Share

Bab 17

Penulis: Safiiaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-18 14:40:31

"Kamu ih!" sungut Aini sambil menepuk bahu Aisha pelan.

"Habisnya, kamu keliatan penasaran banget. Sama kayak dia."

"Dia siapa?"

"Ya dia."

"Pak Khalid?"

"Iya, siapa lagi?!"

"Ish mana ada! Orang lagi hamil, mau cerai juga! Mana bisa penasaran sama orang lain! Kepalaku sudah ngga mikir yang begituan. Fokus sama anak ajalah. Udah lama aku pengen banget gendong anak, baru kesampaian setelah beberapa tahun menikah. Masak pas udah hamil disia-siakan?"

"Ya bukan disia-siakan. Cuma kita harus mempersiapkan masa depannya dengan baik. Termasuk kasih sayang bapaknya!"

"Tau sendiri kan, bapaknya kayak gimana! Mana berani aku berharap banyak. Denger hamil aja ngga ada bahagia-bahagianya. Buat apa memaksakan diri malah dia sibuk kencan dengan yang lain. Ya Allah, nyesek punya suami seperti itu."

"Nemu dimana sih dulu?" sela Aisha cepat.

"Pinggir jalan." Wajah Aini pias. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Pantes aja."

"Ish! Apaan sih. Dulu aku cinta, makanya semua terlihat indah. Kalau sekar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
PEZINAH aja BANGGA nggak punya MALU
goodnovel comment avatar
Iin Indah
wsduh emang ya pada sowak tuk pada
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
bangga sepasang pezina dan pengkhianat vucoj
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 18

    "Nikahkan saja, Pak," teriak salah satu warga yang turut menggerebek apa yang Hisyam dan Zahra lakukan malam ini. Riuh teriakan dan ejekan membuat Hisyam tak mampu mengangkat kepalanya."Bawa ke kantor polisi aja, malu-maluin warga aja!""Usir aja dari sini!""Ibunya baik, anaknya bikin ulah! Gimana dia di alam kubur!" Beberapa macam teriakan membuat Hisyam diliputi rasa yang tak mengenakkan. Ia hanya menunduk sambil terduduk di atas kursi ruang tamu bersisihan dengan Zahra dan disaksikan oleh banyak orang. Keduanya tak punya nyali untuk menatap wajah-wajah tetangga yang terusik akan kebersamaan keduanya yang hampir tiap malam.Jika hanya satu kali, mana mungkin sampai memantik amarah warga.Pak RT mengangkat kedua tangannya untuk menghentikan teriakan warga yang menggema. Suasana harus kondusif agar ia bisa bicara dengan tenang dan dapat didengar."Saya sudah dapat laporan dari beberapa warga terkait keberadaan Mbak ini di rumah Mas Hisyam. Saya hendak datang untuk memperingatkan tap

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 19

    Mata Khalid dan Aini beradu pandangan. Kemudian Khalid kembali bersuara."Biar saya antar, mumpung saya lagi kepengen antar kamu," rayu Khalid lagi.Aini menghela napas dalam. Kemudian ia mengangguk lemah."Baiklah," jawab Aini akhirnya.Keduanya lantas berjalan beriringan menuju motor Khalid terparkir. Ada rasa ingin menggandeng tangan Aini, tapi Khalid sadar diri. Belum saatnya.Dada Khalid kian bertalu, berirama dan bersorak atas kesempatan yang tiada duanya. Hati yang sudah matang, pekerjaan yang mapan, dan cinta yang kian lama kian bersemi membuat Khalid merasa percaya diri."Mau makan dulu?" tanya Khalid dari balik helm yang membungkus kepalanya. Sejak perjalanan tadi, dadanya berdebar kian kencang merasai punggung yang hangat oleh rasa canggung. Betapa tidak, sore ini adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Keberanian yang tak disia-siakan seiring dengan kesempatan yang terbuka lebar untuknya.Sore ini, Khalid menikmati perjalanan pulang dan bahkan ia memperlambat l

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 20

    "Bukankah Bapak sudah tahu bagaimana status saya? Bagaimana mungkin saya menerima laki-laki dalam kondisi hamil seperti ini? Apa kata mereka nanti?" Aini menggeleng tak percaya. Berat bagi seorang janda untuk menikah kembali, terlebih dengan seorang perjaka yang telah mapan dan rupawan, seperti Khalid. Tentunya diluar sana banyak yang mengharapkan hatinya untuk dimiliki."Semua bisa saja terjadi, toh saya menerima kamu apa adanya. Saya akan merawat dan membesarkan anak kamu seperti anak saya sendiri. Soal omongan orang, saya tidak makan omongan orang, jadi kamu tidak perlu khawatir itu akan mempengaruhi saya."Aini mengernyitkan dahinya. Ia tak menyangka jika acara makan malam ini berujung dengan ungkapan perasaan masing-masing."Pak, saya korban perselingkuhan. Bagaimana saya bisa secepat itu membuka hati untuk orang baru dalam hidup saya?" Tak henti Aini memberi penolakan. Rasa trauma masih mendominasi hatinya."Saya tidak minta kamu menerima saya, cukup memberikan kesempatan pada s

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-21
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 21

    "Ya sudah, toh kamu besok bakal pindah. Ngga usah di bikin pusing," ucap Khalid menenangkan. Ia kemudian mengajak Aini masuk ke dalam Masjid untuk menunaikan salat Magrib.Keduanya berjalan terpisah saat menginjakkan kaki di teras Masjid. Khalid berbelok ke arah kiri sedangkan Aini berbelok ke arah kanan. Keduanya sama-sama berjalan menuju tempat wudhu yang terpisah antara laki-laki dan perempuan.Aini dan Khalid salat secara sendiri-sendiri karena salat jamaah telah usai. Dalam sujudnya, Aini banyak melantunkan doa. Luapan rasa sakit atas perbuatan Hisyam tak luput dari lisannya setelah membaca doa sujud. Aini berurai air mata. Sesak dan sakit sedang mendominasi badannya. Ia berusaha menikmati tiap doa yang terlantun dari bibirnya, seolah-olah ia sedang berada di hadapan Sang Pencipta.Aini duduk terpekur dalam dzikirnya. Ia merasa nyaman dan tenang saat bibir itu basah oleh kalimat-kalimat yang berisi nama Tuhannya. Aini merasa seperti sedang berada dalam dekapan Sang Pencipta."Kh

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-23
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 22

    Tepat setelah pulang kerja, Khalid mengantar Aini menuju kota tempat kerjaannya yang baru. Ada rasa sungkan dalam diri Aini saat Khalid begitu antusias membantunya menaikkan barang bawaan yang tak seberapa itu ke dalam mobil."Ai, aku pasti kangen kamu," ucap Aisha sambil menahan air bening di matanya saat sama-sama menunggu Khalid membereskan barang."Aku juga pasti kangen kamu. Tapi kan ada telepon, kamu bisa telepon aku nanti. Kita juga bisa video call kalau sudah pulang kerja. Jangan sedih gitu, dong? Kayak kita bakal kepisah jauh aja.""Iya tapi kita sudah ngga bisa lagi ngobrol bareng sambil makan, curhat sana sini. Ahh aku balik sendirian lagi." Aisha merajuk.Aini mendekati badan Aisha lalu memeluknya dengan erat. "Sabar. Ini cuma untuk sementara waktu aja." Aini mengusap punggung Aisha pelan."Minta pindah juga sama Bapak," bisik Aini sambil melirik Khalid.Seketika Aisha mengurai pelukannya. Ia menatap wajah Aini dengan penuh harapan. "Bisa ya?""Coba aja, siapa tahu bisa,"

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-24
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 23

    "Sayang makanan sudah siap," ucap Zahra pada Hisyam yang sudah rapi. Sepiring nasi dengan telur mata sapi sudah siap di atas meja makan. Zahra tersenyum menunggu respon laki-laki yang ada di depannya itu. Hatinya berharap akan ada ucapan terima kasih atau senyuman hangat pagi ini karena telah mempersiapkan makanan ala kadarnya untuknya.Dahi Hisyam mengernyit. Matanya melihat piring berisi nasi dan telur itu dengan senyum meremehkan. "Makanan apa itu? Pagi-pagi sarapan begitu doang!" sungut Hisyam sambil mendorong piring itu dengan sedikit hentakan."Ini tanggal tua, Sayang. Persediaan makanan kita sudah habis. Gajian masih lusa, aku masak seadanya yang ada di rumah," keluh Zahra. Sejak pagi ia tak tahu harus masak apa. Yang ia tahu hanya membuat ayam goreng atau ikan goreng saja. Sambal pun ia selalu beli kemasan. Dan saat uang menipis seperti ini, ia tak memiliki kelihaian apapun untuk mengolah bahan yang tersisa."Gaji kamu dam gajiku kan banyak. Masak habis semua?! Aini saja tid

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-26
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 24

