Ketika mendengar cerita Kalea, perasaan terkejut memenuhi hatiku. Tak pernah terlintas di benakku bahwa dia diperlakukan lebih buruk dariku. Rasanya aku begitu beruntung bisa terlepas dari keluarga yang penuh benalu tersebut.Namun, aku tetap saja penasaran bagaimana Kalea bisa bertahan dengan segala perlakuan yang dia terima. "Kau mau mencari kerja di mana?" tanyaku sambil menatap wajah Kalea yang penuh keputusasaan. Hatiku merasa miris melihat kondisinya seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Kenapa mereka memperlakukan dia sangat buruk, sementara dulu mereka sangat memuja dirinya dan bahkan mereka mengagungkan Kalea."Entahlah, yang penting aku bisa bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, karena mulai hari ini Mas Raka tidak akan memberikan aku nafkah seperti dulu lagi. Semua uang nafkahku dipegang oleh ibu mertuaku dan dia yang akan memberikan jatah kepadaku," ungkap Kalea dengan wajah frustasi. "Apa? Nafkahmu akan dijatah? Dan kau diam saja dan menerima keputus
Aku benar-benar terkejut saat mendengar apa yang baru saja diucapkan Mas Raka. Tubuhku merasa gemetar, pikiran bergejolak dan tidak bisa dipercaya bahwa orang ini berani mengatakan hal tersebut. Sedetik kemudian, aku melihat Mas Raka mulai berjalan mendekatiku, sambil mempertahankan tatapan yang intens ke arahku. Aku panik dan berusaha menghindarinya. "Apa yang kamu lakukan, Mas?" tanyaku dengan suara tercekat. "Bersenang-senang denganmu, Rania. Aku merindukanmu, dan aku ingin menikmati tubuhmu kembali. Aku janji, aku akan merahasiakan semua ini," sahut Mas Raka sambil tersenyum licik. Deg!Jantungku terasa berdetak kencang saat mendengar kata-katanya. Begitu mengecewakan dan membuatku marah, bagaimana bisa dia mengharapkan hal tersebut setelah semuanya sudah berakhir? Dia sudah tidak waras saat mengatakan itu kepadaku."Kamu sudah gila, Mas! Ini kantor dan aku sudah punya suami sekarang! Ingat Mas, ini adalah perusahaan milik istri mudamu, apa jadinya jika dia memergoki dirimu me
Ketika mendengar suara wanita yang ternyata adalah istrinya, aku melihat Mas Raka tampak panik saat mendengar suara istrinya tengah berteriak di luar ruangannya, dan tanpa berpikir panjang, aku pun langsung mendorong tubuh Mas Raka ke arah belakang. Mas Raka buru-buru memakai kemejanya yang sempat dilepaskan tadi, sementara aku berusaha menenangkan diri dan menjauhi mantan suamiku yang baru saja berbuat mesum kepadaku. "Mas Raka! Apa yang kamu lakukan di dalam? Kenapa kamu mengunci pintu ruanganmu?" teriak Andien, istri Mas Raka, dengan nada marah. Aku masih sangat shock saat itu dan tidak tahu harus bagaimana. Aku pun merasa ketakutan, bagaimana jika Andien mengetahui apa yang terjadi di ruangan ini? Melihat paniknya, Mas Raka segera menuju ke arah pintu dan buru-buru membuka pintu ruangannya, sementara penampilannya yang acak-acakan sama sekali tidak menjadi perhatiannya. Hatiku berdebar kencang, saat Andien akan melihat peristiwa yang tak senonoh yang dilakukan oleh suaminya
Aku terkejut saat mendengar suara bariton yang familiar di telingaku, ternyata suara itu adalah suara Mas Attala, suamiku. Entah kenapa, hatiku langsung merasa tenang dan bahagia ketika aku mendengar suara bafitonnya. "Akhirnya, dia datang untuk menolongku, terimakasih ya Allah, Engkau sudah menggerakkan langkah kakiku dengan cepat ke tempat ini," bisikku dalam hati. "Mas Attala …" ucapku sambil menatap ke arahnya yang tengah menahan tangan Mas Raka yang hampir memukulku. Rasanya ada semacam ketenangan yang tiba-tiba menyelimuti hatiku. "Apa kamu baik-baik saja, Sayang?" tanya Mas Attala dengan nada lembut. Aku menangkap kecemasan dalam tatapannya dan rasa hangat itu yang selalu membuatku merasa aman. "Aku baik-baik saja, Mas," balasku sambil tersenyum haru pada Mas Attala. Walaupun di sini situasinya mencekam, ada perasaan yang nyaman mengetahui suamiku ada di sini.Mata Mas Attala kemudian beralih ke Mas Raka, yang tampak gugup dan keringat membasahi wajahnya. "Beraninya ka
