Share

Part 79. Tanggung Jawab

last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-03 16:15:22
Wati membuka tirai agak ragu, takut menyelimuti dirinya. Mencoba mengingat saat dia mendapati korban kecelakaan itu sedang ditindak sama petugas kesehatan, yang kebetulan tadi hanya bagian kepala saja yang terlihat. Setelah dirasa kuat, Wati pun menyibak tirai itu.

Anak umur belasan tahun terbujur kaku tak berdaya. Setengah tubuhnya ditutupi selimut. Dan, ketika Wati menyibak tirai, anak lelaki itupun menatap kosong ke arahnya. Wati kaget saat melihat wajah anak lelaki itu didominasi luka.

"Apa kamu salah satu korban tabrakan beruntun?" tanya Wati setelah berdiri di samping brangkar. Dia hanya mengangguk pelan.

"Keluarga kamu mana?" Wati bertanya karena tak seorang pun yang menemani anak lelaki itu. Dia kembali menggelengkan kepala.

"Saya memang belum tahu kronologi kecelakaannya seperti apa, tapi … apapun yang terjadi, saya dan anak saya akan bertanggung jawab penuh sama kamu," jelas Wati.

Wati pun kembali ke meja informasi, ada yang ingin dia tanyakan pada perawat yang bertugas.

"Mba
Dwi Nella Mustika

Kira-kira Ratna bakal bersikap gimana ya?

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 80. Dia Sadar

    "Kalau Devina sampai tahu gimana ya?""Pasti dia bakalan minta ketemu papanya. Apalagi weekend ini bakal batal."Tak selesai menonton video sampai akhirnya, Ratna menyerahkan kembali ponsel karyawannya itu.Seraya mengutak-atik laptop untuk memeriksa laporan yang tak kunjung usai, pikiran Ratna dihantui mobil Bram yang ringsek parah bagian depannya. Body mobil samping kiri dan kanan juga terbilang parah."Nggak … nggak … Devina jangan sampai tahu dulu. Aku nggak mau dia ikut kepikiran dan nggak fokus belajar padahal sebentar lagi akan ujian semester.""Aku harus menyembunyikan semuanya dari Devina.""Masa iya anakku mesti kepikiran dia terus.""Satu sisi aku iba, tapi sisi lain aku merasa senang. Tak kupungkiri ini sedikit banyak pasti karena dia sudah menyakiti aku dan Devina.""Kira-kira Mas Arjuna sudah tahu belum ya?""Ah, sudahlah, aku nggak mau terlibat terlalu jauh daripada membuat moodku berantakan," ucap Ratna dalam hati.Dia berusaha sekuat tenaga menepis semua yang terjadi

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 81. Kenapa Tidak Sejak Awal?

    "Huuufff … kenapa dia datang ke kantor segala," umpat Arjuna setelah melihat sosok tersebut di rekaman CCTV.Arjuna mengira setelah dia dengan sengaja membiarkan tanpa membuka pesan serta mengabaikan panggilan masuk dari Dara bisa membuat dirinya selamat, tapi justru terjadi malah sebaliknya. Dara pantang mundur dan selalu punya cara.Tok … Tok … Tok …Dia pun kembali menaruh ponselnya di tempat semula. Urung untuk menghubungi seseorang. "Iya, masuk!" titah Arjuna kemudian. Dia seolah tak punya pilihan lain."Hai, Mas," sapa disertai seulas senyumnya yang menawan. Giginya yang putih bersih serta polesan lipstik berwarna nude cukup memberi warna lain di penglihatan."Ada apa?" "Nggak ngapa-ngapain, Mas. Lagi pengen nganterin makanan buat makan siang kamu aja, kok," sahut Dara seraya mengangkat rantang tiga susun ke atas. "Kamu belum makan 'kan?""Ooh ….""Kenapa? Kamu kok kayaknya nggak seneng aku ke sini?" tanya Dara sambil berjalan mendekat ke meja kerja Arjuna. "Aku WA nggak dibaca,

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 82. Takdir Buruk?

