Bab 30Adi tampak bersiul beberapa kali sebelum dia masuk ke dalam rumahnya. Bu Retno yang tengah menonton TV tampak menoleh dengan kening yang berkerut karena merasa penasaran saat melihat putranya datang sambil berdendang riang."Kelihatannya kamu lagi senang, ya? Ada apa?" tanyanya penasaran.Adi terkekeh pelan saat mendengar pertanyaan ibunya. Pria itu memang tengah merasa senang karena sebentar lagi akan meraup banyak uang.Adi lantas duduk di sofa dan meraih cemilan yang berada di atas meja. Namun pria itu hampir lupa tak menjawab pertanyaan sang Ibunda tercinta.Bu Retno tampak memasang wajah kesal karena merasa diabaikan oleh putranya. Apalagi wanita paruh baya itu sejak tadi berada di rumah dan menghindari beberapa teman sosialita yang mengajaknya untuk pergi keluar.Bukan tanpa alasan, Bu Retno memang sengaja melakukannya karena dia memegang uang. Wanita paruh baya itu sangat yakin kalau image-nya akan dipandang buruk jika ketahuan tak memiliki uang."Kenapa diam saja, Di? I
Bab 31Bu Retno masuk ke dalam kamarnya setelah mematikan televisi. Hatinya sejak tadi masih saja terbakar amarah apalagi saat mengingat ucapan Adi.Bagaimana pun juga, Bu Retno tak boleh diam saja saat putranya membandingkan dirinya dengan Siti.Susah payah dia telah berusaha menyingkirkan wanita itu dari kehidupan Adi.Bu Retno tahu kalau putranya pasti membutuhkan seorang istri agar bisa menemani serta merawatnya. Tapi wanita paruh baya ini tetap saja merasa enggan untuk berbagi apalagi jika data bulanannya harus terbagi dua.Bu Retno tak ingin kembali menjalani kehidupan yang pas-pasan hanya karena dia harus berbagi dengan menantunya. Wanita paruh baya itu sangat yakin kalau putranya yang masih muda bisa saja menemukan wanita lain. Meski Adi harus menunda waktu beberapa tahun lagi untuk menikah kembali.Setidaknya Bu Retno ingin menikmati masa tuanya sebelum dia harus mengalah pada menantunya. Andai kata putranya memutuskan untuk menikah lagi, Bu Retno tentu saja tak akan tinggal
Bab 32Yayuk menatap tajam ke arah sosok pria yang kini tengah bersiap untuk pergi ke ruang meeting. Semalam, dia telah menghabiskan waktunya untuk berdebat dengan Adi dan pria itu tak mau mendengarkan nasehatnya sama sekali.Kesal, itulah yang dirasakan oleh Yayuk.Padahal wanita itu hanya ingin membuat keadaan menjadi lebih baik dan juga mengurangi sedikit kecurigaan yang mungkin saja tengah dirasakan oleh sang direktur.Wanita itu kini tampak melipat kedua tangannya tepat di depan dada. Dia masih saja melayangkan tatapan tajam sambil mengangkat wajahnya dan memasang ekspresi yang arogan."Sepertinya kamu sangat bersemangat untuk meeting hari ini, ya?"Adi yang tengah sibuk membaca dokumen lantas menoleh dengan kening yang tampak berkerut. Pria itu kini bahkan tak segan untuk melayangkan tatapan tajam karena dia tak ingin dianggap rendahan."Kenapa? Aku hanya bekerja sesuai dengan peraturan. Ini masih pagi, jadi jangan mencoba untuk menyulut emosi karena aku tidak ingin menghabiskan
Bab 33Adi melirik ke arah sosok wanita yang kini tampak tengah sibuk menatap layar monitor. Pria itu lantas mendekat perlahan dan mencoba untuk meminta maaf kepada Yayuk. Adi sengaja membeli kopi kesukaan wanita itu. Dia berharap hadiah kecil ini bisa membuat permintaan maaf yang menjadi jauh lebih berharga dan juga dinilai dengan tulus."Kamu masih marah?"Wanita itu melirik sekilas namun tak lama langsung membuang pandangannya karena tak ingin bertatap muka lebih lama lagi dengan Adi. Rasa kesal masih saja menyelimuti hati kecil Yayuk.Bagaimanapun juga pria itu telah berhasil membuat amarahnya memuncak dengan hebat.Adi menghela napasnya perlahan karena dia diperlakukan dengan begitu dingin dan acuh oleh wanita di hadapannya. Padahal dia berniat untuk meminta maaf."Maaf, deh. Aku juga nggak berniat untuk melukaimu apalagi menakutimu," lirihnya.Yayuk menghela nafasnya dengan kasar. Dia kini mendongakkan kepala dan menatap lekat netra hitam milik Adi."Ngapain kamu minta maaf? But