Aku, Rania, saat itu benar-benar dikejutkan dengan banyak hal di sana. Mas Raka tampak frustasi dan Andien tampak sangat kesal dengan dirinya."Apa? Kamu sudah memberitahukan kepada Pak Subroto?" tanya Mas Raka dengan menatap wajah suamiku tak percaya."Aku sudah memberitahu semuanya kepadanya, tapi sepertinya dia tidak percaya dengan ucapanku. Namun, aku bisa memberikan sebuah bukti tentang kejahatanmu kepada dirinya, jika kau tidak mau sedikit pun memberikan kewajibanmu kepada perusahaanku, atas kerugian yang kau buat saat itu." Mas Attala tampak sedang menggertak dirinya dan mulai mengancam dirinya.Saat itu, perasaan panik melanda Mas Raka saat mendengar gertakan dan ancaman dari suamiku.Mas Raka bergegas menuju meja kerjanya, mengambil amplop coklat di laci meja. Di dalam amplop tersebut berisi uang yang telah disiapkan sebelumnya untuk membayar ganti rugi barang-barang yang ia curi dari perusahaan kami. "Ini adalah uang untuk mengganti rugi atas barang yang aku ambil dulu, u
Saat ini, aku, Raka, merasa seperti tersudut dalam sebuah interogasi yang dilakukan oleh istriku sendiri.Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku katakan kepadanya untuk meyakinkan bahwa tujuan pernikahanku tidak lain demi menguasai hartanya.Hati ini mulai berdebar dan pikiran bercabang mencari cara terbaik agar tidak menimbulkan kecurigaan."Katakan Mas! Kenapa kamu keluar dari perusahaan itu jika dendanya sebanyak itu?" tanya Andien dengan kesal, menatapku tajam. Aku mencoba merenungi, mencari alasan yang tepat untuk mengalihkan perhatiannya."Tentu saja aku tidak ingin bertemu dengan mantan istriku yang kapan saja bisa datang merayu diriku," jawabku dengan hati-hati sambil menatap wajah Andien yang sudah mulai tampak cemburu.Andien menatapku, mencari kejujuran dalam mataku."Benarkah? Tapi aku melihat dia tidak menyukai dirimu, Mas," ujarnya, masih menatapku penuh penilaian.Sejenak, aku merasa tertegun. Bagaimana bisa ia tahu? Aku menelan ludah, merasa sedikit terpojok.Da
"Apa yang kalian semua lakukan di sini? Pernikahan? Kalian berdua menikah? Mas Raka itu suamiku, Kalea. Kau sahabatku. Kenapa kalian tega melakukan ini kepadaku?""Sah."Satu kata itu terdengar memekik telinga ketika diriku sudah berada diambang pintu rumahku di saat kepulanganku dari perantauan.Aku mendekat ke arah pasangan pengantin yang masih dengan tenang duduk di depan penghulu, tanpa menyadari kehadiran diriku yang sejak tadi menatap mereka.Tubuhku seketika lemas, saat melihat pasangan pengantin yang baru mengucapkan ijab qobul itu ternyata suami dan sahabat karibku sendiri."Mas Raka ...."Suaraku tercekat ditenggoroka, ketika aku melihat suami dan sahabatku memakai baju pengantin warna putih.Wajah Mas Raka seketika terkejut melihat kehadiranku yang tiba-tiba ada di sana, di hari pernikahannya dengan Kalea."Rania, kamu sudah pulang?" Lelaki itu tampak sedang meraih tanganku, lalu aku pun menepiskan tangannya dengan kasar."Pertanyaanmu tidak penting, Mas. Sekarang jelaskan
Aku terdiam, lidahku mulai kelu, seakan tak mampu mengeluarkan kata apapun saat mendengar pertanyaan suamiku yang lebih memilih wanita itu dari pada aku.Perasaan marah dan kecewa sudah menyatu dalam benakku.Dalam hatiku, pertanyaan-pertanyaan pun mulai meluncur, kenapa suamiku bisa setega ini kepada diriku, menikahi Kalea yang tak lain adalah sahabatku, begitu pun sebaliknya, saat ini banyak pertanyaan dalam pikiranku tentang Kalea, mengapa dia bisa setega ini merebut suamiku, setelah aku menolong dirinya dari keterpurukan saat diceraikan oleh suaminya."Kenapa kamu lakukan ini kepadaku, Mas? Apa salahku? Bukankah aku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk keluarga kita?"tanyaku, menatap nanar wajah suamiku.Selama lima tahun, aku rela bekerja keras hingga berada di luar negeri, semuanya demi membangun kehidupan kami berdua lebih baik.Akan tetapi, saat aku memutuskan untuk kembali ke rumahnya dan kembali ke pelukan suaminya, yang ada hanyalah sahabatku yang kini berubah sta