Rick melihat wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu membawa dua bungkusan di kedua tangannya. Entah kenapa ia menjadi mati rasa kepada wanita itu. Padahal ketika dulu ia berselingkuh dengan Julia, rasanya sangat nikmat. Bahkan perasaan Rick selalu ingin berada didekat Julia. Tapi sekarang kenapa jadi begini?Kebohongan wanita itu, sepertinya menjadi faktor yang membuat Rick mati rasa dan bahkan hilang rasa pada Julia."Bantulah dia! Apa kau tidak lihat kalau dia kesusahan?" titah Edgar pada putranya. "Rick, berikanlah kesempatan pada hubungan kalian. Seseorang berhak mendapatkan kesempatan kedua," ucap Edgar lagi,yang entah Rick mendengarnya atau tidak.Pria itu berlalu begitu saja dan menghampiri Julia. Tanpa bicara sepatah katapun, Rick mengambil dua bungkusan itu dan membawakannya. Sehingga senyuman pun terbit dibibir Julia, hatinya berbunga-bunga walau hanya dengan perhatian kecil seperti ini."Rick, biar satunya aku yang bawa-""Diam saja!" ujar Rick menyela ucapan Julia
Untuk saat ini setidaknya Edgar bisa tersenyum, tapi ia masih belum bisa berpuas hati karena keadaan Ivana yang belum sepenuhnya sembuh. Edgar ingin Justin mati menderita, ia meminta pria itu dihukum selamanya di penjara sampai mati.Setelah bertemu dengan Justin, Edgar kembali ke rumahnya. Ia melihat istrinya sedang berada diruang tengah bersama ibunya. Edgar cukup terkejut karena ia melihat istrinya terbangun tengah malam.Ivana langsung beranjak dari tempat duduknya, kemudian menyambut Edgar dengan pelukan yang erat."Hubby, kau darimana saja? Kenapa kau meninggalkanku?" Ivana terisak, dengan kedua tangannya memeluk erat tubuh Edgar. "Apa kau jijik padaku? Makanya kau meninggalkanku?" Benar saja dugaan Amber sebelumnya, kepergian Edgar memang bisa membuat Ivana mengalami negatif thinking dan trust issue. Bahkan wanita itu berpikir bahwa Edgar pergi untuk meninggalkannya, karena ia merasa jijik. Rasa bersalah pun menghantam perasaan Edgar, seharusnya ia tidak pergi terlalu lama
Hati Rick seakan tercapik-cabik melihat cinta diantara Edgar dan Ivana. Wanita yang masih bersama yang di hatinya sampai saat ini. Mereka berciuman dengan mesranya dan terlihat saling mencintai.Rick merasa miris, ia menertawakan dirinya sendiri dengan getir. Hatinya mulai bertanya-tanya dan otaknya berpikir dan berusaha untuk menarik kesimpulan dari semua yang terjadi kepadanya.Mungkinkah, hal yang terjadi kepadanya saat ini adalah teguran dari Tuhan. Karena ia sudah berselingkuh dari Ivana, dan menyia-nyiakannya. Ia adalah pria yang tidak bersyukur ketika memiliki berlian dan masih tergoda dengan emas. Sesal dirasakan Rick, rasanya perih dan menyedihkan. Rick baru menyadari perasaan dan penyesalannya, ketika ia sudah benar-benar kehilangan wanita itu. Pernah ada seseorang yang mengatakan, bahwa seseorang akan menyadari cintanya ketika ia merasakan kehilangan. Dan sekarang Rick, merasakan perasaan kehilangan dan kehampaan itu.Atau mungkin ini adalah karma atas semua perbuatannya. Ia
Tadinya Edgar tidak setuju saat istrinya meminta untuk berbicara berdua dengan Rick. Namun Ivana memiliki tujuan untuk melakukannya. Ivana mengatakan bahwa ia memiliki sesuatu yang harus diselesaikan dengan Rick.Kini Ivana dan Rick berdiri berhadapan di balkon lantai dua rumah mewah itu. Ivana menatap Rick dengan tajam, kedua tangannya menyilang di dada."Rick, apa kau serius akan bersikap terus seperti ini?" tanya Ivana."Seperti apa?""Jangan balik bertanya, bila kau sudah tau apa yang ku maksud. Rick dengarkan aku, tak ada gunanya kau bercerai dari Julia. Aku tahu didalam hatimu, kau mencintai Julia dan kau jangan sampai-"Rick langsung menyela ucapan Ivana. "Aku sama sekali tidak pernah mencintainya Yang aku cintai adalah kau Ivana.""Tidak Rick. Cintamu padaku sudah habis, ketika kau tertarik pada Julia dan berselingkuh dengannya." Ivana memperjelas perasaan Rick yang sebenarnya."Aku hanya nafsu saat itu!" tegas Rick."Tidak! Aku yakin kau mencintainya, hanya saja kau belum meny