    Dua kali Arjuna membunyikan klakson sebagai kode, tapi tak ada tanda-tanda pintu utama dibuka. Padahal di dalam rumah, Devina yang sedang menonton spontan mengerutkan keningnya, seolah peka dengan suara klakson itu."Ma, Nana kayak kenal sama bunyi klakson mobilnya. Itu bukannya di depan rumah kita, Ma. Nyaring banget kedengarannya," celetuk Devina yang engeuh dengan bunyi klakson.Ratna sebenarnya juga merasakan hal yang sama. Beberapa bulan terakhir waktunya cukup banyak dihabiskan dengan Arjuna. Dan, memang setiap kali lelaki cool itu mampir, dia selalu memberi kode dengan membunyikan klakson mobil."Nggak seperti biasanya ini."Arjuna pun memutuskan turun. Namun, saat ingin mendorong pagar yang berukuran kecil, rupanya sudah tergembok."Tumben jam segini Ratna sudah gembok pagar? Apa karena demi keamanan? Atau …."Tak ingin berlarut bertanya dalam hati. Arjuna pun menyeru nama janda satu anak itu.Arjuna pun merogoh ponsel dari saku celananya untuk menghubungi Ratna. Dia segan jik

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 83. Terbesit Ide Buruk

    Pagi Sabtu, Ratna dan Devina tampak sibuk di taman depan rumah. Devina menyiram bunga, sedangkan Ratna mencabuti rumput-rumput liar yang tumbuh. Meski tak diragukan lagi saldo yang tersimpan di rekeningnya. Meski tak sedikit keuntungan diraihnya karena menjadi investor terbesar, semua itu tak membuat Ratna angkuh dan sombong. Dia tidak gengsi sama sekali melakukan hal-hal yang kotor, seperti yang dia lakukan sekarang."Ma, baju untuk besok sudah mama siapin?" tanya Devina sembari menyirami bunga mawar putih kesukaan mamanya.Deg!!!Jantung Ratna bergetar hebat, seolah darah yang mengalir di tubuhnya juga berhenti sesaat."Belum. Nanti mama siapin ya. Agak siangan nggak papa 'kan?""Iya, Ma."Mereka pun kembali meneruskan pekerjaan masing-masing. Dan, tak lama keheningan yang tercipta di antara ibu dan anak ini berakhir dengan seruan seseorang di balik pagarnya."Ratna … Devina …." Mulut Wati menyeru nama mantan menantu dan cucunya, sedangkan matanya terbelalak sempurna menatap mobil y

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 84. Diserang Balik

    Mobil yang dikemudi Ratna melaju stabil menuju rumah sakit. Dibalik gundahnya soal Bram, tapi ada kesenangan disela gundahnya itu."Mama baru tahu kalau kamu bisa bawa mobil. Selama ini kenapa kamu nggak pernah minjam mobilnya, Bram? Malah lebih suka naik angkot," celetuk Wati setelah setengah jam perjalanan. Tampaknya dia begitu kagum naik mobil baru. Meski, jauh beda kelas dengan mobil yang dipakai Bram.Ratna sempat menoleh ke kaca spion atas memastikan putri semata wayangnya, tampak Devina tengah tertidur pulas."Karena aku nggak punya mobil sendiri, Ma. Mobil yang di rumah kan punya anak mama. Ngasih nafkah ke aku aja pelit, mustahil kalau dia bakal minjemin. Aku rasa mama nggak lupa soal perlakuan anak mama dulu.""Rat … kamu masih dendam sama Bram?""Dendam sih enggak, ya, Ma. Tapi aku selalu ingat gimana dulu.""Berarti kamu juga masih ingat kalau mama dulu sering khilaf sama kamu?" tanya Wati dengan suara rendah."Ya jelas, Ma. Memory ku masih belum jelas aku ingat. Lagian ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 85. Yakin???