Bab 34Adi menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya secara perlahan. Setelah membeli minuman kalengan, pria itu memilih untuk pergi ke rooftop.Kepalanya terus saja berdenyut nyeri karena Adi saat ini harus mencari inspirasi untuk produk baru yang akan diproduksi di cabang perusahaan.Padahal dia berniat untuk meminta maaf pada Yayuk. Namun wanita itu justru menolak permintaan maafnya dengan mentah-mentah dan balik menghinanya.Kesal, itulah yang dirasakan oleh Adi.Dia kembali menyeruput minuman kalengnya. Pemandangan dari atas cukup memanjakan mata dan membuat rasa sakit di kepalanya sedikit berkurang."Pak Adi," panggil seseorang dari belakang.Adi yang merasa namanya dipanggil sontak langsung berbalik dan mendapati sosok seorang wanita berdiri tepat di ambang pintu masuk rooftop."Selina?"Wanita muda itu tampak menyunggingkan senyum tipis sambil mendekat. "Kenapa sendirian saja disini, Pak?" tanyanya."Cari angin segar," kilah Adi.Selina mengangguk-anggukkan kepalanya perl
Bab 35Adi berangkat ke kantornya dengan wajah yang tampak kesal. Ibunya selalu saja memaksa agar dia mendapatkan pekerjaan lain supaya bisa menghasilkan uang lebih banyak.Kesal, itulah yang dirasakan oleh Adi.Andai saja tubuhnya tak pernah kehilangan tenaga meski bekerja berat sekalipun, Adi pasti akan mencari pekerjaan lain agar bisa memenuhi segala keinginan ibunya.Tapi semakin lama dia merasa kesal karena setiap kerja kerasnya tak pernah diapresiasi sedikitpun.Entah mengapa jalanan pagi hari ini tampak macet dan hal itu membuatnya merasa semakin kesal. Adi memukul stir mobilnya dengan kasar karena sejak tadi klakson mobil di belakangnya dibunyikan terus-menerus."Sialan! Apa dia buta sampai tak melihat kalau di depan sana juga macet?!"Adi mengusap wajahnya dengan kasar. Tak ada gunanya jika dia marah karena para pengemudi yang bodoh dan tak sabaran tak akan mungkin mau mengerti.Rasa kesalnya buyar seketika saat mendengar dering ponsel. Pria itu lantas meraih ponsel yang bera
Bab 36Kaya Setelah Menjanda "Siti," panggil seorang wanita paruh baya berbadan sedikit gempal.Wanita itu menoleh dan mendekat perlahan. "Ada apa, Bi Lastri?""Bibi lagi kurang enak badan. Kamu bisa bantu belanja?"Siti menganggukkan kepalanya perlahan. Saat ini pekerjaannya juga sudah selesai dan dia bisa bersantai. Namun saat tahu jika wanita paruh baya itu kini tengah tak enak badan, Siti tentu saja harus membantunya."Boleh, Bi. Biar saya saja yang beli," ujarnya.Wanita paruh baya itu lantas memberikan secarik kertas bertuliskan beberapa bahan makanan serta sebuah kartu kredit."Ini catatan belanjanya dan kartu kredit. Beli semua kebutuhannya, ya."Siti kembali mengangguk secara perlahan. Dia lantas memanggil putrinya untuk ikut pergi ke supermarket. Gadis kecil itu dengan riang gembira langsung mengikuti langkah ibunya sambil berceloteh ria.Sesekali Siti tampak mengulas senyum tipi saat melihat putrinya tampak bahagia meskipun kini tak lagi tinggal bersama dengan ayah kandung
Bab 37Sepanjang perjalanan menuju rumah Handi, Siti hanya diam dan menunduk lesu karena dia telah kehilangan banyak tenaga setelah membalas perkataan Ibu mertuanya.Hati kecilnya memang merasa lega karena semua hal yang selama ini berusaha untuk ditahan pada akhirnya berhasil keluar. Tapi tetap saja dia merasa khawatir dan juga takut.Kening Putri tampak berkerudung hingga kedua alisnya saling menyatu saat melihat ibunya yang tampak diam saja setelah keluar dari supermarket. Gadis kecil itu tahu bahwa ibunya saat ini pasti tengah bersedih."Ibu," panggilnya.Siti yang merasa namanya dipanggil sontak langsung menoleh dan menatap lekat manik mata milik Putri.Gadis kecil itu lantas menyerahkan sebuah coklat yang sempat dibelinya dari supermarket."Ini buat Ibu," lirihnya.Kening Siti tampak berkerudung hingga kedua alisnya saling menyatu. "Kenapa? Apa Putri nggak suka?"Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya perlahan. Rasanya tak mungkin jika dia tak menyukai makanan manis seperti cok
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili