Share

Bab 77

Penulis: Safiiaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-13 21:10:25

Embusan udara yang sejuk menerpa wajah ayu nan bersih itu. Pemandangan berupa hamparan sawah menyegarkan matanya. Secangkir teh manis hangat sudah berada dalam genggamannya sebagai teman menikmati udara pagi ini. Sesekali, bibir tanpa lipstik itu menyeruput air berwarna cokelat yang membuat tubuhnya menghangat.

"Bagus ya?" ujar Khalid yang tanpa aba-aba memeluk badan yang kini langsing itu dari belakang. Tangannya itu melingkar tepat di depan perut langsing nan ramping. Ia meletakkan wajahnya di atas bahu sang istri yang tengah menikmati pemandangan vila yang baru kali ini ia nikmati.

Ya, keduanya sedang menikmati bulan madu di daerah Trawas yang dingin dan sejuk. Sebuah vila berhasil disewanya untuk menghabiskan hari berdua saja tanpa bayi yang selama setahun telah diasuh oleh kedua tangan ibunya sendiri.

Tangan Aini terulur untuk meletakkan cangkir di atas meja kecil di sudut balkon tempat keduanya berdiri. Ia memutar badannya untuk menyambut pelukan Khalid yang kini benar-benar mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tiraya
bapaknya Adza...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 78

    Aini segera memperbaiki masker di wajahnya untuk menutupi identitas diri. Beruntung benda penutup wajah itu tidak pernah ia lepas ketika bepergian sehingga sangat membantunya dalam keadaan yang terjepit ini.Air minum yang memang sangat dibutuhkan terutama untuk suaminya membuat Aini tak punya pilihan lain. Istri Khalid itu pun terpaksa masuk ke dalam minimarket meskipun dengan berat hati.Dengan langkah cepat Aini mengambil dua botol besar air mineral dalam rak. Kemudian ia berjalan menuju kasir tanpa suara sedikitpun. Beruntungnya seseorang yang sangat ingin dihindari itu sedang berkutat dengan laptopnya sehingga masih ada kemungkinan untuk dirinya tidak diketahui."Sudah, Mbak?" tanya si Mas penjaga kasir stelah Aini meletakkan dua botol itu di atas mejanya.Aini hanya mengangguk lalu menyodorkan uang dalam genggamannya. Sebisa mungkin ia tidak bersuara agar tidak menarik perhatian seseorang tersebut."Totalnya dua belas ribu ya, Mbak." Penjaga kasir itu berujar. Ia merasa aneh den

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 79

    "Sudah ngga usah takut lagi." Khalid berujar sambil mengusap punggung tangan Aini yang sedang bertaut di atas pangkuannya. Sejak mobil melaju, ia hanya daim sambil memainkan kedua tangannya di atas pangkuan."Ngga takut, Mas. Cuma males aja berhubungan lagi sama dia." "Ya, ngga apa-apa. Biarkan dia dengan segala macam penyesalannya. Yang jelas sekarang kamu sudah bahagia sama aku dan Adza." Khalid menoleh ke arah Aini disela-sela konsentrasinya menyetir. Ia memberikan senyuman agar mood istrinya kembali membaik."Iya, tapi aku khawatir aja dia berbuat yang macem-macem sama aku, apalagi sama Adza.""Enggaklah. Selama ada aku, kamu dan Adza aman. Kita akan hidup bahagia sekarang jadi jangan lagi merasa cemas atau khawatir.""Apa aku harus pindah toko ya buat menghindari dia?""Ngga usah. Buat apa?" sahut Khalid cepat."Ya biar dia ngga ngirim apapun lagi ke alamat toko.""Menghindar itu bukan solusi. Lebih baik tata hati kamu buat bersikap biasa sama dia. Meskipun aku sempat kesal kare

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bsb 80

    Aini menutup pintu mobilnya dengan keras. Gerakan benda itu menciptakan suara dentuman yang membuat Khalid seketika menoleh.Khalid tersentak. Ia bergegas meninggalkan Melissa yang terpaku dengan apa yang dilakukan Aini. Cara manusia meluapkan rasa cemburunya memang berbeda-beda."Sayang, kok ngga bilang sih kalau sudah selesai?" ucap Khalid setelah berdiri di depan Aini. Sayangnya wajah cemberut sudah kepalang terpasang di wajah sang istri."Kalian berdua kelihatannya asik banget. Lagian aku sudah selesai masukin semua belanjaan ke dalam mobil. Kalau masih pengen lanjut ngobrol silahkan aja, biar aku cari taksi online buat pulang." Aini berujar dengan tegas. Tidak ada keramahan sedikitpun di wajah dan ucapannya. Ia berjalan menuju bagian belakang mobil dan menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari taksi online yang melintas di daerah itu."Marah duh," ucap Khalid panik. Ia melihat ke arah toko, sudah tidak ada lagi belanjaan yang masih tersisa. Ia pun menyusul Aini untuk menghentik

