58Selama beberapa hari berikutnya, Rinjani begitu senang dengan perubahan sikap Ardiatma dan Eva. Kedua orang tua Sebastian telah datang ke kediamannya, untuk bermain dengan Dylan. Sore itu, Rinjani pulang lebih cepat, karena Latifah menelepon dan menerangkan, jika Ardiatma dan keluarganya kembali datang. Dalam perjalanan pulang dengan dibonceng Santos menggunakan motor matic sang ajudan, Rinjani menghubungi Falea dan meminta dikirimkan banyak kue ke rumahnya. Sesampainya di tempat tujuan, ternyata Sebastian telah terlebih dahulu tiba. Rinjani menyalami Ardiatma dan Eva dengan takzim, kemudian dia bersalaman dengan Aline dan Riordan. "Ditunggu sebentar, ya. Aku mau mandi dan salat," terang Rinjani sembari bangkit berdiri. "Ya, Kak," balas Aline yang tengah tengkurap di kasur lantai, berhadapan dengan Dylan. Rinjani jalan memasuki kamar utama. Dia mempercepat proses membersihkan diri, kemudian menunaikan salat Asar. Setelahnya, Rinjani keluar untuk bergabung dengan keluarga Anar
59Acara lamaran Minggu pagi menjelang siang itu berlangsung dengan lancar. Puluhan orang memenuhi pekarangan yang telah dihiasi tenda putih campur biru. Tim WO telah bekerja keras Sabtu kemarin, untuk mendekorasi tenda dan bagian dalam rumah. Selain digunakan untuk lamaran, acara pengajian sekaligus siraman juga akan dilangsungkan di sana Kamis siang. Kendatipun itu merupakan pernikahan kedua bagi Sebastian dan Rinjani, tetapi Basman tetap menginginkan diadakannya acara siraman. Terutama untuk menghilangkan berbagai masalah hidup kedua calon pengantin di masa lalu. Ardiatma yang baru kali itu menjumpai keluarga Rinjani, merasa senang melihat keakraban mereka dengan Sebastian. Basman juga tidak sungkan untuk mendatangi dan mengajak Ardiatma berbincang, sesaat setelah acara utama usai, dan semua orang dipersilakan bersantap. Sultan, Gustavo dan Mattias juga turut dalam percakapan tersebut. Gelakak mereka terdengar ke berbagai tempat dan mengejutkan orang-orang di sekitar. "Bapak h
60Rinjani tiba di rumah sakit beberapa menit sebelum jam 5 sore. Dia dan keluarganya mendatangi Sebastian, yang telah menunggu sejak tadi di lobi utama. Pasangan calon pengantin tersebut berbincang sambil berbisik-bisik. Kemudian mereka berembuk dengan Basman dan yang lainnya, sebelum melangkah menyusuri lorong panjang menuju ruang perawatan. Sesampainya di tempat tujuan, banyak orang yang mengamati mereka penuh minat. Mirna mengajak para tamu meneruskan langkah memasuki ruangan dalam, di mana Anton berada. Kehadiran Rinjani disambut mantan Ibu mertuanya dengan tangisan. Ningsih mengucapkan permintaan maaf atas tingkah putranya di masa silam, yang menyebabkan hati Rinjani terluka. Perempuan bermata besar tersebut hanya manggut-manggut. Rinjani tidak tahu harus menjawab apa, dan segera mengurai dekapan. Rinjani menyalami mantan Ayah mertuanya dengan takzim. Dia terkejut ketika Abbas juga meminta maaf. Terutama karena tidak berusaha mendamaikan Rinjani dan Anton, sebelum perceraian
61*Grup Konvoi OTW Bogor*Zulfi : Bus satu, lagi pada kuis berhadiah kue putu, lupis, cireng isi ayam pedas, dan klepon. Yanuar : Bus dua, sudah selesai kuisnya. Sekarang kami lagi menikmati aneka kacang, roti abon, bolu gulung dan gorengan. Andri : Bus tiga, cemilannya rada berat. Lontong isi, tahu Sumedang, sate usus dan sate telur puyuh. Yang manisnya ada dadar gulung sama gemblomg. Yoga : Bus empat, suguhannya komplet. Siomay, batagor, dimsum dan gohyong. Haryono : Kok, di bus kalian, makanannya enak-enak? Haikal : Memangnya di bus lima, kudapannya apaan, @Yono? Haryono : Cuma bika Ambon, sosis Solo, pie buah, lemper, otak-otak, tahu crispy, dan getuk. Hamid : Yono, pamer! Hans : Merendah untuk meninggikan diri!Benigno : Tak kemplang kowe, Yon!Dante : Rese! Aku jadi pengen bika! Baskara : Kesel aku sama Pria Eksotis! Ivan : Yono memang sengaja bikin kita emosi. Hadrian : Minta kepret emang!Sebastian : Aku ngiler sama sosis Solo.Brayden : Aku mau lemper. Luthfan : A
62Rombongan calon pengantin laki-laki yang turun dari hotel seberang, tiba di depan gerbang besar penuh hiasan bunga. Mereka disambut keluarga calon mempelai perempuan dengan lemparan aneka bunga. Ambar mengalungkan rangkaian bunga pada Sebastian. Kemudian Basman mempersilakan semua anggota rombongan memasuki tempat akad nikah, yang digelar di taman besar yang telah disulap menjadi area pesta kebun nan indah. Sekian menit berikutnya, Sebastian memutar badan ke belakang untuk melihat calon istrinya. Pria berbaju beskap pengantin salem, mengerjap-ngerjapkan mata menyaksikan Rinjani yang tengah jalan sambil bergandrngan tangan dengan Lidya dan Faidhan. Gaun pengantin khas Sunda yang dikenakan Rinjani, terlihat gemerlap dengan banyaknya permata yang disematkan sang desainer. Kebaya salem dan rok batik senada, terlihat sangat pas dikenakan perempuan bertubuh tinggi tersebut. Sebastian bangkit berdiri untuk menggeser kursi buat calon istrinya. Setelah Rinjani duduk, Sebastian kembali me
63Tepat jam 7.15 malam, pasangan pengantin baru tiba di depan gerbang bunga. Mereka menunggu aba-aba dari Aditya, yang menjadi ketua pasukan ring satu. Setelah Aditya mengacungkan jempol ke atas, Sebastian dan Rinjani jalan dengan pelan sambil bergandrngan tangan. Mereka menelusuri karpet biru seraya menyunggingkan senyuman lebar. Sesampainya di pelaminan, keduanya duduk berdampingan. Fikri dan Khairani memulai acara resepsi, dengan ucapan salam yang langsung dijawab hadirin."Bang, aku penasaran. Pertunjukan apa yang akan disuguhkan teman-teman kita kali ini?" tanya Khairani. "Seperti biasa, akan ada musik band. Tapi, jika pada pesta-pesta sebelumnya, Pak Sebastian ikut jadi pemain musik, kali ini tidak," jelas Fikri. "Siapa saja yang akan tampil, Bang?" desak Khairani sembari memandangi panggung yang telah disorot dua lampu besar dari kanan dan kiri. "Ada Pak Linggha, Pak Giandra, Pak Trevor, Pak Ivan, Mas Chesta, Mas Panglima, dan penggantinya Pak Sebastian, yakni Non Aline."
64Puluhan orang jalan secepat mungkin menuju tangga. Mereka dihadang para petugas ring dua, yang telah meloloskan dua orang tercepat. Zein membantu kedua perempuan naik tangga, untuk menjadi peserta kuis pertama. Kemudian Zein kembali berbaris dengan ketiga rekannya. Wirya meminta kedua peserta untuk berbaris di sebelah kirinya. Lelaki berkumis menjuntai itu memberikan dua mikrofon kecil, yang diambilnya dari saku jubah. "Selamat siang," sapa Wirya dengan dialek khas Tionghoa yang memancing senyuman hadirin. "Salam kenal. Owe, Wei Wiw Ya. Kekasihnya Rinjani yang ditinggal menikah dengan Sebastian," selorohnya sembari melambaikan tangan kanan pada pasangan tersebut. "Sebutkan nama kalian berdua. Lengkap dengan jabatan dan tempat kerja. Statusnya juga. Supaya penonton tahu," ungkap Wirya. "Saya, Arlita. Saya bekerja di resor ini, sebagai staf keuangan. Status, masih single," jelas peserta pertama. "Nama saya, Valentina. Saya staf marketing di Anargya Grup. Status, masih single ju
65"Ehh, mau ke mana?" tanya Sebastian, kala istrinya hendak beranjak. "Ke sebelah," jawab Rinjani. "Di sini aja. Temani aku." Sebastian mendatangi perempuan bergaun abu-abu dan memeluk pinggang Rinjani. "Sebentar, doang, Mas. Cuma mau mastiin mereka nyaman." "Enggak percaya. Ujung-ujungnya kamu pasti ngobrol sama Teh Lidya dan ketiga sahabatmu." Rinjani menyunggingkan senyuman. "Ketahuan, deh." "Untuk saat ini, cukup hanya kita aja. Yang lain bisa mengurus diri masing-masing." Rinjani mengangkat alisnya. "Enggak bisa begitu. Mereka tamu, dan kita harus berlaku sebagai tuan rumah yang baik." "Telepon Wati dan kasih instruksi buat ngapain." "Dia pasti capek, Mas. Dari kemaren sibuk sama Ida dan panitia lainnya." Sebastian mendengkus. "Ya, udah, tapi jangan lama-lama ke sananya." "Oke." "Balik ke sini, bawakan aku salad buah." Rinjani mengangguk mengiakan. Kemudian dia mengecup kedia pipi suaminya, lalu melepaskan diri. Rinjani melenggang keluar kamar, sembari menutup pintu
72Hari terakhir di Jakarta, digunakan Sebastian untuk mendatangi keluarga Baltissen di kediamannya. Gustavo dan Ira menyambut kedatangan Sebastian dan Rinjani serta Dylan, dengan sangat hangat. Begitu pula dengan Edmundo, Ayah Gustavo, serta Miranda, Adik bungsu Alvaro dan Hugo. Mereka berbincang sembari sekali-sekali tertawa. Suasana bertambah ramai, kala Alvaro datang bersama Arjuna, dan kedua ajudan muda. Sang komisaris 4 PBK itu menelepon rekan-rekannya, lalu mereka berjanji temu di rumah Sultan, karena Sebastian juga hendak ke sana untuk berpamitan. Puluhan menit kemudian, tiga mobil mewah keluar dari kediaman Gustavo. Para sopir melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang, menuju kawasan Kalibata. "Pada heboh mau nyusul, Var," cakap Sebastian sambil membaca pesan-pesan di grup 777. Dia menumpang di mobil itu, sedangkan Rinjani dan Dylan ikut di mobil Gustavo. "Siapa aja? Aku mau ngabarin May, supaya nyiapin suguhan," balas Alvaro sembari terus mengemudi. "Orang-orang PBK,
71Jumat siang menjelang sore, ruang rapat terbesar di gedung kantor PG, dipenuhi ratusan orang. Para bos PG, PC dan PCD, datang bersama istri serta asisten masing-masing. Mereka duduk rapi di tempat yang telah disediakan, sambil menunggu komisaris utama tiba. Tidak berselang lama Tio memasuki ruangan bersama keempat direktur, para manajer, dan dua komisaris besar, yakni Sultan dan Gustavo. Ajudan Tio mempersilakan orang-orang tersebut menempati deretan kursi terdepan. Sementara Tio meneruskan langkah menuju podium. Acara dimulai Tio dengan sapaan salam, yang dijawab hadirin dengan hal serupa. Selama beberapa menit berikutnya, Tio menuturkan tentang berbagai proyek yang digagas PG, dan diserahkan pengelolaannya pada anggota PC serta PCD. Setelahnya, Tio memanggil belasan pria yang akan berangkat menuju Kanada, pada dua hari mendatang. Sebastian yang menjadi ketua proyek, diminta Tio untuk memberikan kalimat perpisahan. Pria bermata tajam itu memandangi orang-orang di barisan terd
