Aku, Raka, saat ini berusaha membuat Andien percaya pada kata-kataku dan tak ada pilihan lain kecuali menyudutkannya. "Apa maksudmu, Mas? Kamu menuduhku memiliki hubungan dengan Arif?" tanya Andien, matanya menatap tajam ke arahku."Jika kamu memang tak punya hubungan dengannya, kenapa kamu seolah tak rela jika dia dipecat dari pekerjaan ini?" tanyaku dengan nada kesal, tidak menyadari bahwa aku telah mengatakan sesuatu yang tak seharusnya aku katakan kepada dirinya saat ini .Aku merutuki kebodohan diriku sendiri saat tak sengaja menyampaikan informasi tentang pemecatan Arif kepada Andien."Apa? Arif dipecat? Siapa yang memecatnya?" tanya Andien dengan nada terkejut, seolah-olah baru pertama kali mendengar tentang hal itu. Saat itulah aku menyadari bahwa aku telah melakukan kesalahan besar dan membuat situasi menjadi semakin rumit.Jantungku berdebar kencang, tanganku mulai berkeringat dingin, dan pikiranku menjadi kacau. Aku harus mencari sebuah alasan yang tepat untuk mengatakan
Aku, Raka, merasa tubuhku lemas dan dunia serasa runtuh saat mendengar pengakuan istriku, Andien.Sejak awal pernikahan kami, aku telah melakukan kewajiban sebagai suami yang baik. Namun, ternyata saat itu istriku telah mengandung benih dari pria lain.Bagaimana mungkin hatiku tidak hancur? Yang lebih menyakitkan, ternyata ibu dan istri mudaku telah berkolusi, merencanakan segalanya di belakangku, menjadikan aku sebuah boneka dan mengikuti permainan mereka, sementara ibuku menikmati u4ng dari menjualku kepada janda muda untuk menutup aibnya, di sisi lain, Andien dengan seenaknya menginjak-injak harga diriku sebagai suami.Sungguh, aku tak pernah menyangka mereka akan sekejam itu kepadaku."Bagaimana, Mas? Apa kamu masih ingin bercerai dengan diriku?" tanya Andien dengan menatap mengejekku.Aku merasa terpojok, rasa marah bercampur bingung menghinggapi pikiranku. Di satu sisi, aku ingin membuktikan pada mereka bahwa aku mampu melepaskan diri dari perangkap yang mereka buat.Namun di si
Aku merasa terpaksa menerima tawaran pertama. Bagiku, melanjutkan usaha yang sudah berjalan lebih mudah dibandingkan harus memulai dari nol. "Baiklah, aku setuju dengan perusahaan yang sudah kita sepakati," jawabku dengan suara mantap. Andien tersenyum, kemudian mendekati diriku dan berdiri di hadapanku. "Kalau begitu, nanti aku akan buatkan surat perjanjian baru, Mas. Tapi setelah anakku lahir, sebaiknya kamu dan ibumu segera angkat kaki dari sini!" ujarnya tegas. Aku benar-benar kesal mendengarnya, tapi apa daya, aku tak punya pilihan lain. "Terpaksa kuhadapi ini, demi kelangsungan usahaku untuk mendapatkan perusahaan itu," batinku sambil mengangguk pasrah. Mungkin nanti aku harus kembali ke rumah lamaku. Namun, itu tidak apa-apa Kejadian itu membuat hubungan kami merenggang. Andien dan aku kini tidur terpisah, seolah-olah kami adalah dua orang asing yang sama-sama tersesat dalam labirin kehidupan ini. Selama ini, pikiranku terus-menerus dipenuhi oleh rasa kehilangan, kecewa
Aku terkejut saat Arif tiba-tiba melayangkan tangannya ke arah wajahku dengan sangat keras. Seketika tubuhku langsung terhuyung ke arah belakang."Beraninya kamu mengatakan itu kepada istriku! Aku tidak akan membiarkan kamu mengambil apa yang bukan menjadi hak mu lagi, Raka!" seru Arif dengan menatap nyalang ke arah wajahku. Aku benar-benar sangat terkejut saat melihat sikap dia kepadaku, dia bahkan memanggil namaku tanpa memanggil pak lagi. Kenapa Arif bisa bgitu berani mengatakan itu kepadaku? Bukankah dia hanya menjalankan pernikahan itu atas dasar keterpaksaan saja? Tak terima dengan apa yang dia lakukan saat itu, aku pun langsung berdiri dan hendak membalas pukulannya ke arahnya. Namun, saat aku melayangkan tanganku ke atas dan hendak mendaratkan tanganku ke arahnya, dengan cepat Arif menahan pergelangan tanganku dan langsung menghempaskan tanganku dengan kasarnya."Jangan pernah kamu menyentuh wajahku, Raka! Aku tidak segan-segan akan mengahajarmu!" seru Arif dengan menatap