    Devina sempat terdiam sejenak, apa yang terjadi di dalam kamar rawat inap beberapa menit lalu, seolah tereka ulang dalam benaknya, membuat Devina seperti orang ketakutan.Tanpa dia sadar, Devina menggenggam tangan Ratna dengan sangat kuat, hingga mamanya itu merasakan agak perih."Na ... Devina," panggil Ratna."Hah ... nggak, Ma. Pulang saja. Nana takut, apalagi pada marahan begitu," ucap Devina yang sekali menoleh ke arah kaca jendela."Nggak nunggu, Nenek?" tanya Ratna memastikan."Nggak, Ma. Takut, Nana. Rupanya nenek masih suka pemarah seperti dulu.""Jadi kita pulang aja?""Iya, Ma pulang aja." Ratna dan Devina pun kemudian berlalu dari depan kamar.Serang-menyerang yang belum usai, membuat keduanya tak sadar sama sekali jika Ratna dan Devina sudah tidak ada di ambang pintu."Bram, mama pulang. Buang energi kalau berdebat dengan manusia ular ini," ucap Wati. Namun, dia tersentak kaget ketika membalikkan tubuhnya."Mana Ratna sama Devina tanyanya pada Bram?""Tuh makanya, Ma. Kala

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 86. Kenapa Harus Bertemu?

    Arjuna menghubungi Ari untuk menggali informasi soal keadaan Bram melalui via telepon karena hari Sabtu aktivitas di kantor off. "Terbilang cukup parah, Pak. Kepalanya terbentur keras ke stir mobil. Kemarin di perban dan bakal di CT-scan." "Kok bisa? Airbag-nya nggak berfungsi?" "Nggak, Pak." "Itu saja lukanya?" "Di bagian wajah ada memar dua titik kalau nggak salah. Terus tangannya itu saja, Pak." "Berarti nggak terlalu parah ya?" "Ya ... semoga saja, Pak. Takutnya kan luka dalam yang parah." Arjuna pun mengakhiri panggilan telepon setelah informasi yang dia terima dirasa cukup. "Mas, sore ini kita jadi pergi?" Arjuna hanya membalas dengan sekali anggukan seraya bangkit dari sofa ruang tamu dan bertolak ke kamar. "Aku akan membuat kamu jatuh cinta, Mas. Dan, kupastikan perempuan yang mengisi hatimu itu akan memudar," ucap Dara dalam hati seraya memperhatikan Arjuna yang menaiki tangga. Santi sedang tidak berada di rumah karena sedang ada acara kumpul dengan teman lamanya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 87. Oh ... Ini Dia Perempuan Itu!

    Arjuna sempat melihat sekilas ke atas, Devina's Bakery. "Kok ini sama kayak namanya anak Ratna. Apa ini toko bakery yang dimaksud Ratna kala itu?" "Mas, kok diam aja. Ayuk masuk!" ajak Dara yang sudah berdiri di pintu masuk yang terbuat dari kaca. "Ish ... malah nggak denger," keluh Dara. Dia pun mendekat dan memukul pangkal lengan Arjuna. "Lamunin apa sih kamu? Liat nama tokonya sampe segitunya. Kenal kah?" tuduh Dara." "Toko lain aja gimana? Ini kan toko baru nanti malah kecewa sama rasanya. Aku ada toko bakery langganan. Ke sana saja!" ajak Arjuna. Lelaki cool ini lebih memilih mendengarkan kata-kata hatinya. "Enggak ah, Mas. Udah sampe sini juga. Masa iya nggak jadi masuk." Dara melanjutkan langkah. Melihat beberapa bakery yang terpajang di beberapa etalase. Selain bakery, di sini juga tersedia minuma dingin, dessert, dan kue basah. "Mau cari bakery seperti apa Mbak?" sapa Ratna ramah. Dara pun menoleh, menatap Ratna dengan penuh seksama dari ujung kaki sampai kepala. "Dia m

