Maya, meskipun ekspresinya kelihatan agak kesal tetap menjabat tangan Bening. Ia lalu pura-pura tersenyum lebar dan mengangguk. “Aku Maya, salam kenal juga ya Bening.” Setelah perkenalan itu, Bu Rita tidak henti-hentinya membanggakan Bening di depan Maya. Apa saja yang bagus-bagus tentang Bening la
“Risky itu temanku,” jawab Bening santai. Memang kenyataannya seperti itu, jadi jawabannya pun jujur. Sayangnya, Kalingga menatap Bening dengan ekspresi skeptis. “Kenapa, Kapten? Nggak percaya ya?” tanya Bening. Kalingga menggeleng. “Nggak papa.” Bening mengangguk saja. Lalu, ia teringat kalau a
Bening mematikan live-nya dan langsung keluar dari aplikasi I*******m. Ia mengerucutkan bibirnya kesal gara-gara membaca semua komentar tadi. “Gini nih kalau urusan pribadi dipublikasikan di akun jualan, jadinya makin ke mana-mana.” Bening menggerutu sendiri. Tak lama, Kalingga masuk kamar lagi d
Setelah mendapatkan pemberitahuan dari kampusnya, hari ini merupakan jadwal bagi Bening untuk mengambil jas almamaternya. Ia juga akan berbelanja beberapa keperluan untuk OSPEK. Kebetulan karena Bening tidak seperti mahasiswi reguler pada umumnya, OSPEK bagi Bening yang mengambil kelas karyawan tida
‘Kenapa dia ada di sini? Apa jangan-jangan dari tadi Kapten gak angkat telfon dari aku karena lagi sibuk berduaan sama dia? Ini gak bisa dibiarin!’ batin Bening marah. Sayangnya, Bening hanya bisa menahan amarahnya karena di saat yang sama, adik ipar Bening, Kinan—istrinya Damar, muncul. Kinan yang
Kalingga refleks mendorong Maya lumayan keras karena kaget. Untung saja Maya masih mampu mempertahankan keseimbangannya meskipun didorong seperti itu oleh Kalingga. "Apa-apaan kamu, May?!" seru Kalingga. Ia agak kesal karena Maya tidak tahu batasan dan malah melakukan hal mencurigakan seperti ini
“Saya nggak mungkin berbuat seperti itu, Bening!” sangkal Kalingga. Bening terkekeh sinis. “Aku nggak bodoh, Kapten. Jadi, nggak usah banyak alibi dan membela diri. Sekali aja kamu ketahuan mesum sama Maya, aku nggak akan segan-segan langsung mengajukan cerai.” “Saya nggak mungkin berbuat seperti
Wildan mengepalkan telapak tangannya. “Semuanya sia-sia. Semua sia-sia. Padahal aku sudah melakukan segala cara agar Bening nggak menikah dengan laki-laki lain. Tapi… tapi kenapa mereka malah tetap menikah?” Di kamar rumah sakit itu, Wildan terus meracau seperti orang gila. Ia benar-benar tidak ter
Selesai membaca isinya, Langit langsung membanting pintu lemari itu dan membawa dairy Dahayu bersamanya. Ia turun dengan tergesa-gesa menuruni tangga, meraih kunci mobil, bahkan menabrak Bi Ikah yang baru kembali dari minimarket. Langit membuka mobilnya dan melompat ke bangku sopir. Tanpa repot-rep
“Ibu, jangan ngomong kayak gitu. Kalau sampai Langit denger, Langit bakal sedih, Bu,” kata Dahayu sambil menggenggam tangan pucat ibu Langit dengan erat. Ada banyak emosi yang saat ini melanda hati Dahayu. Namun, Dahayu tahu dirinya tidak boleh menangis. Ibu Langit terlihat lemah dan sakit-sakitan
Dahayu membuang muka dari Kapten Arjuna karena ia tahu ekspresi laki-laki itu akan melemahkan hatinya. Berulang kali Dahayu mengingatkan dirinya bahwa ia sudah menikah dan tak seharusnya ia memiliki percakapan ini dengan sang kapten. “Maaf, Kapten. Tapi, Kapten tahu ‘kan kalau aku sudah menikah,” j
“Dengan keluarga pasien, silakan masuk.” Begitu mendengar suara dokter, Langit langsung beranjak memasuki kamar rawat ibunya. Sementara itu Dahayu tetap berada di luar untuk berbicara dengan sang dokter. Hati Langit seperti diremat-remat ketika melihat penampilan ibunya saat ini. Lemas dan pucat. N
Dahayu melihat Kapten Arjuna menghampiri mereka. Kemunculannya di rumah sakit masih membuatnya kaget. Dahayu mencoba melepaskan genggaman tangannya dari Langit, tapi sepertinya laki-laki itu menolak. Dahayu menghela napas berat. Ia harus bersikap netral di depan sang kapten. “Kapten Arjuna ada kepe
“LANGIT! STOP!” Dahayu berteriak nyaring ketika Langit berjalan memangkas jarak mereka. Mendengar teriakan Dahayu, Langit tidak bisa menahan diri untuk meledakkan tawanya. Langit tertawa terpingkal-pingkal sembari memegangi perutnya. Dahayu menurunkan tangannya dengan ekspresi cengo. Kemudian ia s
Resepsi selesai dua jam kemudian, tapi selama itu pula Dahayu sama sekali tidak bersuara hingga semua acara berakhir. Saat ini Dahayu sedang duduk sendirian di kamarnya. Perias telah meninggalkan rumah setelah menghapus make up dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Dahayu mengembuskan napas.
Satu minggu kemudian, akhirnya Langit dan Dahayu sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Setelah akad, resepsi digelar di sebuah gedung secara besar-besaran dan meriah seperti permintaan Dahayu. Saat ini Dahayu dan Langit tengah duduk di atas pelaminan, memperhatikan suasana resepsi pernikahan m
“Daripada aku nggak bisa jawab? Entar malah ketahuan kalau hubungan kita palsu dan cuma pura-pura. Percuma dong aku ke sini buat ngeyakinin orang tua Dokter,” tutur Langit kemudian memasang helm full-facenya. Ia menaikkan kaca helmnya untuk menatap Dahayu. “Dokter nggak protes pas aku panggil ‘Saya