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 81

    Tanpa berkata-kata lagi, Aini keluar dari dalam mobilnya. Ia berjalan meninggalkan Khalid yang sedang berusaha mengejarnya. "Sayang, aku memilihmu. Mengapa kamu pergi dariku," ucap Khalid sambil terus berjalan mengejar Aini. Ia berusaha menarik tangan Aini agar tak lagi berjalan meninggalkannya."Aku sedih. Mengapa Melissa baru hadir disaat aku sudah benar-benar mencintai Mas dengan segala apa yang ku punya. Hatiku patah sebelum prahara datang menerpa. Rasa takut kehilangan itu sungguh membuatku merasa lemah berhadapan dengan perempuan secantik dirinya.""Cantik memang tapi hatinya tidak."Aini memicingkan matanya. Ia tidak menyangka jika Khalid akan berujar demikian. "Mas tahu isi hatinya?" Aini mulai tertarik dengan pembahasan ini.Khalid mengangguk yakin. "Iya. Mas paham bagaimana dia.""Sedekat apa kalian dulu?""Kami pacaran."Aini mengerutkan dahi. Lipatan dalam dahinya itu makin banyak seiring dengan keterkejutannya."Pacaran?" Aini mengulang kembali pernyataan Khalid."Iya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-17
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 82

    "Mas Hisyam single kan? Anak Bapak juga single, kalau mau Bapak bisa jodohin kalian." Suara itu kembali bertanya saat Hisyam tak juga menggubris ucapan sebelumnya.Hanya senyum yang terbit dari bibir Hisyam saat laki-laki paruh baya itu menyodorkan anak gadisnya pada Hisyam."Mas Hisyam sudah pernah menikah, Pak. Opo iya Bapak mau anaknya nikah sama duda?" sahut Abizar, sesuai permintaan Hisyam padanya beberapa waktu lalu.Di kampung, menikah dengan duda akan menjadi bahan pembicaraan. Berbeda jauh dengan di kota, yang tidak banyak orang mau tau siapa atau berasal dari mana calon mantu tetangganya.Hal itu menjadi perhatian Hisyam. Selain memang ia datang untuk membuka lembaran baru, tetap saja tak dipungkiri bahwa dirinya juga sesekali menginginkan sebuah keluarga yang harmonis. Layaknya laki-laki mapan pada umumnya.Sayangnya, rasa penyesalan yang mendarah daging dalam hati membuatnya mengubur keinginan itu demi menyiapkan masa depan yang terbaik untuk anaknya kelak. Baginya, tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 83

    "Mas Hisyam?" pekik perempuan itu kaget. Ia menghentikan langkahnya karena tak tahu harus bagaimana. Hendak lari juga tidak mungkin ia lakukan sebab di depan sana terdapat makam yang sudah berbaris-baris.Tanpa disangka, Hisyam mengulurkan tangannya ke arah perempuan itu."Sebuah kebetulan yang menyenangkan," ucap Hisyam dengan suara sengau. Wajah yang sembab dan basah membuat perempuan di depannya tak setakut tadi pagi. Kabut kesedihan masih kental dalam wajahnya.Sayangnya, perempuan itu membiarkan tangan Hisyam mengambang di udara tanpa sedikitpun ia merespon."Suamimu di mana?" tanya Hisyam sambil mengedarkan pandangan. Ada sebuah mobil yang berhenti dekat pintu masuk, tapi ia tak mendapati siapapun di dekat mobil itu."Ada di sini, masih beli kembang." Perempuan itu menjawab dengan gugup. Ia memegang tali tasnya dengan gusar. Berulang kali kepalanya menoleh ke arah pintu masuk makam, seolah ia sedang meminta sang suami untuk segera datang."Ouwh. Aku senang kamu masih ingat denga

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 84

    Pemilik suara itu masuk ke dalam, lalu mencium tangan ibunya dengan takdzim."Kalau ngomong ya mbok dijaga. Masak sama mas nya sendiri bilang seperti itu." Bu Airin mengusap pipi anak gadisnya. Nirmala namanya."Ya habisnya, Mas Khalid sibuk terus. Mana sempat pulang sekarang." Gadis itu duduk di antara Bu Airin dan Aini."Mas memang sibuk dan ngga sempat pulang, tapi Mas selalu tahu kabar ibu kok. Mas rajin telepon ibu. Nih bocil kalau ngambek mulutnya suka ngegemesin." Khalid mencubit gemas pipi adiknya.Mala mengaduh. Ia membalas cubitan kakaknya dengan pukulan gemas. "Selalu menganiaya!" sungut Mala.Usai bersalaman dengan ibunya, Mala mengulurkan tangannya pada Aini. Meskipun sedikit kaget dengan ucapan dan sikap Mala, Aini mencoba menjaga ekspresinya menjadi sebiasa mungkin. Ia tak mau kelihatan muram di depan keluarga suaminya. Bagaimana pun, ia sadar bahwa perubahan yang terjadi pada Khalid juga karena pernikahan yang belum lama dibangun dengannya.Jika dulu Khalid akan stay d

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 85

    Aini terisak dalam mobil ambulan. Ia memegangi tangan Khalid yang sudah tak sadarkan diri. Darah segar mengalir di sekitar kepala. Sebuah alat yang diletakkan di leher pun tak luput dari badan Khalid.Seketika perasaan bersalah bergelayut dalam dada Aini. Kalimat permohonan maaf tak luput dari lisannya yang sedang terisak."Maafkan aku, Mas. Aku salah. Aku salah karena marah padamu." Aini berujar dengan dada yang sesak. Sesal atas sikapnya yang keras pada sang suami kini menjadi bahan bakar tangisannya.Hingga mobil ambulan itu tiba di rumah sakit, Aini masih tergugu. Ia takut untuk membagi informasi ini pada sang ibu, mengingat betapa wanita itu menyayangi Khalid dengan sepenuh hatinya. Tak terbayang bagaimana sedihnya jika mengetahui anaknya sedang dalam keadaan kritis seperti ini.Namun seburuk apapun kondisi anak, seorang ibu tetap berhak tahu. Aini pun terpaksa mengambil ponselnya untuk memberi tahu sang ibu atas apa yang meninpa anak laki-lakinya."Assalamualaikum Ibu." Aini ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21

Bab terbaru

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 105

    "Akhirnya kamu beneran jadi milikku," ucap Zain sambil memeluk Aini dalam dekapannya. Keduanya sedang berdiri menghadap jendela kaca yang ada di kamar utama, kamar yang sudah disiapkan Zain untuk Aini.Aini menyambut pelukan Zain dengan menggenggam erat jemari kekar yang terselip di sela-sela jarinya. Ia sedang menikmati hangat tubuh lelaki yang telah lama memiliki hatinya yang hampa."Makasih ya, kamu sudah bersedia menjadi pendamping hidupku setelah ini.""Sama-sama, Mas. Aku juga makasih Mas mau menjadi ayah sambung untuk Adzania.""Sudah lama Mas menganggapnya sebagai anak Mas sendiri."Aini mengurai pelukannya, lalu membalikkan badannya berhadapan dengan laki-laki yang sejak tadi memeluknya. Ia menatap wajah yang sedang penuh dengan gairah itu dengan tatapan sendu. Sebuah rasa yang sama yang selama ini ia tutupi rapat di dalam diri.Jari Zain terulur ke arah dagu milik wanita yang ada di depannya, lalu mengangkatnya sedikit hingga pandangan keduanya beradu. Wajahnya mendekat, men

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 104

    "Aini pulang dulu ya, Bu?" pamit Aini pada Bu Fatimah. Ia meraih tangan yang tak lagi mulus itu untuk dicium takdzim."Hati-hati, Nak. Sering-seringlah main ke sini, biar Ibu ngga perlu nahan rindu." Bu Fatimah menahan tangan Aini untuk tidak menjauh. Mata yang sudah dipenuhi garis penuaan itu tampak sendu menatap wanita berkerudung di depannya."Insya Allah Ibu. Punya suami berasal dari desa yang sama, insyaallah lebih mudah untuk kami datang berkunjung karena memiliki rindu yang sama di kampung ini. Terutama rindu pada Ibu.""Kita bikin jadwal kunjungan rutin aja ya?" celetuk Zain. Ia yang juga menganggap Bu Fatimah sebagai orang tuanya sendiri turut merasakan kasih sayang yang diberi Bu Fatimah pada istri dan anaknya."Boleh, Mas. Biar kita bisa datang teratur. Ngga kayak sekarang, suka molor gini.""Boleh, nanti Mas kosongkan waktu tiap weekend atau hari lainnya untuk datang berkunjung."Aini mengangguk senang. Betapa bahagianya bisa bertemu orang tua yang sudah membesarnya disela

