara itu. Ivana menjadi sorotan dan hujatan para netizen dunia maya. Grace yang memang aktif bermain media sosial, kegiatannya hanya bermain media sosial dan menghabiskan uang suami. Tentu s
Kehadiran Vanessa disana membuat Edgar bertambah pusing, apalagi Vanessa selalu memiliki kata-kata pedas untuk menjelek-jelekkan Ivana."Kasihan sekali istrimu. Padahal dia sedang hamil, tapi dia malah mendapatkan pelecehan seperti ini."Raut wajah Vanessa memang menunjukkan simpati terhadap Ivana, tapi sebenarnya dari kata-kata wanita itu, ia mengejek Ivana."Dari dulu kau masih saja sama. Di mulutmu tersimpan banyak cabai, sehingga kau bisa berbicara pedas kepada orang lain. Kapan saja dan di mana saja!" kata Edgar sinis dan membuat Vanessa terdiam.Tak berselang lama kemudian, Amber datang ke ke rumah sakit bersama dengan Margaret, setelah ia mendengar kalau Ivana masuk rumah sakit. Amber begitu mencemaskan kondisi menantunya yang sedang hamil itu."Edgar.Bagaimana keadaan istrimu, nak?" tanya Amber."Dia sedang tidur didalam dan ada suster disana. Aku tidak yakin kalau dia baik-baik saja," jawab Edgar datar seperti biasanya."Mami yakin dia akan segera membaik, kalau kau selalu ada
Rick melihat wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu membawa dua bungkusan di kedua tangannya. Entah kenapa ia menjadi mati rasa kepada wanita itu. Padahal ketika dulu ia berselingkuh dengan Julia, rasanya sangat nikmat. Bahkan perasaan Rick selalu ingin berada didekat Julia. Tapi sekarang kenapa jadi begini?Kebohongan wanita itu, sepertinya menjadi faktor yang membuat Rick mati rasa dan bahkan hilang rasa pada Julia."Bantulah dia! Apa kau tidak lihat kalau dia kesusahan?" titah Edgar pada putranya. "Rick, berikanlah kesempatan pada hubungan kalian. Seseorang berhak mendapatkan kesempatan kedua," ucap Edgar lagi,yang entah Rick mendengarnya atau tidak.Pria itu berlalu begitu saja dan menghampiri Julia. Tanpa bicara sepatah katapun, Rick mengambil dua bungkusan itu dan membawakannya. Sehingga senyuman pun terbit dibibir Julia, hatinya berbunga-bunga walau hanya dengan perhatian kecil seperti ini."Rick, biar satunya aku yang bawa-""Diam saja!" ujar Rick menyela ucapan Julia
Untuk saat ini setidaknya Edgar bisa tersenyum, tapi ia masih belum bisa berpuas hati karena keadaan Ivana yang belum sepenuhnya sembuh. Edgar ingin Justin mati menderita, ia meminta pria itu dihukum selamanya di penjara sampai mati.Setelah bertemu dengan Justin, Edgar kembali ke rumahnya. Ia melihat istrinya sedang berada diruang tengah bersama ibunya. Edgar cukup terkejut karena ia melihat istrinya terbangun tengah malam.Ivana langsung beranjak dari tempat duduknya, kemudian menyambut Edgar dengan pelukan yang erat."Hubby, kau darimana saja? Kenapa kau meninggalkanku?" Ivana terisak, dengan kedua tangannya memeluk erat tubuh Edgar. "Apa kau jijik padaku? Makanya kau meninggalkanku?" Benar saja dugaan Amber sebelumnya, kepergian Edgar memang bisa membuat Ivana mengalami negatif thinking dan trust issue. Bahkan wanita itu berpikir bahwa Edgar pergi untuk meninggalkannya, karena ia merasa jijik. Rasa bersalah pun menghantam perasaan Edgar, seharusnya ia tidak pergi terlalu lama
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa