Bab 189Tanpa terasa waktu bergulir dengan cepat karena Handi dan Siti kini tengah sibuk menyiapkan acara pertunangan yang akan diadakan sekitar dua hari lagi.Bahkan Sumi dan Bi Yati juga ikut serta membantu karena kedua wanita itu sangat setuju dengan hubungan Siti.Siti melirik ke arah ponselnya yang berdiri nyaring. Wanita itu segera meraih ponselnya. Ternyata ada panggilan masuk dari Handi. Pandangan wanita itu kini beralih menatap Sumi."Sum, aku angkat telpon dulu, ya?""Iya, Mbak."Setelahnya, Siti segera mencari tempat yang nyaman. Wanita itu segera mengangkat panggilan."Halo, Mas?""Apa aku ganggu kamu?"Siti tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala perlahan. "Nggak kok, Mas. Ada apa?""Syukurlah. Aku telepon karena nanti ada yang akan datang ke rumah. Aku udah sewa pegawai salon biar kamu bisa perawatan dulu.""Eh? Kenapa repot-repot, Mas?"Handi terkekeh pelan. "Apanya yang repot? Aku cuma mau lakukan yang terbaik untuk calon istriku."Hati Siti kembali terasa hangat.
Bab 190Adi gemetar ketakutan karena pria itu sadar sejak tadi tengah diikuti oleh sebuah mobil. Rasanya dia tak bisa fokus untuk mengemudikan mobilnya dan sesekali melirik ke arah belakang."Sialan! Sebenarnya siapa yang mengikutiku sejak tadi, sih?!"Kepalanya masih saja terasa pusing karena dia kembali mendapatkan demo dari para tukang bangunan yang meminta gaji agar segera dibayarkan.Tapi sekarang dia justru dikejar oleh orang yang tak dikenal. Rasanya kehidupannya kini semakin sulit dan juga tak bisa diatur dengan baik.Adi segera menancap gas jauh lebih cepat. Pria itu berharap tak diikuti lagi. Tapi sayangnya dugaannya itu salah kaprah karena sampai saat ini pun dia masih tetap diikuti dari belakang. Mobil yang mengikutinya itu juga melaju jauh lebih cepat.Tiba-tiba mobil itu menyalip dan langsung berhenti tak jauh dari depan. Adi yang terkejut segera menekan pedal rem agar tidak menabrak.Cittt!Untung saja mobil berhasil berhenti dengan tepat. Adi yang sudah terlanjur meras
Bab 191Handi beralih menatap sekretarisnya yang kini tengah sibuk. Pria itu sampai saat ini masih belum mengatakan tentang rencana pesta pertunangannya."Rosa," panggilnya.Wanita yang tengah menatap layar monitor itu tampak menoleh sekilas dan langsung berdiri dari tempat duduknya. Rosa segera menghampiri sang atasan."Iya, Pak. Apa ada sesuatu yang anda butuhkan?"Handi menggeleng pelan. "Nanti ada orang yang akan datang kesini. Tolong kamu bagikan sekalian undangan untuk pesta pertunangan ku," ujarnya."Baik, Pak. Saya akan sebarkan -- eh? Pak Handi akan bertunangan?!"Wajah Rosa tampak begitu terkejut karena wanita itu tahu dengan jelas sang atasan hampir tak pernah dekat dengan siapapun. Namun tiba-tiba pria itu mengumumkan akan mengadakan acara pertunangan."Iya, benar. Tiga hari lagi saya akan bertunangan."Rosa kembali melongo tak percaya walaupun wanita itu mendapat penjelasan dari atasannya. Rasanya dia masih saja belum percaya.Handi menghela napas berat saat melihat asist
Bab 192"Sudahlah, Bu. Adi itu capek karena baru saja pulang dari luar kota, Ibu harusnya bisa mengerti!"Mata Retno tampak membulat dengan sempurna ketika mendengar anaknya tiba-tiba berbicara dengan suara yang keras bahkan hampir saja membentaknya. Tak pernah sekalipun dia mendapatkan perlakuan buruk seperti itu."Apa-apaan kamu, Di?! Beraninya kamu membentak Ibu?!"Adi menghela napas berat. Pria itu hendak melayangkan protes kembali tapi tiba-tiba berhenti karena mendengar suara ponsel miliknya berdering nyaring.Pria itu tampak mengerutkan keningnya ketika mendapatkan telepon dari Rosa. Mau tak mau dia harus menjauh terlebih dulu dari ibunya agar bisa mengangkat telepon."Kita sudahi dulu, Bu. Ada telepon penting," kelakarnya.Walaupun masih merasa marah, Retno juga tak bisa berbuat apapun ketika mendengar anaknya berkata seperti itu. Dia membiarkan putranya itu terlalu pergi menjauh. Sedangkan wanita paruh baya itu kini memilih kembali duduk di sofa sambil menonton televisi meski
Bab 193Tanpa terasa waktu bergulir dengan cepat. Siti tampak duduk dan wanita itu kini tengah dirias. Di sampingnya ada sosok Sumi dan Bi Yati. Kedua wanita itu tampak memperhatikan Siti.Sedangkan Putri juga tengah dirias, walau memang dengan dandanan sederhana. Tapi gadis kecil itu sudah tampak seperti peri kecil.Tak perlu waktu lama riasan telah selesai. Siti menatap pantulan wajahnya tepat di cermin dan saat itulah dia tenanglah ketika melihat dengan jelas tampak cantik."Bibi nggak nyangka kalau kamu ternyata cantik banget, Ti. Kamu kayak bidadari," puji Bi Yati.Wajah Siti kini tampak merona setelah mendapatkan pujian. Bahkan Putri juga terlihat terpana ketika melihat tampilan ibunya yang begitu berbeda setelah dirias."Mbak, semoga acaranya lancar. Tenang aja, ya. Kita bakal awasi acara ini dari belakang." Sumi mengelus pelan tangan Siti.Sumi tahu dengan jelas kalau rekan kerjanya itu pasti kini tengah merasa was-was. Wajah Siti yang terlihat tegang sudah bisa menjelaskan se
Bab 194Adi sejak tadi masih memicingkan matanya ke arah Yayuk. Pria itu ingin berbicara sejenak dengan Yayuk. Sesekali dia mencari cara agar bisa mendekat dan secara kebetulan mendapatkan kesempatan."Sudah lama, Yuk?"Yayuk yang tengah melambaikan tangannya ke arah sang suami tampak terkejut ketika didekati oleh Adi. Tampaknya dia juga tak merasa senang setelah bertemu dengan Adi karena bagaimanapun hubungan mereka berdua kini sudah canggung."Kenapa kamu bersikap sangat ketus padaku?"Yayuk memutar bola matanya dengan malas setelah mendapat pertanyaan yang tak menyenangkan. Lagi pula dia juga tak memiliki alasan untuk berbicara lebih lama lagi dengan Adi. Pria itu pasti mendekatinya karena memiliki keinginan tertentu."Kalau kamu ingin tahu soal perkembangan pengajuan dana, aku nggak punya jawaban pastinya."Adi tersenyum tipis ketika mendengar penuturan Yayuk. Wanita itu telah berubah."Bukan itu yang ingin aku tanyakan, kok."Yayuk seketika menoleh sambil mengerutkan keningnya. "
Bab 195Yayuk berbalik menatap nyalang Adi. Tangan wanita itu kini terkepal erat bersamaan dengan amarahnya."Jangan asal bicara! Dia bukan pria seperti mu," desisnya.Adi terkekeh pelan. "Kamu terlalu percaya diri, Yayuk."Pandangan Adi beralih ke arah lain. Dilihatnya sosok Rama, pria itu tampak mendekat sambil membawa dua buah gelas minuman."See you, Sayang. Aku harap kita akan bertemu lagi."Adi berlalu pergi menjauh. Namun pria itu tetap saja mengawasi gerak-gerik Yayuk.Rama yang baru saja datang tampak bingung ketika melihat ekspresi wajah istrinya."Hei, kamu kenapa?"Yayuk menggeleng pelan. Mana mungkin dia jujur pada Rama?Entah mengapa kini hatinya diliputi perasaan bersalah. Bagaimanapun juga, Rama masih mau bertahan meski dia sampai kini belum bisa memberi keturunan. "Nggak apa-apa, Mas.""Beneran?"Yayuk mengangguk pelan. "Iya," balasnya singkat.Sebenarnya Rama ingin bertanya lebih jauh, tapi ternyata acara utama telah dimulai. MC acara tampak berbicara dan pintu ruang
Bab 196Handi meraih tangan Siti, alhasil wanita itu kini berbalik menatap Handi. Pria itu tampak tersenyum tipis seolah memberi kode pada wanitanya untuk tak lagi merasa sedih.Adi yang melihat hal itu sontak kembali merasa marah. Dia juga ingin mencari muka pada Handi dan membongkar semua kebusukan Siti.Handi kembali menatap semua tamu undangan yang kini kebingungan. Tanpa basa-basi dia pula menarik Siti."Baiklah, saya akan menjelaskan yang sebenarnya. Semua hal yang dikatakan Adi Sucipto, memang benar adanya. Calon istri saya adalah mantan istrinya. Seorang wanita yang telah dia selingkuhi dan diusir dari rumah. Bahkan Adi sendiri juga tidak menganggap anaknya. Adi ... saya benar, bukan?"Handi kini berbalik menatap Adi, begitu tajam dan juga lekat. Napas Adi tiba-tiba terasa sulit, dia bahkan merasa ada sebuah benda yang mengganjal di dalam tenggorokan.Bagaimana Handi bisa tahu sedetail itu? Batin Adi.Semua mata tamu kini beralih menatapnya dengan curiga, Adi sendiri bahkan me