Suara desahan dan erangan kenikmatan itu terdengar didalam kamar mewah yang ditempati oleh Edgar dan Ivana. Keduanya sama-sama menikmati pergulatan mereka di atas ranjang. Dan kini posisi agar berada di atas tubuh Ivana, ia memaju mundurkan pinggulnya dengan tempo yang sedang. Padahal inginnya ia melakukan sepuasnya, melepaskan semua gairahnya. Akan tetapi, keadaan Ivan yang sedang hamil muda tidak memungkinkan untuk melakukan itu dan dokter juga sudah melarangnya."Aahh... hubby..." erang Ivana seraya memegang lengan berotot milik suaminya dan mencengkram erat lengan itu, seakan menyalurkan rasa nikmat dan sakitnya. Ketika tiger milik sang suami menyelam didalam miliknya dengan gerakan maju mundur.Lelaki itu tersenyum puas, melihat wajah istrinya yang berkeringat dan bibirnya yang mengeluarkan desahan kenikmatan. "Sebentar sweetheart, aku belum sampai..."Edgar mengusap keringat di pipi istrinya dengan bagian bawah yang masih menempel pada milik sang istri. Ia tengah berpacu di bawa
Acara itu dihadiri oleh banyak relasi bisnis yang bekerja sama dengan perusahaan Denvier. Sebagai tuan rumah, Edgar membuka acara tersebut dengan penyambutan kepada semua orang yang hadir di sana. Semua pasang mata tertuju pada Edgar, yang sedang memberikan kata sambutan dan terlihat sangat berwibawa meski usianya sudah mau lewat 40 tahun. Damage dan ketampanannya, menunjukkan bahwa ia masih terlihat seperti usia 30 tahunan. "Terimakasih untuk semua yang sudah hadir di pesta ini. Silahkan kalian menikmati pestanya! Hidup dan jaga untuk kita semua!" Begitulah kata-kata terakhir Edgar sebagai bentuk pembukaan dari sambutan pesta. Edgar tidak banyak berkata-kata, sebab seperti itulah dirinya. "HIDUP!" Semua orang bersorak dengan kompak disertai senyuman bahagia dibibir mereka. Kebahagiaan karena akan berpesta, atau mungkin karena produk baru yang akan meluncur di pasaran besok. Pesta ini bertujuan juga sebagai doa agar semuanya berjalan lancar. "Dan saya ingin menyampaikan satu kabar
****Melihat tatapan Clara pada suaminya, membuat Ivana tidak nyaman dan jengkel. Sehingga wanita itu pun memutuskan untuk menempel terus pada suaminya, seperti prangko yang menempel pada amplop surat. Padahal tadinya ia ingin Edgar fokus pada relasi relasi bisnisnya dan pestanya. Namun, wanita itu mengekori suaminya kemana-mana. Edgar juga sama sekali tidak merasa keberatan dengan tingkah istrinya. Malah ia senang, Ivana posesif terhadapnya. Artinya wanita itu mencintainya, dan boleh kan ia bahagia?Meskipun lelah terus berdiri, tersenyum dan mengobrol dengan orang-orang yang ada di acara itu. Tapi Ivana tidak masalah, selama suaminya masih dalam pantauan."Sweetheart, kita duduk dulu ya. Kau pasti lelah.""Tidak hubby. Bagaimana bisa kita duduk, bila masih banyak orang yang bicara denganmu? Tidak sopan itu," tegur Ivana yang menolak ucapan suaminya."Aku tak mau kau dan baby lelah!" kata Edgar yang lalu mengajak Ivana beristirahat dulu, setidaknya mereka harus duduk. Edgar tau, tida
Semakin malam, pesta itu semakin meriah. Namun Edgar tidak bisa berlama-lama di sana, karena istrinya yang sedang hamil. Tapi ia juga adalah penyelenggara alias tuan rumah acara ini dan ia tidak bisa begitu saja meninggalkan pesta. Lantas, ia pun meminta izin terlebih dahulu kepada istrinya untuk berpamitan kepada semua orang. "Sweetheart, aku akan berpamitan kepada semua orang. Lalu kita bisa pulang duluan!" kata Edgar. "Pulang? Mana bisa begitu. Kau adalah tuan rumah di pesta ini dan kau tidak bisa pergi begitu saja meninggalkannya. Aku tidak masalah bila harus menunggu lebih lama, sampai acara selesai," kata Ivana yang memahami posisi suaminya. Edgar adalah orang yang mempunyai acara ini dan otomatis, ia harus ada di acara ini sampai selesai. "Tapi Sweetheart, kau pasti lelah. Kau juga sudah mengantuk bukan?" tanya Edgar khawatir, sebab sudah ketiga kalinya, pria itu mendengar istrinya menguap. "Tidak apa-apa. Tinggal setengah ja
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa