Share

152. Pertama Menolak

Aku diam mematung akan bisikan suamiku. Sungguh rasanya begitu nyeri hati ini. Bagai tertusuk sembilu, perih. Entah apa sebabnya hanya bisikan ajakan bercinta saja bisa membuat hatiku nyeri dan perih. Sesaat kuremas kain gamisku yang menutupi dada, remasan tanganku tidak terlihat karena berada dibalil hijabku.

Biasanya aku tidak pakai hijab bila berada di dalam rumah, karena semua yang ada di dalam rumah adalah mahrom bagiku tanpa kecuali. Bahkan dengan Adam pun tekadang aku tidak pakai hijab. Namun, sejak suamiku melakukan poligami aku merasa dia adalah orang lain.

"Kok diam saja, Umi. Dan ini, sejak kapan jila di rumah Umi selalu pakai hijab. 'Kan abi jadi tidak bisa leluasa mengecup dan menyesap tengkuk Umi. Jujur abi kangen!" bisik suamiku sambil tapak tangannya menelusup ke balik hijabku.

Perlakuan suamiku membuat aku bergidik dan merinding. Aku masih diam, melihatku yang masih diam pun Yahya mulai memberanikan berbuat lebih. Tangannya mulai menelusup masuk ke balik hijabku. Aku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status