Sore itu Laura yang bosan di rumah terus, akhirnya memutuskan untuk pergi keluar rumah dan berbelanja di supermarket bersama Levin. Namun, karena Levin sedang ada telepon dari Richard untuk urusan bisnis, maka dari itu Laura memutuskan untuk belanja sendiri ke supermarket. Dia meninggalkan suaminya yang berada di mobil, diparkiran.Tanpa sengaja Laura malah melihat kakak iparnya sedang berbelanja disana juga, tapi kakak iparnya itu sedang berada di etalase susu dan memilih susu ibu hamil.Jiwa kepo Laura yang luar biasa meronta-ronta minta dipuaskan, dan akhirnya dia pun menghampiri Leon agar bisa melihat pria itu dari dekat. Memastikan, apakah benar pria itu sedang memilih-milih susu ibu hamil, atau susu yang lain."Benar ternyata, kak Leon sedang memilih susu ibu hamil. Untuk siapa ya?" gumam Laura dengan sepasang atensinya yang tertuju pada pria tampan yang memakai setelan jas berwarna hitam itu. Dia pun mendekati Leon."Kak Leon, kenapa kak Leon membeli susu ibu hamil? Kak Leon me
Maksud hati Laura memberitahu Levin tentang Aileen adalah untuk membuat nama wanita itu semakin jelek di mata suaminya. Namun, siapa sangka dia tidak memikirkan hal lain yang mungkin membuat persepsi Levin berbeda dari apa yang dia pikirkan.Pria itu malah terlihat sakit hati, setelah mendengar berita tentang Aileen. Dan malah membuat Laura semakin cemburu."Kau jangan bercanda Laura. Mana mungkin Aileen seperti itu. Jangan menyebar fitnah!" ujar Levin yang wajahnya langsung berubah menjadi dingin. Rupanya dia tidak langsung mempercayai apa yang Laura katakan begitu saja. Dia percaya bahwa Aileen akan menjaga dirinya dengan baik.Levin tau benar, bahwa ini bukan urusannya lagi. Tapi dia tetap penasaran dan masih ingin tahu tentang mantan tunangannya itu."Aku tidak mengatakan fitnah. Kalau kau tidak percaya padaku, kau bisa tanya pada kak Leon. Aku melihatnya membeli susu ibu hamil itu dan mana mungkin kan kalau dia membeli susu tersebut untukku?" ucap Laura menjelaskan. Dia mulai kes
Kedua pasangan yang belum resmi menikah itu, tampak sedang menikmati pagutan bibir dan lidah mereka yang bertaut itu. Suasana diantara keduanya, semakin lama semakin panas. Tidak hanya berciuman, tapi Leon juga meraba-raba paha dalam Aileen yang saat itu masih mengenakan celana jeans pendek.Gelora dan hasratnya sebagai pria normal, tentunya semakin membuncah. Apalagi dihadapankan dengan seseorang yang ia cintai, wanita cantik yang saat ini sedang mengandung benihnya."Aah... hmphh-"Merasa tak ada penolakan dari Aileen, Leon semakin berani menyentuh wanita itu lebih intens lagi. Dia mengakangkan kedua kaki Aileen diatas pangkuannya, sehingga kejantanannya yang berada dibawah celananya, menekan inti Aileen yang berada dibalik celana jeansnya."Kak...ada yang keras dan menusukku dari tubuhmu," kata Aileen dengan suara yang terdengar mendesah tidak tertahankan.Namun, Leon seolah tenggelam dengan keadaan. Bibirnya yang semula menempel di bi
Wanita itu terus berlari menghindari kejaran Leon yang terus saja membujuknya untuk meminum susu. Sedangkan dia paling tidak suka minum susu.Namun, aksi kejar-kejaran itu berhenti saat Leon berhasil mengangkat tubuh wanita itu seperti karung beras."Aahh! Lepaskan aku! Sudah kubilang aku tak mau minum susu!" ujar Aileen kesal."Aku akan melepaskanmu kalau kau menghabiskan susunya," ujarnya serius. Dia tidak akan melepaskan wanita itu sebelum ia meminum susunya sampai tandas."Kak!" rengek Aileen dengan nada bicara manjanya. Begitu melas dan berharap Leon akan iba mendengar suara rengekannya ini."Aku tidak akan terpengaruh.""Kak...""Minum susunya, atau-""Aku akan meminumnya, tapi bisakah sedikit saja?" sela Aileen memohon pada lelaki itu."Kak, come on..." rengek Aileen lagi, tapi Leon sama sekali tidak mengindahkannya. Dia tetap menggendong Aileen di bahunya."Aaakh! Aduh... perutku!" pekik Aileen kesakitan. Seketika Leon langsung panik mendengarnya, dia menurunkan Aileen dengan
