Sepanjang jalan, mereka berdua diperhatikan oleh junior-junior Kalingga yang seketika langsung heboh bersiul-siul dan menggoda mereka. Maklum saja, Kalingga masih pengantin baru, jadi jelas saat melihat sang komandang terang-terangan menggandeng istrinya, langsung menjadi bahan godaan para junior.
Melihat mama dan istrinya berinteraksi dengan baik, Kalingga jadi tenang. Ia juga harus kembali ke battalion segera. “Ma, Lingga mau balik ke battalion duluan, masih ada kerjaan setelah ini. Bening, nanti kalau saya udah selesai, saya langsung jemput kamu ke sini.” Bu Rita dan Bening sama-sama men
Begitu melihat bahwa yang datang ternyata Maya, ekspresi Bu Rita seketika berubah. Sejak tadi, wanita itu penuh senyum dan berseri-seri, tetapi kali ini seolah semua itu hilang begitu saja. Bening memperhatikan sekilas perubahan ekspresi Bu Rita. Memang, beliau masih tersenyum, tetapi entah mengapa
Maya, meskipun ekspresinya kelihatan agak kesal tetap menjabat tangan Bening. Ia lalu pura-pura tersenyum lebar dan mengangguk. “Aku Maya, salam kenal juga ya Bening.” Setelah perkenalan itu, Bu Rita tidak henti-hentinya membanggakan Bening di depan Maya. Apa saja yang bagus-bagus tentang Bening la
“Risky itu temanku,” jawab Bening santai. Memang kenyataannya seperti itu, jadi jawabannya pun jujur. Sayangnya, Kalingga menatap Bening dengan ekspresi skeptis. “Kenapa, Kapten? Nggak percaya ya?” tanya Bening. Kalingga menggeleng. “Nggak papa.” Bening mengangguk saja. Lalu, ia teringat kalau a
Bening mematikan live-nya dan langsung keluar dari aplikasi I*******m. Ia mengerucutkan bibirnya kesal gara-gara membaca semua komentar tadi. “Gini nih kalau urusan pribadi dipublikasikan di akun jualan, jadinya makin ke mana-mana.” Bening menggerutu sendiri. Tak lama, Kalingga masuk kamar lagi d
Setelah mendapatkan pemberitahuan dari kampusnya, hari ini merupakan jadwal bagi Bening untuk mengambil jas almamaternya. Ia juga akan berbelanja beberapa keperluan untuk OSPEK. Kebetulan karena Bening tidak seperti mahasiswi reguler pada umumnya, OSPEK bagi Bening yang mengambil kelas karyawan tida
‘Kenapa dia ada di sini? Apa jangan-jangan dari tadi Kapten gak angkat telfon dari aku karena lagi sibuk berduaan sama dia? Ini gak bisa dibiarin!’ batin Bening marah. Sayangnya, Bening hanya bisa menahan amarahnya karena di saat yang sama, adik ipar Bening, Kinan—istrinya Damar, muncul. Kinan yang
“Kamu... hamil?” Dahayu mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya berdiam di perutnya sendiri. “Iya, aku hamil. Karena itu, aku mutusin kasih kamu kesempatan. Aku nggak ingin anak ini terlahir tanpa seorang ayah,” ujarnya lirih. Langit menelan ludah, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Akhirnya, Dahayu berbicara dengan Langit di ruang tunggu rumah sakit. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sana sehingga mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. Akan tetapi, kehadiran Sagara di antara pasangan suami-istri itu membuat suasana menjadi tegang. Sagara terus memperhatika
Setelah mengetahui dirinya hamil, Dahayu tidak bisa berhenti menangis. Tangannya gemetaran memegangi testpack yang memperlihatkan dua garis biru. Dahayu bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Haruskan Dahayu menyimpan semua ini sendirian ataukah memberiahukannya pada Langit? “Assalamualaik
Begitu tahu ibunya tak sadarkan diri, Langit langsung melarikan ibunya ke rumah sakit. Langit meminta tolong Bi Ikah untuk memegangi ibunya di bangku penumpang belakang. Kepalanya sedang berkecamuk, tetapi Langit harus bisa fokus pada jalanan di depannya demi menghindari kecelakaan. Mobil mewah Lan
Pandangan Sagara langsung tertuju kepada Langit. Kedua alisnya bertaut marah. Sagara bisa melihat Dahayu gemetaran di belakang Langit, tapi saat ini Sagara ingin membuat perhitungan kepada adik iparnya itu. Berani-beraninya Langit membentak Dahayu seperti itu. Selain itu, ada yang mengganggu pendeng
Langit masuk dengan tampang lesu. Wajahnya pucat dan dia tampak lebih kurus. Selain itu, sepertinya Langit tidak tidur selama beberapa hari hingga kantung matanya menebal. Langit langsung duduk di depan Dahayu tanpa dipersilakan. Dia bersilang tangan dan menatap Dahayu dengan tajam. “Akhirnya, kita
“Nak Langit? Kenapa nggak dijawab? Dahayu kemana? Apa dia pergi dari rumah nggak bilang-bilang?” tanya Bening sekali lagi, mulai khawatir karena Langit tak kunjung menjawab. Langit mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tidak boleh mengatakan yang sebenarnya kepada mertanya. Cukup hanya orang-orang rum
“Serius banget.” Langit mencebik remeh. “Nggak usah mengalihkan pembicaraan deh, Yu. Kalau emang habis ketemun sama bajingan itu, ngaku ajalah.” “Atau sebaiknya sekarang giliran kamu yang mengaku, Langit?” balas Dahayu dengan ekspresi serius. Langit mengerutkan keningnya. Ia memperhatikan tangan D
“Harus kuapain foto ini?” Arjuna benar-benar bingung sekarang. Ia tidak berhenti memandangi foto yang ia tangkap di ponselnya beberapa hari lalu. Arjuna yakin sekali jika pria yang ia lihat di restoran bersama seorang wanita adalah Langit, suami Dahayu. Namun, bagaimana bisa Langit bertemu dengan s