    Perjalanan Aini dan Khalid telah tiba di tempat kos rekan yang direkomendasikan oleh teman Khalid. Sayangnya, kepala Aini sedikit pusing karena perjalanan yang lumayan. Kepalanya sakit jika dibuat bergerak sehingga ia hanya memejam sambil bersandar pada sandaran kursi."Kenapa, Ai? Sudah sampai ini." Khalid memberi tahu setelah menghentikan laju kendaraannya."Tunggu bentar ya, Mas. Kepalaku agar berat." Aini berujar tanpa membuka matanya. Jari tangannya memijat dahi yang terasa pening itu."Masuk angin?""Kayaknya iya. Tunggu bentar ya? Biar enakan dulu," pinta Aini lagi sambil terus memijat."Kamu sih, diajak cari makan ngga mau," ucap Khalid khawatir. "Kalau berbadan dua itu harus jaga asupan makanannya. Biar ngga gampang sakit, apalagi kita ini sedang dalam perjalanan.""Ngga apa-apa kok, Mas. Nanti juga baikan, paling cuma butuh teh hangat aja. Setelah itu pasti nanti sembuh.""Ya sudah, kita cari teh hangat saja ya?""Terserah Mas aja." Aini menjawab dengan pasrah.Khalid pun ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-27
  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 25

    Wajah Aini yang sedang terlelap sudah tersimpan rapi di dalam galeri ponsel Khalid. Ia merasa senang bisa mengambil gambar itu diam-diam tanpa sepengetahuan perempuan yang sedang membuat kembang-kembang dalam hatinya kembali bermekaran."Seandainya saja kamu tidak pernah menerima lamaran Hisyam, mungkin sekarang kamu sudah bahagia dalam pelukanku," gumam Khalid sambil tak membiarkan matanya beralih dari wajah Aini yang terlelap itu. Pipi yang bersih tanpa noda, mata yang hitam legam, hidung yang minimalis sederhana dan bibirnya yang tak terlalu tebal membuat Khalid tersenyum seketika.Dalam hati ingin sekali ia memeluk badan Aini atau minimal menggenggam tangannya sekali saja tapi Khalid tak punya nyali. Hatinya merasa harus menjaga Aini hingga benar-benar halal untuk dinikahi.Khalid tak mau mengalihkan pandangannya dari wajah Aini itu. Ia masih menikmatinya dalam diam dan senyum yang bebas. Tidak ada siapapun dalam mobil itu kecuali dirinya dan Aini yang terlelap, Khalid tak mau keh

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-28

Bab terbaru

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 105

    "Akhirnya kamu beneran jadi milikku," ucap Zain sambil memeluk Aini dalam dekapannya. Keduanya sedang berdiri menghadap jendela kaca yang ada di kamar utama, kamar yang sudah disiapkan Zain untuk Aini.Aini menyambut pelukan Zain dengan menggenggam erat jemari kekar yang terselip di sela-sela jarinya. Ia sedang menikmati hangat tubuh lelaki yang telah lama memiliki hatinya yang hampa."Makasih ya, kamu sudah bersedia menjadi pendamping hidupku setelah ini.""Sama-sama, Mas. Aku juga makasih Mas mau menjadi ayah sambung untuk Adzania.""Sudah lama Mas menganggapnya sebagai anak Mas sendiri."Aini mengurai pelukannya, lalu membalikkan badannya berhadapan dengan laki-laki yang sejak tadi memeluknya. Ia menatap wajah yang sedang penuh dengan gairah itu dengan tatapan sendu. Sebuah rasa yang sama yang selama ini ia tutupi rapat di dalam diri.Jari Zain terulur ke arah dagu milik wanita yang ada di depannya, lalu mengangkatnya sedikit hingga pandangan keduanya beradu. Wajahnya mendekat, men

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 104

    "Aini pulang dulu ya, Bu?" pamit Aini pada Bu Fatimah. Ia meraih tangan yang tak lagi mulus itu untuk dicium takdzim."Hati-hati, Nak. Sering-seringlah main ke sini, biar Ibu ngga perlu nahan rindu." Bu Fatimah menahan tangan Aini untuk tidak menjauh. Mata yang sudah dipenuhi garis penuaan itu tampak sendu menatap wanita berkerudung di depannya."Insya Allah Ibu. Punya suami berasal dari desa yang sama, insyaallah lebih mudah untuk kami datang berkunjung karena memiliki rindu yang sama di kampung ini. Terutama rindu pada Ibu.""Kita bikin jadwal kunjungan rutin aja ya?" celetuk Zain. Ia yang juga menganggap Bu Fatimah sebagai orang tuanya sendiri turut merasakan kasih sayang yang diberi Bu Fatimah pada istri dan anaknya."Boleh, Mas. Biar kita bisa datang teratur. Ngga kayak sekarang, suka molor gini.""Boleh, nanti Mas kosongkan waktu tiap weekend atau hari lainnya untuk datang berkunjung."Aini mengangguk senang. Betapa bahagianya bisa bertemu orang tua yang sudah membesarnya disela

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 103

    Aini bersama dengan Zain kembali ke rumah tanpa Aisha. Keduanya turut berbahagia karena Aisha akhirnya memilih untuk melanjutkan perjodohan itu."Semoga Aisha beneran cocok ya sama laki-laki itu. Siapa namanya?""Rizal. Ganteng ya dia?""Ganteng mana sama aku?" Zain melirik Aini sekilas. Bibirnya merekah manakala mendapati Aini tengah menatapnya tak berkedip."Ganteng Rizal," balas Aini dengan ekor mata tak lepas dari wajah yang tengah mengemudi di sebelahnya.Zain membelalakkan matanya. Wajahnya cemberut seketika."Tapi banyakan Mas," lanjut Aini lagi. Ia terkekeh setelahnya.Senyum di wajah Zain makin melebar. Satu tangannya mengusap punggung tangan Aini yang sejak tadi ia letakkan di atas pangkuannya."Kita ke Ibu?" tawar Zain. Ia rindu kampung halamannya. Rindunya pada makam sang ibunda sudah menggunung karena akhir-akhir ini ia disibukkan dengan urusan kafe."Boleh. Kemarin Ara kasih kabar, kalau ibu mau adain syukuran di rumah. Sekalian kita ke sana aja, gimana?""Boleh. Ibu pas

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 102

    Aini menyambut Zain dan Adza yang sedang berjalan dengan senyum sumringah. Keduanya bergandengan tangan layaknya bapak dan anak yang baru selesai me time berdua."Mama," sapa Adza dengan semangat. Ia menghambur ke pelukan mamanya."Bahagia banget, habis dari mana aja tadi?" balas Aini setelah mengurai pelukannya. Ia memandang wajah putrinya yang tampak berseri-seri."Habis dari mall, Ma. Tadi Ayah ajak aku jalan-jalan terus kita mampir beli makanan. Ayah juga ajak aku ke toko buku, beli banyak buku cerita," papar Adza menggebu.Aini memicingkan matanya. Ada ribuan tanya dalam benaknya yang belum mendapatkan jawaban."Ayah?" ucap Aini sambil menatap Zain dan Adza bergantian.Adza menoleh ke arah Zain. Ia tersenyum sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. "Iya, ayah."Aini mengarahkan pandangannya ke wajah Zain yang sedang menikmati kebingungannya. "Mas, apa ini artinya ...." Aini tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Bahagia mulai tumbuh memenuhi relung hatinya yang sejak tadi cemas

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 101

    Pandangan mata Hisyam tertuju pada Aini dan Zain. Laki-laki yang duduk di samping Aini tampak tenang, berbeda dengan Aini yang kelihatannya salah tingkah. Ia sadar ucapannya itu membuat laki-laki yang sedang mematung itu seketika merasa tidak baik-baik saja."Saya hanya mau ambil tasnya Adza," ujar Hisyam setelah mengerjapkan matanya, membuyarkan segala sesak di dada atas apa yang baru saja ia dengar dengan telinganya sendiri.Aini berdiri dari tempatnya duduk, berusaha menata hati untuk tetap terlihat biasa dan masa bodoh akan dampak dari ucapannya. Ia mengambil tas bergambar Hello Kitty yang ada di dekat komputer di atas meja, lalu menyerahkannya kepada Hisyam yang tidak melangkah sedikitpun."Ini, jangan lama-lama. Dua jam cukup, setelah itu Adza waktunya istirahat," ucap Aini tegas pada laki-laki itu. Tas itu ia pakaikan di punggung Adza."Baik. Aku minta maaf atas segala yang pernah terjadi," ucap Hisyam reflek. Perasaan bersalah kembali menari-nari dalam kepalanya. Keinginannya