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 103

    Aini bersama dengan Zain kembali ke rumah tanpa Aisha. Keduanya turut berbahagia karena Aisha akhirnya memilih untuk melanjutkan perjodohan itu."Semoga Aisha beneran cocok ya sama laki-laki itu. Siapa namanya?""Rizal. Ganteng ya dia?""Ganteng mana sama aku?" Zain melirik Aini sekilas. Bibirnya merekah manakala mendapati Aini tengah menatapnya tak berkedip."Ganteng Rizal," balas Aini dengan ekor mata tak lepas dari wajah yang tengah mengemudi di sebelahnya.Zain membelalakkan matanya. Wajahnya cemberut seketika."Tapi banyakan Mas," lanjut Aini lagi. Ia terkekeh setelahnya.Senyum di wajah Zain makin melebar. Satu tangannya mengusap punggung tangan Aini yang sejak tadi ia letakkan di atas pangkuannya."Kita ke Ibu?" tawar Zain. Ia rindu kampung halamannya. Rindunya pada makam sang ibunda sudah menggunung karena akhir-akhir ini ia disibukkan dengan urusan kafe."Boleh. Kemarin Ara kasih kabar, kalau ibu mau adain syukuran di rumah. Sekalian kita ke sana aja, gimana?""Boleh. Ibu pas

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 102

    Aini menyambut Zain dan Adza yang sedang berjalan dengan senyum sumringah. Keduanya bergandengan tangan layaknya bapak dan anak yang baru selesai me time berdua."Mama," sapa Adza dengan semangat. Ia menghambur ke pelukan mamanya."Bahagia banget, habis dari mana aja tadi?" balas Aini setelah mengurai pelukannya. Ia memandang wajah putrinya yang tampak berseri-seri."Habis dari mall, Ma. Tadi Ayah ajak aku jalan-jalan terus kita mampir beli makanan. Ayah juga ajak aku ke toko buku, beli banyak buku cerita," papar Adza menggebu.Aini memicingkan matanya. Ada ribuan tanya dalam benaknya yang belum mendapatkan jawaban."Ayah?" ucap Aini sambil menatap Zain dan Adza bergantian.Adza menoleh ke arah Zain. Ia tersenyum sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. "Iya, ayah."Aini mengarahkan pandangannya ke wajah Zain yang sedang menikmati kebingungannya. "Mas, apa ini artinya ...." Aini tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Bahagia mulai tumbuh memenuhi relung hatinya yang sejak tadi cemas

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 101

    Pandangan mata Hisyam tertuju pada Aini dan Zain. Laki-laki yang duduk di samping Aini tampak tenang, berbeda dengan Aini yang kelihatannya salah tingkah. Ia sadar ucapannya itu membuat laki-laki yang sedang mematung itu seketika merasa tidak baik-baik saja."Saya hanya mau ambil tasnya Adza," ujar Hisyam setelah mengerjapkan matanya, membuyarkan segala sesak di dada atas apa yang baru saja ia dengar dengan telinganya sendiri.Aini berdiri dari tempatnya duduk, berusaha menata hati untuk tetap terlihat biasa dan masa bodoh akan dampak dari ucapannya. Ia mengambil tas bergambar Hello Kitty yang ada di dekat komputer di atas meja, lalu menyerahkannya kepada Hisyam yang tidak melangkah sedikitpun."Ini, jangan lama-lama. Dua jam cukup, setelah itu Adza waktunya istirahat," ucap Aini tegas pada laki-laki itu. Tas itu ia pakaikan di punggung Adza."Baik. Aku minta maaf atas segala yang pernah terjadi," ucap Hisyam reflek. Perasaan bersalah kembali menari-nari dalam kepalanya. Keinginannya

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 100

    "Adza makin dekat ya dengan bapaknya?" tanya Zain pada Aini saat keduanya sedang menikmati sarapan pagi buah tangan Zain.Hisyam sudah pergi dengan Adza setelah kedatangan Zain ke dalam toko. Ia tak mau mengganggu Aini yang sepertinya sedang dekat dengan laki-laki lain."Iya. Sebenarnya aku ngga mau, aku ngga kasih izin Adza untuk dekat dengan bapaknya, tapi Aisha tak terima. Benci boleh, tapi menutupi siapa bapaknya juga ngga mungkin aku lakukan. Kebetulan pas Mas Hisyam kasih kabar kalau habis kirim uang jajan Adza, aku sampaikan kalau dia boleh ketemu.""Bagus dong?" ujar Zain setelah makanan dalam mulutnya telah masuk ke tenggorokan."Enggak. Sebenarnya aku khawatir kalau dengan memberi kesempatan seperti ini, malah membuat Mas Hisyam mengira kalau aku juga memberi kesempatan untuk dia kembali dekat denganku.""Mengapa berpikir begitu?""Mas Hisyam ngga lelah buat sok perhatian atau sok dekat denganku setelah aku memberi kesempatan untuk bertemu Adza. Dia bahkan terang-terangan ng

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 99

    Hisyam tersenyum kecil. Matanya mengamati wanita yang baru datang bersama seorang laki-laki yang pernah menghajarnya saat itu.Perubahan penampilan dan rona bahagia yang terpancar dari raut wanita di depannya itu membuat rasa bersalahnya sedikit berkurang."Apa kabar?" sapa Hisyam mencoba mengendalikan perasaannya. Ia mengajak laki-laki yang menggandeng perempuan itu untuk bersalaman."Baik." Laki-laki itu menjawab dengan pias, tidak ada keramahan sedikitpun di wajahnya kala bersitatap dengan Hisyam."Dari mana, Za? Tumben mampir ke gerai?" Wisnu mulai bersuara. Ya, perempuan dan laki-laki itu adalah Zahra dan Angga."Dari rumah, Mas. Aku lagi pengen makan yang seger-seger." Zahra menjawab sambil menatap deretan buah yang ditata rapi di dalam showcase. "Ngidam?" Wisnu kembali bersuara."Alhamdulillah," sahut Angga. Bibir itu baru tersenyum ketika menjawab pertanyaan Wisnu."Selamat ya?" ucap Hisyam turut menyahut seraya menatap wajah Zahra ragu-ragu."Makasih. Oh iya, aku juga mau bi

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 98

    "Kamu menyindirku?" tegas Hisyam. Dalam sinar matanya terdapat amarah yang berkobar."Mas tersindir? Aku hanya bicara sesuai dengan fakta. Kalau Mas merasa ya, syukurlah." Bibir Aini tersungging miring. Ia melengos menghindari sorot mata Hisyam yang tampak menyakitkan matanya."Sayangnya aku tidak merasa. Justru kamu yang harusnya tahu diri. Belum lama suamimu meninggal tapi kamu sudah jalan dengan laki-laki lain," ucap Hisyam masih dengan hati yang bergejolak. Ia gagal menjaga lisannya untuk tidak berkata kasar pada Aini.Aini membulatkan matanya. Ia tak menyangka jika Hisyam akan bicara soal itu. "Jalan dengan siapapun itu bukan lagi urusan Mas. Aku berhak menentukan jalan hidupku sendiri. Bukannya aku bebas menjalin hubungan dengan siapapun ketika statusku jelas bahwa aku seorang single mother? Bagaimana dengan Mas yang menjalin hubungan ketika masih bergelar suami sah? Tidakkah Mas merasa bahwa sampai kapanpun itu akan tetap membekas di kepalaku, yang notabene adalah sebagai istr

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 97

    Dalam perjalanan pulang, Aini lebih banyak diam. Ia mengingat kembali apa yang diucapkan oleh Bu Airin."Ayo makan dulu, Ibu tadi baru selesai masak," ajak Bu Airin. Ia membuka tudung saji yang ada di atas meja.Di atas meja itu ada pepes ikan patin dan sayur bening. Tampak nasi di dalam bakul berwarna silver itu masih penuh, seperti belum tersentuh sama sekali."Aini sudah makan, Bu. Kalau Ibu belum makan biar Aini temani."Bu Airin diam, kemudian mengangguk lemah.Aini bangkit dari duduknya untuk mengambil piring makan yang ada di atas rak piring. Ia melayani Bu Airin dengan senyum yang terkembang di wajahnya."Wangi makanannya enak, Bu," ucap Aini ketika membuka daun pembungkus ikan tersebut. Aroma bumbu yang membalut ikan itu menguar menyelinap masuk ke dalam indera penciuman Aini. "Iya, itu makanan kesukaan Khalid. Kalau kamu mau nanti bisa kamu bawa pulang.""Dulu Mas Khalid sering minta dibuatkan seperti ini, tapi setelah tahu bagaimana prosesnya, beliau sudah jarang minta lag

DMCA.com Protection Status