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10

Bab terbaru

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 199. Potrait Kebahagiaan

    Di pusara yang berhiaskan rumput jepang Lidya menangis sejadi-jadinya. Hari ini tepat satu bukan kepergian Santoso dan hari pertama Lidya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Kondisi yang sangat parah membuat dirinya sering drop."Pi, aku menyesal. Sangat menyesal. Andai waktu itu aku mendengar kata Kak Sonia, pasti semua ini nggak akan kayak gini.""Pi, kenapa harus pergi dengan cara gini? Kenapa papi perginya nggak bawa aku sekalian aja?"Air mata Lidya mengalir deras tanpa jeda. Mata dan hidungnya merah. Suaranya pun terdengar parau. Dari jarak satu meter Sonia hanya diam membisu seraya menatap sendu adik bungsunya yang meratapi kepergian lelaki tercintanya."Sudah, Lid. Papi sudah tenang di sana. Nggak sakit lagi." Sonia akhirnya menghampiri tubuh ringkih adiknya yang memeluk pusara Santoso.Lidya yang tak sesehat dulu jelas membuat Sonia khawatir. Apalagi bagian kepalanya yang bocor akibat jatuh dari tangga sebulan yang lalu itu."Lepasin aku, Kak. Aku mau disini nemenin papi."

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 198. Mengutuk Diri

    Rumah kediaman Santoso yang biasanya lengang, kini ramai didatangi oleh para pelayat. Pagi hari, jenazah Santoso dibawa pulang, karena atas keinginan Shanti otopsi diberhentikan, mengingat Shanti tak ingin jenazah suaminya itu melewati lima waktu sholat. Shanti tak ingin jenazah suaminya itu masih merasakan siksa dunia.Sanak saudara, klien, dan rekan kerja Santoso dulu turut hadir memberi doa sebelum Santoso dikebumikan. Dalam keramaian para pelayat yang datang, belum tampak batang hidung Ratna dan Devina. Mereka baru pagi ini terbang ke Jogja setelah semalam diberitahu oleh Arjuna.Pukul sebelas siang, Ratna dan Devina sampai juga di rumah duka. Shanti memeluk tubuh Ratna dengan erat."Maaf jika aku membawa sial, Mi. Kalau aku tidak ada mungkin papi masih ada," sesal Ratna seraya berbisik pada Shanti."Ini takdir Yang Maha Kuasa. Kamu bukan pembawa sial. Melalui kamu, Allah menyadarkan mami dari maruknya harta dan tahta."Tapi, Mi ….""Sudah, Ratna. Kamu tidak perlu terus-terusan me

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 197. Duka Beruntun

    Santoso mengalihkan pandangannya ke arah Lidya yang tertunduk takut."Benar apa yang dikatakan mami kamu, Lidya?" tanya Santoso dengan lantang.Hening tanpa jawaban. Tak dijawab langsung membuat emosi Santoso membuncah."Lidya, jawab papi!" teriak Santoso. Emosi yang tak terkontrol membuat Santoso drop seketika. Tangan kanannya memegang dada."Aaauuu …," pekiknya bersamaan dengan jatuhnya tubuh berbobot cukup besar itu ke lantai. Arjuna yang tidak begitu memperhatikan Santoso kalah cepat menyambut tubuh papinya itu."Mas!" pekik Shanti."Papi …," teriak Lidya histeris.Arjuna memapah tubuh Santoso dan merebahkannya di sofa.Napas Santoso tersengal-sengal menahan sesak."Ngapain kamu bengong, Lidya. Cepat telepon dokter!" desak Shanti yang panik."Sini aku telpon, mana nomor hape dokternya," ucap Arjuna."Aku nggak hapal, Mas." Lidya berlari menuju lantai dua untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar.Namun, saat dirinya berhasil mengambil ponsel dan menuruni anak tangga kurang hati-