70Jalinan waktu terus berjalan. Detik-detik keberangkatan ke Kanada, kian dekat. Sebastian dan Rinjani mengebut semua pekerjaan mereka, agar selesai tepat di hari terakhir bulan Agustus. Selama 10 hari berikutnya, pasangan tersebut mengunjungi orang tua dan para kerabat mereka, secara bergantian. Selain itu, mereka juga lebih sering menghabiskan waktu bersama para sahabat. Beberapa hari sebelum berangkat, Mirna dan suaminya mendatangi Rinjani di kediamannya. Mirna menerangkan kondisi kesehatan Anton yang kian memburuk. Rinjani terkejut kala Mirna kembali menyampaikan permintaan Anton, untuk bertemu dengan Rinjani dan Dylan. Perempuan bermata besar itu meminta waktu untuk berpikir, dan hendak berdiskusi dengan suaminya terlebih dahulu. Sebastian tiba di rumah, beberapa saat sebelum azan magrib berkumandang. Rinjani bersikap biasa saja. Dia menunggu Sebastian sudah hilang lelahnya, baru Rinjani akan menceritakan peristiwa tadi siang. Malam kian larut. Suasana kediaman Sebastian te
69 *Grup 777*Zulfi : Kalian sudah otw, Gaes? Alvaro : Aku sudah nyampe depan blok rumah Pak Erick.Yanuar : Aku numpang di mobil Bang bule. Benigno : Kirain aku, doang, yang belum nyampe. Tahunya, banyak. Heru : Kejebak macet ini. Ada tabrakan tunggal di depan. Hadrian : Mobilku kejepit di tengah-tengah. Aku mau pindah ke mobil Mas Ivan aja. Ivan : Aku tunggu depan kantor X, @Ian. Baskara : Untung aku sudah jalan duluan bareng Tio. David : Aku terpaksa mutar lewat jalur alternatif. Trevor : Saya juga mau mutar. Bakal lama ini macetnya. Zainal : Aku titip anak-anak. Pada rewel mereka. Ada yang bisa ditumpangi? Damsaz : Mobilku kosong, @Bang Zainal. Zainal : Posisi, @Damsaz? Damsaz : Baru keluar gerbang utama. Zainal : Oke, tunggu di situ. Triska sama kiddos naik ojek ke sana. Brayden : Aku susul pakai motor aja, @Zainal. Zainal : Boleh, @Mas Brayden. Triska sudah nyeberang. Ngadem di depan mini market. Brayden : Oke, tunggu 5 menit. Aku ngebut.Lainufar : Ada lagi yan
68Beberapa hari terlewati. Sore itu, Keisha mendatangi kediaman Sebastian bersama dengan Willy. Perempuan berbaju oren itu, terkejut melihat Aline juga tengah berada di sana. Rinjani menyambut kedua tamunya dengan ramah. Dia mempersilakan Keisha dan Willy duduk di kursi seberang meja. Sementara Rinjani menempati sofa panjang. Tidak berselang lama, Sebastian muncul bersama Urfan. Rinjani menyalami suaminya dengan takzim, sedangkan Dylan berteriak memanggil sang papa yang langsung mendatanginya. Sebastian menggendong lelaki kecil berbaju merah, kemudian dia duduk di sebelah kanan Rinjani. Keisha mengamati Dylan dengan saksama. Dia kaget saat bayi berusia 7 bulan lebih itu mengulurkan tangan kiri, seolah-olah hendak menggapainya. Keisha maju untuk memegangi Dylan. Perempuan tersebut segera mengambil alih sang bayi dari gendongan papanya. "Dylan tertarik dengan bros di bajumu," tutur Rinjani. Keisha menunduk. "Mau, Dylan?" tanyanya yang dibalas ocehan sang bayi. "Jangan, Kei. Semu