Keesokan harinya, Sara melihat menantunya sedang memasak didapur. Sara terlarang heran karena Laura biasanya tidak mau pergi ke dapur dengan alasan mual, atau lemas."Laura, kau sedang masak?""Iya Ma. Aku sekalian masak juga untuk bekal makan siang Levin," jawab Laura sambil memindahkan masakannya ke atas piring."Oh begitu. Padahal kau tidak perlu repot-repot memasak, kau kan tidak terbiasa melakukannya di sini. Kau bisa menyuruh asisten rumah tangga seperti biasanya," ucap Sara yang sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung Laura. Dia hanya mengatakan fakta yang ada, bahwa selama ini Laura memang selalu menyuruh-nyuruh asisten rumah tangga untuk memasak dan ia tidak pernah memasak sendiri.'Sialan! Apa dia sedang menyindirku karena jarang masak? Ini pasti gara-gara Aileen, wanita jalang itu. Mama jadi berubah padaku' Laura menyalahkan Aileen atas sikap Sara padanya."Maafkan aku Ma. Mulai sekarang dan seterusnya aku akan memasak untuk semua orang di rumah. Seperti saran Mama, a
Semuanya sudah siap, barang hantaran lamaran, bahkan orang yang akan melamar juga sudah bersiap-siap. Dia memakai pakaian berwarna abu-abu, dan terlihat sangat tampan mengenakan itu.Hanya satu orang yang tidak siap untuk pergi ke rumah Aileen malam ini. Siapa lagi kalau bukan Levin. Ketika semua orang sudah bersiap-siap dengan pakaian mereka masing-masing, Levin masih memakai pakaian rumah yang santai. Lelaki itu, bahkan tidak memiliki niat sedikitpun untuk pergi ke rumah Aileen, mengantar kakaknya melamar Aileen. Didalam hatinya masih ada luka, luka yang ditabur oleh garam dan terasa pedih.Nyatanya Levin tak kuasa untuk menerima pernikahan kakaknya dan Aileen dengan lapang dada."Levin, kenapa kau masih memakai baju santai seperti ini? Cepat ganti baju. Kita kan akan pergi mengantar kak Leon, papa dan mama ke rumah calon istrinya," oceh Laura pada suaminya yang sedang merebahkan tubuhnya diatas ranjang, pria itu berleha-leha. Dia tidak minat pergi ke sana dan merasakan sakit hati l
****Kepala keluarga Denvier dan Abraham tengah berbicara tentang hubungan Leon dan Aileen. Bahkan Marco juga meminta maaf atas kesalahan lalu yang membuat hubungan dua keluarga menjadi retak.Ivana dan Edgar mengatakan sudah memberikan maaf untuk Marco dan Sara, apa lagi sekarang mereka akan menjalin hubungan yang lebih erat. Bukan hanya sekedar hubungan pertemanan, melainkan kekerabatan atau kekeluargaan yang akan terjalin karena hubungan Leon dan Aileen."Aku senang, akhirnya kalian menerima Leon dan memaafkan kesalahan kami." Sara tidak dapat menahan air mata bahagianya saat Edgar dan Ivana mengatakan bahwa mereka setuju dengan pernikahan ini dan menerima Leon."Iya kak, sudah ya jangan menangis lagi. Ini sudah berlalu, jadi mari kita menjalin hubungan dengan baik untuk ke depannya." Ivana tersenyum seraya mengenggam tangan Sara. Kedua wanita itu terlihat sudah berbaikan dan saling mengobrol. Sedangkan Laura dan Levin tidak bicara sepatah katapun, mereka merasa seperti terasing di
****Suasana yang tadinya bahagia itu, langsung berubah menjadi hening ketika Laura tanpa sengaja memecahkan gelas. Laura yang merasa iri pada Aileen, terlihat marah saat Sara dan Marco begitu antusias dan memberikan selamat padanya. Sedangkan padanya tidak.Pada dasarnya seseorang kalau sudah memiliki hati yang julid dan benci pada seseorang, pasti dia akan selalu berpikiran buruk pada orang itu. Inilah yang Laura rasakan, dari awal dia sudah membenci Aileen karena masalah adiknya, dan dia akan selamanya tidak suka pada Aileen, walaupun gadis itu diam saja."Laura kau tidak apa-apa?" tanya Levin lebih dulu pada istrinya."Maafkan aku, aku tidak sengaja." Laura menundukkan kepalanya, dia berusaha menahan air mata dan kesedihannya."Tidak apa-apa Laura, yang penting kau baik-baik saja," kata Sara yang juga perhatian pada menantunya yang satu ini."Maafkan aku .. sepertinya aku tidak enak badan. Aku pamit pulang duluan," kata Laura tanpa mengangkat kepalanya. Wanita itu malah memilih pe
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa