Share

Bab 74

Penulis: Safiiaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-11 11:08:53

Bibir Hisyam menganga melihat apa yang ada di depannya. Ia tercengang mendengar teriakan Aini. Baru kali ini ia melihat Aini marah seperti itu hingga bayi dalam dekapannya kembali menangis.

"Baiklah aku pergi. Sebelumnya harus kamu tahu bahwa apapun perasaan kamu saat ini padaku, aku tetap bapak kandung dari Adzania." Hisyam mengalah. Ia tak mungkin memaksakan kehendaknya jika Aini sudah seperti itu.

"Terserah Mas mau bilang apa. Aku ngga peduli." Aini menyahut dengan suara keras. Bahunya naik turun kepayahan mengatur napas karena emosi yang sudah diubun-ubun.

Hisyam mengambil kembali buku tabungan itu lalu menatap dalam bayi dalam dekapan Aini. Bagaimana pun bencinya Aini tidak akan membuat hubungan darah bapak dan anak itu luntur seketika.

"Jaga anakku baik-baik, Ai. Aku percaya kamu adalah ibu yang baik buat anakku. Kalau butuh apa-apa jangan sungkan untuk bilang padaku. Nomor ponselku tetap aktif tapi aku tidak lagi tinggal di rumah ibu. Aku hijrah, aku sudah berubah lebih baik.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 75

    "Mas Khalid?" pekik Aini kaget. "Kirain siapa tiba-tiba nyela aja." Ia mendegus kesal."Masih belum mau pulang nih?" tanya Khalid setelah menarik kursi untuk duduk di samping Aini. Ia mengusap pucuk kepala Adza dalam gendongan Aini, kemudian mengecupnya perlahan."Iya, enak di sini," seloroh Aisha. Ia tertawa setelahnya, menyadari bahwa laki-laki di depannya sedang menyindirnya."Ya sudah, tidur sini aja." Khalid kembali menimpali. "Jangan dong. Siapa yang jaga toko nanti." Aini tak mau ketinggalan. "Yuk balik? Nih sudah siap, tinggal berdiri aja tapi kalau sudah ngobrol lupa lagi kan kalau mau pulang.""Padahal di toko juga tiap hari bisa ngobrol." Lagi, Khalid menyahut."Beda, Mas. Di toko kita kerja, siapa bilang kita ngobrol?!" Aisha tak terima. Ia menyeruput es hingga isinya tandas.Khalid tertawa. ia menyadari bahwa dua perempuan kalau sudah bertemu pasti lupa waktu. Demikian juga dengan Aini dan Aisha."Iya-iya, percaya kalian kerja. Makanya aku biarin kalian jalan-jalan begi

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 76

    "Sayang," panggil Khalid saat Aini tak menyahuti suaranya. Matanya menatap dalam wajah sang istri yang menunduk."Mungkin memang aku harus bilang sama Mas, tapi janji jangan marah." Aini berujar dengan ragu. Piring makan Adza ia letakkan di depannya sementara kedua tangannya saling bertaut.Khalid yang diliputi rasa penasaran terpaksa berusaha untuk tetap terlihat tenang agar Aini bisa bercerita dengan santai."Enggak. Mas ngga akan marah sama kamu. Kamu jangan khawatir." Khalid meraih tangan Aini, kemudian menggenggamnya lembut.Aini mengatur napasnya agar Lidahnya bisa bercerita dnegan lancar, meskipun hatinya masih ketar ketir akan respon yang diberikan Khalid."Beberapa waktu lalu Mas Hisyam datang ke toko," ucap Aini takut-takut.Tak menyahut, Khalid hanya memicingkan matanya. Ia tetap tenang menunggu Aini menyelesaikan ceritanya."Dia datang untuk memberikan Adza sebuah buku tabungan yang berisi biaya pendidikan nantinya.""Biaya pendidikan?" sela Khalid. "Apa dipikir aku ngga m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 77

    Embusan udara yang sejuk menerpa wajah ayu nan bersih itu. Pemandangan berupa hamparan sawah menyegarkan matanya. Secangkir teh manis hangat sudah berada dalam genggamannya sebagai teman menikmati udara pagi ini. Sesekali, bibir tanpa lipstik itu menyeruput air berwarna cokelat yang membuat tubuhnya menghangat."Bagus ya?" ujar Khalid yang tanpa aba-aba memeluk badan yang kini langsing itu dari belakang. Tangannya itu melingkar tepat di depan perut langsing nan ramping. Ia meletakkan wajahnya di atas bahu sang istri yang tengah menikmati pemandangan vila yang baru kali ini ia nikmati.Ya, keduanya sedang menikmati bulan madu di daerah Trawas yang dingin dan sejuk. Sebuah vila berhasil disewanya untuk menghabiskan hari berdua saja tanpa bayi yang selama setahun telah diasuh oleh kedua tangan ibunya sendiri.Tangan Aini terulur untuk meletakkan cangkir di atas meja kecil di sudut balkon tempat keduanya berdiri. Ia memutar badannya untuk menyambut pelukan Khalid yang kini benar-benar mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 78