Hari ini, tepat ketika perjanjian kontrak pernikahan antara aku dan Andien akan berakhir, aku dihadapkan pada kenyataan pahit. Andien akan melahirkan anak hasil hubungan gelapnya dengan pria lain, dan aku diharuskan berperan sebagai suaminya yang berbahagia di hadapan orang-orang. Entah mengapa, Tuhan mempertemukan aku dengan perempuan sepertinya dalam kontrak pernikahan. Bahkan saat itu, aku masih harus menemani Andien dalam proses persalinannya di rumah sakit. Aku tak bisa membayangkan betapa hancurnya hatiku saat itu, tetapi aku tahu harus tetap tegar dan menyelesaikan kontrak pernikahanku dengan dirinya.Sebagai seorang lelaki yang menjunjung tinggi harga diri, rasanya sulit sekali menerima permintaan Andien untuk tetap mempertahankan kontrak pernikahan ini sampai waktu yang ia inginkan. "Apa ini adalah sebuah karma yang harus aku hadapi saat ini? Aku benar-benar merasakan sakit hati bagaimana dikhianati oleh istriku saat ini, bahkan aku harus memberikan namaku di belakang ana
Aku merasa sangat terkejut mendengar ucapan Andien. Benarkah ini? Sungguh tak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa Andien akan melakukan hal ini padaku dan ibuku. Tatapan penuh kebencian itu menusuk hatiku. Aku tidak menyangka dibalik wajah lembutnya, ternyata Andien memiliki tabiat buruk dalam memperlakukan kami saat itu."Apa salahku sehingga dia begitu membenci diriku?" batinku saat melihat tatapan Andien yang ditujukan kepadaku saat dia mengusir diriku.Dengan geram, Andien akhirnya menarik koper kami keluar dari rumahnya. Ibuku yang saat itu tampak sedang panik dan cemas, lantas mencoba memohon agar Andien mengampuni kami. "Tolong jangan usir kami, Nak Andien. Tolong kamu maafkan kesalahan Raka, berikan kesempatan kepadanya untuk memperbaiki kesalahan yang dia lakukan," ibuku memohon dengan suara tercekat. Aku sungguh tak tega saat melihat ibuku saat itu memohon kepada Andien untuk tidak mengusir dirinya.Andien tak berperikemanusiaan, wajahnya mencibir begitu melihat perjua
Aku, Raka, merasa tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dua orang yang menghampirinya dan menyatakan niat mereka untuk menyita seluruh aset perusahaan guna menutupi hutang Andien pada perusahaan miliknya yang lainnya."Tidak mungkin! Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah Andien sengaja menyerahkan perusahaan yang sedang berada dalam masalah ini kepadaku? Sepertinya dia telah merencanakan segalanya dengan sangat cermat," gumamku dalam hati. Wajahku terlihat pucat dan peluh mulai mengucur membasahi wajahkunynaag sudah seperti benang kusut. Namun, diriku mencoba untuk tetap tenang. Aku tahu harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki situasi ini, tapi aku merasa sangat terpuruk dan tidak tahu harus mulai dari mana.Orang-orang yang menghadap diriku dengan penuh intimidasi meminta agar diriku segera menyerahkan perusahaan dan meninggalkannya dalam waktu dua kali dia puluh empat jam.Mereka mengancam akan segera memproses peralihan kepemilikan perusahaan tersebut jika Raka tidak seg
Jantung Raka berdegub kencang saat mendengar apa yang dikatakan oleh Andien. Tak pernah ia menyangka Andien sekarang begitu licik, mempermainkannya.Ingin sekali Raka menegaskan, Andien sebagai mantan istrinya seharusnya mau memberikan perusahaannya yang lain sebagai gantinya atas perjanjian yang sudah mereka sepakati bersama."Apa maksud ucapanmu? Kau tak mau mengganti perusahaan milikmu yang lain kepadaku? Tidak akan kubiarkan itu terjadi," ujar Raka dengan menatap tajam wajah Andien yang saat ini terlihat tersenyum mengejek wajahnya. "Benarkah? Lantas kamu akan melakukan apa, Mas?" tanya Andien dengan tatapan mencemooh. Wajah Raka terlihat sangat kesal ketika Andien mulai mengejeknya. Di benaknya, berkecamuk berbagai perasaan, amarah yang ingin meluap dan rasa takut akan masa depannya. "Bagaimana aku bisa menghadapi semua ini? Aku tidak punya kekuatan untuk menghadapi kelicikan mantan istriku ini," batin Raka. Dia merasa diperlakukan seperti pion dalam permainan catur kejam yan