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 100

    "Adza makin dekat ya dengan bapaknya?" tanya Zain pada Aini saat keduanya sedang menikmati sarapan pagi buah tangan Zain.Hisyam sudah pergi dengan Adza setelah kedatangan Zain ke dalam toko. Ia tak mau mengganggu Aini yang sepertinya sedang dekat dengan laki-laki lain."Iya. Sebenarnya aku ngga mau, aku ngga kasih izin Adza untuk dekat dengan bapaknya, tapi Aisha tak terima. Benci boleh, tapi menutupi siapa bapaknya juga ngga mungkin aku lakukan. Kebetulan pas Mas Hisyam kasih kabar kalau habis kirim uang jajan Adza, aku sampaikan kalau dia boleh ketemu.""Bagus dong?" ujar Zain setelah makanan dalam mulutnya telah masuk ke tenggorokan."Enggak. Sebenarnya aku khawatir kalau dengan memberi kesempatan seperti ini, malah membuat Mas Hisyam mengira kalau aku juga memberi kesempatan untuk dia kembali dekat denganku.""Mengapa berpikir begitu?""Mas Hisyam ngga lelah buat sok perhatian atau sok dekat denganku setelah aku memberi kesempatan untuk bertemu Adza. Dia bahkan terang-terangan ng

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 99

    Hisyam tersenyum kecil. Matanya mengamati wanita yang baru datang bersama seorang laki-laki yang pernah menghajarnya saat itu.Perubahan penampilan dan rona bahagia yang terpancar dari raut wanita di depannya itu membuat rasa bersalahnya sedikit berkurang."Apa kabar?" sapa Hisyam mencoba mengendalikan perasaannya. Ia mengajak laki-laki yang menggandeng perempuan itu untuk bersalaman."Baik." Laki-laki itu menjawab dengan pias, tidak ada keramahan sedikitpun di wajahnya kala bersitatap dengan Hisyam."Dari mana, Za? Tumben mampir ke gerai?" Wisnu mulai bersuara. Ya, perempuan dan laki-laki itu adalah Zahra dan Angga."Dari rumah, Mas. Aku lagi pengen makan yang seger-seger." Zahra menjawab sambil menatap deretan buah yang ditata rapi di dalam showcase. "Ngidam?" Wisnu kembali bersuara."Alhamdulillah," sahut Angga. Bibir itu baru tersenyum ketika menjawab pertanyaan Wisnu."Selamat ya?" ucap Hisyam turut menyahut seraya menatap wajah Zahra ragu-ragu."Makasih. Oh iya, aku juga mau bi

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 98

    "Kamu menyindirku?" tegas Hisyam. Dalam sinar matanya terdapat amarah yang berkobar."Mas tersindir? Aku hanya bicara sesuai dengan fakta. Kalau Mas merasa ya, syukurlah." Bibir Aini tersungging miring. Ia melengos menghindari sorot mata Hisyam yang tampak menyakitkan matanya."Sayangnya aku tidak merasa. Justru kamu yang harusnya tahu diri. Belum lama suamimu meninggal tapi kamu sudah jalan dengan laki-laki lain," ucap Hisyam masih dengan hati yang bergejolak. Ia gagal menjaga lisannya untuk tidak berkata kasar pada Aini.Aini membulatkan matanya. Ia tak menyangka jika Hisyam akan bicara soal itu. "Jalan dengan siapapun itu bukan lagi urusan Mas. Aku berhak menentukan jalan hidupku sendiri. Bukannya aku bebas menjalin hubungan dengan siapapun ketika statusku jelas bahwa aku seorang single mother? Bagaimana dengan Mas yang menjalin hubungan ketika masih bergelar suami sah? Tidakkah Mas merasa bahwa sampai kapanpun itu akan tetap membekas di kepalaku, yang notabene adalah sebagai istr

  • Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi    Bab 97

    Dalam perjalanan pulang, Aini lebih banyak diam. Ia mengingat kembali apa yang diucapkan oleh Bu Airin."Ayo makan dulu, Ibu tadi baru selesai masak," ajak Bu Airin. Ia membuka tudung saji yang ada di atas meja.Di atas meja itu ada pepes ikan patin dan sayur bening. Tampak nasi di dalam bakul berwarna silver itu masih penuh, seperti belum tersentuh sama sekali."Aini sudah makan, Bu. Kalau Ibu belum makan biar Aini temani."Bu Airin diam, kemudian mengangguk lemah.Aini bangkit dari duduknya untuk mengambil piring makan yang ada di atas rak piring. Ia melayani Bu Airin dengan senyum yang terkembang di wajahnya."Wangi makanannya enak, Bu," ucap Aini ketika membuka daun pembungkus ikan tersebut. Aroma bumbu yang membalut ikan itu menguar menyelinap masuk ke dalam indera penciuman Aini. "Iya, itu makanan kesukaan Khalid. Kalau kamu mau nanti bisa kamu bawa pulang.""Dulu Mas Khalid sering minta dibuatkan seperti ini, tapi setelah tahu bagaimana prosesnya, beliau sudah jarang minta lag

DMCA.com Protection Status