    Aini segera memperbaiki masker di wajahnya untuk menutupi identitas diri. Beruntung benda penutup wajah itu tidak pernah ia lepas ketika bepergian sehingga sangat membantunya dalam keadaan yang terjepit ini.Air minum yang memang sangat dibutuhkan terutama untuk suaminya membuat Aini tak punya pilihan lain. Istri Khalid itu pun terpaksa masuk ke dalam minimarket meskipun dengan berat hati.Dengan langkah cepat Aini mengambil dua botol besar air mineral dalam rak. Kemudian ia berjalan menuju kasir tanpa suara sedikitpun. Beruntungnya seseorang yang sangat ingin dihindari itu sedang berkutat dengan laptopnya sehingga masih ada kemungkinan untuk dirinya tidak diketahui."Sudah, Mbak?" tanya si Mas penjaga kasir stelah Aini meletakkan dua botol itu di atas mejanya.Aini hanya mengangguk lalu menyodorkan uang dalam genggamannya. Sebisa mungkin ia tidak bersuara agar tidak menarik perhatian seseorang tersebut."Totalnya dua belas ribu ya, Mbak." Penjaga kasir itu berujar. Ia merasa aneh den

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 79

    "Sudah ngga usah takut lagi." Khalid berujar sambil mengusap punggung tangan Aini yang sedang bertaut di atas pangkuannya. Sejak mobil melaju, ia hanya daim sambil memainkan kedua tangannya di atas pangkuan."Ngga takut, Mas. Cuma males aja berhubungan lagi sama dia." "Ya, ngga apa-apa. Biarkan dia dengan segala macam penyesalannya. Yang jelas sekarang kamu sudah bahagia sama aku dan Adza." Khalid menoleh ke arah Aini disela-sela konsentrasinya menyetir. Ia memberikan senyuman agar mood istrinya kembali membaik."Iya, tapi aku khawatir aja dia berbuat yang macem-macem sama aku, apalagi sama Adza.""Enggaklah. Selama ada aku, kamu dan Adza aman. Kita akan hidup bahagia sekarang jadi jangan lagi merasa cemas atau khawatir.""Apa aku harus pindah toko ya buat menghindari dia?""Ngga usah. Buat apa?" sahut Khalid cepat."Ya biar dia ngga ngirim apapun lagi ke alamat toko.""Menghindar itu bukan solusi. Lebih baik tata hati kamu buat bersikap biasa sama dia. Meskipun aku sempat kesal kare

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bsb 80

    Aini menutup pintu mobilnya dengan keras. Gerakan benda itu menciptakan suara dentuman yang membuat Khalid seketika menoleh.Khalid tersentak. Ia bergegas meninggalkan Melissa yang terpaku dengan apa yang dilakukan Aini. Cara manusia meluapkan rasa cemburunya memang berbeda-beda."Sayang, kok ngga bilang sih kalau sudah selesai?" ucap Khalid setelah berdiri di depan Aini. Sayangnya wajah cemberut sudah kepalang terpasang di wajah sang istri."Kalian berdua kelihatannya asik banget. Lagian aku sudah selesai masukin semua belanjaan ke dalam mobil. Kalau masih pengen lanjut ngobrol silahkan aja, biar aku cari taksi online buat pulang." Aini berujar dengan tegas. Tidak ada keramahan sedikitpun di wajah dan ucapannya. Ia berjalan menuju bagian belakang mobil dan menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari taksi online yang melintas di daerah itu."Marah duh," ucap Khalid panik. Ia melihat ke arah toko, sudah tidak ada lagi belanjaan yang masih tersisa. Ia pun menyusul Aini untuk menghentik

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 81

    Tanpa berkata-kata lagi, Aini keluar dari dalam mobilnya. Ia berjalan meninggalkan Khalid yang sedang berusaha mengejarnya. "Sayang, aku memilihmu. Mengapa kamu pergi dariku," ucap Khalid sambil terus berjalan mengejar Aini. Ia berusaha menarik tangan Aini agar tak lagi berjalan meninggalkannya."Aku sedih. Mengapa Melissa baru hadir disaat aku sudah benar-benar mencintai Mas dengan segala apa yang ku punya. Hatiku patah sebelum prahara datang menerpa. Rasa takut kehilangan itu sungguh membuatku merasa lemah berhadapan dengan perempuan secantik dirinya.""Cantik memang tapi hatinya tidak."Aini memicingkan matanya. Ia tidak menyangka jika Khalid akan berujar demikian. "Mas tahu isi hatinya?" Aini mulai tertarik dengan pembahasan ini.Khalid mengangguk yakin. "Iya. Mas paham bagaimana dia.""Sedekat apa kalian dulu?""Kami pacaran."Aini mengerutkan dahi. Lipatan dalam dahinya itu makin banyak seiring dengan keterkejutannya."Pacaran?" Aini mengulang kembali pernyataan Khalid."Iya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-17
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 82

    "Mas Hisyam single kan? Anak Bapak juga single, kalau mau Bapak bisa jodohin kalian." Suara itu kembali bertanya saat Hisyam tak juga menggubris ucapan sebelumnya.Hanya senyum yang terbit dari bibir Hisyam saat laki-laki paruh baya itu menyodorkan anak gadisnya pada Hisyam."Mas Hisyam sudah pernah menikah, Pak. Opo iya Bapak mau anaknya nikah sama duda?" sahut Abizar, sesuai permintaan Hisyam padanya beberapa waktu lalu.Di kampung, menikah dengan duda akan menjadi bahan pembicaraan. Berbeda jauh dengan di kota, yang tidak banyak orang mau tau siapa atau berasal dari mana calon mantu tetangganya.Hal itu menjadi perhatian Hisyam. Selain memang ia datang untuk membuka lembaran baru, tetap saja tak dipungkiri bahwa dirinya juga sesekali menginginkan sebuah keluarga yang harmonis. Layaknya laki-laki mapan pada umumnya.Sayangnya, rasa penyesalan yang mendarah daging dalam hati membuatnya mengubur keinginan itu demi menyiapkan masa depan yang terbaik untuk anaknya kelak. Baginya, tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18

Bab terbaru

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 105

    "Akhirnya kamu beneran jadi milikku," ucap Zain sambil memeluk Aini dalam dekapannya. Keduanya sedang berdiri menghadap jendela kaca yang ada di kamar utama, kamar yang sudah disiapkan Zain untuk Aini.Aini menyambut pelukan Zain dengan menggenggam erat jemari kekar yang terselip di sela-sela jarinya. Ia sedang menikmati hangat tubuh lelaki yang telah lama memiliki hatinya yang hampa."Makasih ya, kamu sudah bersedia menjadi pendamping hidupku setelah ini.""Sama-sama, Mas. Aku juga makasih Mas mau menjadi ayah sambung untuk Adzania.""Sudah lama Mas menganggapnya sebagai anak Mas sendiri."Aini mengurai pelukannya, lalu membalikkan badannya berhadapan dengan laki-laki yang sejak tadi memeluknya. Ia menatap wajah yang sedang penuh dengan gairah itu dengan tatapan sendu. Sebuah rasa yang sama yang selama ini ia tutupi rapat di dalam diri.Jari Zain terulur ke arah dagu milik wanita yang ada di depannya, lalu mengangkatnya sedikit hingga pandangan keduanya beradu. Wajahnya mendekat, men

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 104

    "Aini pulang dulu ya, Bu?" pamit Aini pada Bu Fatimah. Ia meraih tangan yang tak lagi mulus itu untuk dicium takdzim."Hati-hati, Nak. Sering-seringlah main ke sini, biar Ibu ngga perlu nahan rindu." Bu Fatimah menahan tangan Aini untuk tidak menjauh. Mata yang sudah dipenuhi garis penuaan itu tampak sendu menatap wanita berkerudung di depannya."Insya Allah Ibu. Punya suami berasal dari desa yang sama, insyaallah lebih mudah untuk kami datang berkunjung karena memiliki rindu yang sama di kampung ini. Terutama rindu pada Ibu.""Kita bikin jadwal kunjungan rutin aja ya?" celetuk Zain. Ia yang juga menganggap Bu Fatimah sebagai orang tuanya sendiri turut merasakan kasih sayang yang diberi Bu Fatimah pada istri dan anaknya."Boleh, Mas. Biar kita bisa datang teratur. Ngga kayak sekarang, suka molor gini.""Boleh, nanti Mas kosongkan waktu tiap weekend atau hari lainnya untuk datang berkunjung."Aini mengangguk senang. Betapa bahagianya bisa bertemu orang tua yang sudah membesarnya disela

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 103

    Aini bersama dengan Zain kembali ke rumah tanpa Aisha. Keduanya turut berbahagia karena Aisha akhirnya memilih untuk melanjutkan perjodohan itu."Semoga Aisha beneran cocok ya sama laki-laki itu. Siapa namanya?""Rizal. Ganteng ya dia?""Ganteng mana sama aku?" Zain melirik Aini sekilas. Bibirnya merekah manakala mendapati Aini tengah menatapnya tak berkedip."Ganteng Rizal," balas Aini dengan ekor mata tak lepas dari wajah yang tengah mengemudi di sebelahnya.Zain membelalakkan matanya. Wajahnya cemberut seketika."Tapi banyakan Mas," lanjut Aini lagi. Ia terkekeh setelahnya.Senyum di wajah Zain makin melebar. Satu tangannya mengusap punggung tangan Aini yang sejak tadi ia letakkan di atas pangkuannya."Kita ke Ibu?" tawar Zain. Ia rindu kampung halamannya. Rindunya pada makam sang ibunda sudah menggunung karena akhir-akhir ini ia disibukkan dengan urusan kafe."Boleh. Kemarin Ara kasih kabar, kalau ibu mau adain syukuran di rumah. Sekalian kita ke sana aja, gimana?""Boleh. Ibu pas

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 102

    Aini menyambut Zain dan Adza yang sedang berjalan dengan senyum sumringah. Keduanya bergandengan tangan layaknya bapak dan anak yang baru selesai me time berdua."Mama," sapa Adza dengan semangat. Ia menghambur ke pelukan mamanya."Bahagia banget, habis dari mana aja tadi?" balas Aini setelah mengurai pelukannya. Ia memandang wajah putrinya yang tampak berseri-seri."Habis dari mall, Ma. Tadi Ayah ajak aku jalan-jalan terus kita mampir beli makanan. Ayah juga ajak aku ke toko buku, beli banyak buku cerita," papar Adza menggebu.Aini memicingkan matanya. Ada ribuan tanya dalam benaknya yang belum mendapatkan jawaban."Ayah?" ucap Aini sambil menatap Zain dan Adza bergantian.Adza menoleh ke arah Zain. Ia tersenyum sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. "Iya, ayah."Aini mengarahkan pandangannya ke wajah Zain yang sedang menikmati kebingungannya. "Mas, apa ini artinya ...." Aini tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Bahagia mulai tumbuh memenuhi relung hatinya yang sejak tadi cemas

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 101

    Pandangan mata Hisyam tertuju pada Aini dan Zain. Laki-laki yang duduk di samping Aini tampak tenang, berbeda dengan Aini yang kelihatannya salah tingkah. Ia sadar ucapannya itu membuat laki-laki yang sedang mematung itu seketika merasa tidak baik-baik saja."Saya hanya mau ambil tasnya Adza," ujar Hisyam setelah mengerjapkan matanya, membuyarkan segala sesak di dada atas apa yang baru saja ia dengar dengan telinganya sendiri.Aini berdiri dari tempatnya duduk, berusaha menata hati untuk tetap terlihat biasa dan masa bodoh akan dampak dari ucapannya. Ia mengambil tas bergambar Hello Kitty yang ada di dekat komputer di atas meja, lalu menyerahkannya kepada Hisyam yang tidak melangkah sedikitpun."Ini, jangan lama-lama. Dua jam cukup, setelah itu Adza waktunya istirahat," ucap Aini tegas pada laki-laki itu. Tas itu ia pakaikan di punggung Adza."Baik. Aku minta maaf atas segala yang pernah terjadi," ucap Hisyam reflek. Perasaan bersalah kembali menari-nari dalam kepalanya. Keinginannya

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 100

    "Adza makin dekat ya dengan bapaknya?" tanya Zain pada Aini saat keduanya sedang menikmati sarapan pagi buah tangan Zain.Hisyam sudah pergi dengan Adza setelah kedatangan Zain ke dalam toko. Ia tak mau mengganggu Aini yang sepertinya sedang dekat dengan laki-laki lain."Iya. Sebenarnya aku ngga mau, aku ngga kasih izin Adza untuk dekat dengan bapaknya, tapi Aisha tak terima. Benci boleh, tapi menutupi siapa bapaknya juga ngga mungkin aku lakukan. Kebetulan pas Mas Hisyam kasih kabar kalau habis kirim uang jajan Adza, aku sampaikan kalau dia boleh ketemu.""Bagus dong?" ujar Zain setelah makanan dalam mulutnya telah masuk ke tenggorokan."Enggak. Sebenarnya aku khawatir kalau dengan memberi kesempatan seperti ini, malah membuat Mas Hisyam mengira kalau aku juga memberi kesempatan untuk dia kembali dekat denganku.""Mengapa berpikir begitu?""Mas Hisyam ngga lelah buat sok perhatian atau sok dekat denganku setelah aku memberi kesempatan untuk bertemu Adza. Dia bahkan terang-terangan ng

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 99

    Hisyam tersenyum kecil. Matanya mengamati wanita yang baru datang bersama seorang laki-laki yang pernah menghajarnya saat itu.Perubahan penampilan dan rona bahagia yang terpancar dari raut wanita di depannya itu membuat rasa bersalahnya sedikit berkurang."Apa kabar?" sapa Hisyam mencoba mengendalikan perasaannya. Ia mengajak laki-laki yang menggandeng perempuan itu untuk bersalaman."Baik." Laki-laki itu menjawab dengan pias, tidak ada keramahan sedikitpun di wajahnya kala bersitatap dengan Hisyam."Dari mana, Za? Tumben mampir ke gerai?" Wisnu mulai bersuara. Ya, perempuan dan laki-laki itu adalah Zahra dan Angga."Dari rumah, Mas. Aku lagi pengen makan yang seger-seger." Zahra menjawab sambil menatap deretan buah yang ditata rapi di dalam showcase. "Ngidam?" Wisnu kembali bersuara."Alhamdulillah," sahut Angga. Bibir itu baru tersenyum ketika menjawab pertanyaan Wisnu."Selamat ya?" ucap Hisyam turut menyahut seraya menatap wajah Zahra ragu-ragu."Makasih. Oh iya, aku juga mau bi

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 98

    "Kamu menyindirku?" tegas Hisyam. Dalam sinar matanya terdapat amarah yang berkobar."Mas tersindir? Aku hanya bicara sesuai dengan fakta. Kalau Mas merasa ya, syukurlah." Bibir Aini tersungging miring. Ia melengos menghindari sorot mata Hisyam yang tampak menyakitkan matanya."Sayangnya aku tidak merasa. Justru kamu yang harusnya tahu diri. Belum lama suamimu meninggal tapi kamu sudah jalan dengan laki-laki lain," ucap Hisyam masih dengan hati yang bergejolak. Ia gagal menjaga lisannya untuk tidak berkata kasar pada Aini.Aini membulatkan matanya. Ia tak menyangka jika Hisyam akan bicara soal itu. "Jalan dengan siapapun itu bukan lagi urusan Mas. Aku berhak menentukan jalan hidupku sendiri. Bukannya aku bebas menjalin hubungan dengan siapapun ketika statusku jelas bahwa aku seorang single mother? Bagaimana dengan Mas yang menjalin hubungan ketika masih bergelar suami sah? Tidakkah Mas merasa bahwa sampai kapanpun itu akan tetap membekas di kepalaku, yang notabene adalah sebagai istr

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 97

    Dalam perjalanan pulang, Aini lebih banyak diam. Ia mengingat kembali apa yang diucapkan oleh Bu Airin."Ayo makan dulu, Ibu tadi baru selesai masak," ajak Bu Airin. Ia membuka tudung saji yang ada di atas meja.Di atas meja itu ada pepes ikan patin dan sayur bening. Tampak nasi di dalam bakul berwarna silver itu masih penuh, seperti belum tersentuh sama sekali."Aini sudah makan, Bu. Kalau Ibu belum makan biar Aini temani."Bu Airin diam, kemudian mengangguk lemah.Aini bangkit dari duduknya untuk mengambil piring makan yang ada di atas rak piring. Ia melayani Bu Airin dengan senyum yang terkembang di wajahnya."Wangi makanannya enak, Bu," ucap Aini ketika membuka daun pembungkus ikan tersebut. Aroma bumbu yang membalut ikan itu menguar menyelinap masuk ke dalam indera penciuman Aini. "Iya, itu makanan kesukaan Khalid. Kalau kamu mau nanti bisa kamu bawa pulang.""Dulu Mas Khalid sering minta dibuatkan seperti ini, tapi setelah tahu bagaimana prosesnya, beliau sudah jarang minta lag

DMCA.com Protection Status