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 196. Cuti Menjadi Dua Hari

    "Mami dan Mas Arjuna pasti nggak tahu 'kan kalau papi sakit parah.""Jantung 'kan?""Bukan," bantah Lidya."Lalu apa, Lid. Kamu daritadi setengah-setengah aja ngomongnya. Bikin makin panik," sungut Shanti yang sudah mulai kesal."Papi, sakit kanker paru-paru kata dokter, Mi."Shanti dan Arjuna saling menoleh heran."Kamu jangan asal ngomong ya? Mana mungkin papi kena kanker," protes Shanti. Menurut Shanti, suaminya itu tampak seperti biasanya. Tak ada tanda jika suaminya memginap penyakit yang berbahaya itu."Sudah, sekarang kamu balik ke Jogja, biar aku temui papi besok. Dan, cukup bersikap lancang sama Ratna. Dia itu hanya korban dan kamu tidak punya hak mencampuri semua ini."Lidya bangkit dari duduknya, lalu berdiri berhadapan dengan Arjuna."Tanpa Mas suruh pun aku akan pulang. Tak sudi tinggal disini dengan orang seperti mas dan mami. Egois!"Lidya menyentak dengan kasar saat membuka pintu dan menghempaskannya dengan keras saat menutupnya kembali."Biarkan saja, Ar. Lidya meman

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 195 Keduanya Terperangah!

    Lidya tersentak kaget ketika melihat sosok yang sempat dia cari sebelumnya tiba-tiba datang tanpa kode."Ngapain kamu kesini? Nggak ada sopan santunnya sama sekali!" serang Arjuna yang terlihat begitu marah pada adik bungsunya itu.Mendengar suara Arjuna berada di luar rumah, Ratna pun bergegas ke sumber suara."Mas, kamu kok bisa tahu Lidya disini?" tanya Ratna penasaran."Nggak usah sok nanya, dasar perempuan bermuka dua," geram Lidya melihat Ratna tiba-tiba nimbrung. Dipikiran Lidya, Ratna lah yang menghubungi Arjuna. Dan, sekarang malah seorang bertanya."Jaga mulut kamu, Lid. Sembarangan aja kalau bicara!" sergah Arjuna. "Aku minta maaf atas sikap Lidya sama kamu, Rat. Nanti malam aku ke sini lagi.""Kamu ikut aku sekarang!" Arjuna menarik kasar tangan Lidya untuk masuk ke dalam mobil.Selama ini Arjuna tidak pernah berkata kasar ataupun bersikap kasar pada saudara perempuannya itu. Namun, tingkah Lidya yang kelewatan batas, tak ada toleransi lagi.Ratna melepas kepergian Arjuna

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 194. Pemisah dan Pembunuh

    Lidya sedang berdiri di sebuah rumah yang baru saja dikunjungi Arjuna dan Shanti."Permisi!" seru Lidya di depan pagar.Mendengar suara tersebut, Ratna pun bergegas ke pintu utama. Dirinya sempat mengernyitkan dahi saat berhenti di ambang pintu utama."Itu siapa? Kok asing wajahnya," gumam Ratna."Permisi, Mbak," sapa Lidya lagi seraya mengulas senyum palsu.Ratna pun melanjutkan langkah menuju pagar."Ya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" tanya Ratna, sama tidak membukakan gembok pagar rumahnya untuk jaga-jaga.Wajah Lidya yang tadinya menampakkan kehangatan palsu, sekarang berubah drastis tepat saat Ratna berdiri di depannya yang hanya terbatas dengan pagar."Saya Lidya, adiknya Mas Arjuna. Saya ingin mengobrol dengan Anda!" ucapnya dengan lantang. Sorot matanya pun ikut menatap Ratna dengan tajam."Oh, boleh. Silakan masuk!" titah Ratna yang setelahnya membuka gembok.Lidya mengikut langkah Ratna saat masuk ke dalam rumah. Tak ada rasa takut apalagi kesal karena melihat wajah Lidya yan