67Jalinan waktu terus bergulir. Minggu berganti dengan kecepatan maksimal. Sabtu sore, Keisha kembali menghubungi orang yang diyakini sebagai anggota komplotan pencuri. Keisha telah dibelikan ponsel baru oleh Sebastian. Selain itu, pria bermata tajam tersebut juga sudah memberikan uang senilai 100 juta, untuk biaya hidup Keisha selama beberapa bulan ke depan. Sebastian sengaja tidak memberikan banyak uang, karena dia tahu jika Keisha pemboros. Sebastian juga sudah menegaskan, bila hanya itu yang bisa diberikannya pada Keisha, dan tidak akan ditambah lagi. Detik terjalin menjadi menit. Tepat pukul 7, pintu kamar hotel tempat Keisha menginap sejak tadi sore, diketuk dari luar. Perempuan yang menggunakan wig, bergegas membuka pintu. Dia tidak langsung mempersilakan tamunya masuk, melainkan mengamati pria berkemeja marun pas badan, yang tengah menjinjing tas travel hitam. "Siapa namamu?" tanya Keisha, dengan berlakon sebagai orang luar negeri. "Sammy," jawab pria bercelana jin keta
66Rinjani membulatkan mata, sesaat setelah Sebastian menuturkan tentang peristiwa buruk yang menimpa Keisha kemarin malam. Rinjani sempat terperangah, sebelum mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sebastian memijat pangkal hidung. Dia tidak bisa lepas tangan, karena merasa jika dirinya harus bertanggung jawab atas kehidupan Keisha. Selama perempuan tersebut belum menikah kembali. Rinjani mengamati suaminya yang terlihat gundah. Meskipun sedikit cemburu, karena Sebastian masih memikirkan nasib Keisha, tetapi Rinjani segera mengenyahkan kecemburuan itu dari hatinya. Rinjani memahami tanggung jawab Sebastian pada mantan istrinya. Perempuan berambut panjang tersebut menguatkan hati, untuk terus mendukung niat baik Sebastian pada Keisha. Perempuan berbaju sage, menggeser badannya mendekati Sebastian. Rinjani mengangkat tangan kanan dan memijat kepala suaminya dengan pelan. "Mas, kalau aku boleh saran. Lebih baik, kasih separuh uang penjualan rumah di Lebak Bulus, buat Keisha," tutur Rinj
65"Ehh, mau ke mana?" tanya Sebastian, kala istrinya hendak beranjak. "Ke sebelah," jawab Rinjani. "Di sini aja. Temani aku." Sebastian mendatangi perempuan bergaun abu-abu dan memeluk pinggang Rinjani. "Sebentar, doang, Mas. Cuma mau mastiin mereka nyaman." "Enggak percaya. Ujung-ujungnya kamu pasti ngobrol sama Teh Lidya dan ketiga sahabatmu." Rinjani menyunggingkan senyuman. "Ketahuan, deh." "Untuk saat ini, cukup hanya kita aja. Yang lain bisa mengurus diri masing-masing." Rinjani mengangkat alisnya. "Enggak bisa begitu. Mereka tamu, dan kita harus berlaku sebagai tuan rumah yang baik." "Telepon Wati dan kasih instruksi buat ngapain." "Dia pasti capek, Mas. Dari kemaren sibuk sama Ida dan panitia lainnya." Sebastian mendengkus. "Ya, udah, tapi jangan lama-lama ke sananya." "Oke." "Balik ke sini, bawakan aku salad buah." Rinjani mengangguk mengiakan. Kemudian dia mengecup kedia pipi suaminya, lalu melepaskan diri. Rinjani melenggang keluar kamar, sembari menutup pintu
64Puluhan orang jalan secepat mungkin menuju tangga. Mereka dihadang para petugas ring dua, yang telah meloloskan dua orang tercepat. Zein membantu kedua perempuan naik tangga, untuk menjadi peserta kuis pertama. Kemudian Zein kembali berbaris dengan ketiga rekannya. Wirya meminta kedua peserta untuk berbaris di sebelah kirinya. Lelaki berkumis menjuntai itu memberikan dua mikrofon kecil, yang diambilnya dari saku jubah. "Selamat siang," sapa Wirya dengan dialek khas Tionghoa yang memancing senyuman hadirin. "Salam kenal. Owe, Wei Wiw Ya. Kekasihnya Rinjani yang ditinggal menikah dengan Sebastian," selorohnya sembari melambaikan tangan kanan pada pasangan tersebut. "Sebutkan nama kalian berdua. Lengkap dengan jabatan dan tempat kerja. Statusnya juga. Supaya penonton tahu," ungkap Wirya. "Saya, Arlita. Saya bekerja di resor ini, sebagai staf keuangan. Status, masih single," jelas peserta pertama. "Nama saya, Valentina. Saya staf marketing di Anargya Grup. Status, masih single ju