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 193. Pergi Sebentar

    Gerbang didorong oleh Pak Kobir saat bunyi klakson memberi kode.Pak Kobir tidak langsung memberitahu Arjuna, dirinya beranggapan tak sopan jika sang Tuan belum duduk di dalam rumah. Arjuna dan Pak Sobri melakukan seperti kemarin saat mobil sudah berhenti di depan rumah, hal akan menjadi rutinitas sampai waktu tak ditentukan."Mami langsung istirahat saja ya. Aku ada urusan sebentar," pamit Arjuna setelah membopong tubuh Shanti ke peraduan."Mau kemana, Ar? Bukannya cuti," tanya Shanti heran."Ada perlu sebentar, Mi.""Iya, sebentarnya kemana? Nggak tenang mami nih, Ar. Kata kamu ada polisi yang ngejagain. Tapi kok mami nggak lihat dari kemarin kalau ada yang jaga berpakaian lengkap seperti biasanya.""Yang jaga kita nggak pake seragam, Mi. Sengaja biar nggak ketahuan sama orang-orangnya Mulyadi.""Tapi nggak ada juga yang berdiri di dekat rumah kita.""Mereka berdiri di suatu tempat dengan standby CCTV. Begitu juga tadi di rumah Ratna. Kalau terang-terangan dijaga, mana ada yang bera

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 192. Sekalian Tidak Usah Menikah!

    Benar saja, esok hari Lidya langsung terbang ke Jakarta, tentu saja berbohong pada Santoso. Alih-alih beralasan ada interview di luar kota. Meskipun Sonia sudah melarang tapi tetap saja Lidya berangkat dengan berbohong pada Santoso."Aku pergi interview dulu ya, Pi. Doakan berhasil," pamit Lidya seraya mencium punggung tangan Santoso."Pasti. Semoga kamu bisa lebih sukses dari Arjuna.""Tentu, Pi. Aku akan bikin papi bangga, nggak kayak Mas Arjuna."Sebelum pamit, Lidya memberi selembar kertas pada asisten rumah tangganya. Disana tertulis apa saja yang akan dilakukan asisten rumah tangganya serta jam minum obat. Tak lupa, Lidya meminta asisten mengabari dirinya jika ada kondisi darurat. Atau jika tidak ada respon, asisten rumah tangga diminta untuk menghubungi Sonia."Pak, ada Mas Arjuna?" tanya Lidya pada security yang bertugas. Lidya sampai di Jakarta pukul dua belas siang."Bapaknya baru saja pergi, Mbak Lid.""Sama mami juga?" Lidya ingin memastikan."Iya, sama nyonya juga.""Kira

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 191. Disambut Saat Pulang

    Ponsel yang standby di tangannya, tak butuh lama bagi Arjuna membaca pesan yang dikirim oleh kakak kandungnya itu, meskipun dia hanya membaca lewat sekilas pemberitahuan di layar ponselnya."Mereka pikir aku akan gentar dengan ancaman ini. Cukup selama ini aku yang menjadi tameng menyelamatkan hidup keluarga. Namun, nggak berlaku lagi sekarang."Tanpa membuka pesan yang dikirim Sonia, Arjuna malah menghapus pesan yang Sonia serta memblokir nomor ponsel kakaknya itu dari whatsapp. Arjuna lebih memilih fokus pada kondisi Shanti daripada meladeni saudara kandungnya itu. Sebegitu kecewakah Arjuna sampai-sampai tak memberi celah?"Gimana, Kak? Sudah dibaca? Udah tiga jam lho ini." Lidya masih saja penasaran. Mereka tengah menikmati cemilan malam di balkon lantai dua."Belum. Sibuk atau bisa jadi sengaja nggak direspon.""Nggak direspon, berarti dia baca dong?""Tanda birunya nggak ada.""Apa Mas Arjuna menonaktifkan pertanda pesan yang masuk itu sudah dibaca?""Ya … nggak tau lah soal itu.

DMCA.com Protection Status