Bab 173"Sum, gimana menurut kamu kalau aku dan Pak Handi … menikah?"Sumi menoleh dengan tatapan terkejut. Sepertinya wanita itu masih tak percaya dengan telinganya sendiri."Maksud Mbak apa?""Lupakan saja," tukas Siti.Reaksi Sumi justru membuatnya jadi resah. Dia juga takut kalau isi pembicaraannya saat ini akan tersebar."Ish, Mbak! Jelasin dulu, Mbak mau nikah sama Pak Handi?""Apa?!" Bi Yati yang baru saja keluar dari kamar itu tampak kaget. Wanita paruh baya itu bisa mendengar jelas isi percakapan Sumi dan Siti.Dengan langkah tergopoh, Bi Yati segera mengarah ke dapur. Ditatapnya lekat sosok Siti."Ti, kamu mau nikah sama--""Bukan gitu, Bi! A-aku cuma nanya asal aja," potong Siti, lagi-lagi dia mencoba untuk berkilah. Sumi dan Bi Yati saling berpandangan. Mereka berdua tak yakin dengan alasan yang baru saja dikatakan oleh Siti."Nggak mungkin kamu niatnya cuma nanya tentang masalah ini," ungkap Bi Yati.Mungkin Bi Yati tampak seperti seseorang yang tak terlalu peka dengan pe
Bab 174Novel Siti kini telah dicetak dan mulai didistribusikan ke konsumen. Sebagai salah satu penggemar, Handi dengan cepat langsung memesannya dan pria itu kini tampak tersenyum tipis ketika melihat novel yang telah lama membuatnya penasaran berada tepat di genggaman."Akhirnya aku kebagian juga," lirihnya. Setelah mampir ke toko buku, Handi segera pulang ke rumah. Sesekali pria itu membaca isi novel dia dalam mobilnya.Entah mengapa sejak pertama kali membaca novel karya penulis ini, Handi merasakan ada sesuatu yang aneh. Dia seolah mengenal sosok sang penulis. Walau mungkin itu hanya perasaannya saja--batin Handi.Mata Handi memicing ketika melihat ada banyak hal yang tak asing di dalam alur cerita novel ini. "Kenapa kejadiannya mirip seperti saat aku bersama dengan Siti?" Meski Handi tahu kalau adegan romantis di novel beberapa kali merupakan adegan yang familiar, tapi kali ini benar-benar berbeda. Seolah sosok pemeran pria yang tengah diceritakan sangat mirip dengan Handi."M
Bab 175"Ini ... apa mungkin tebakanku tidak salah? Apa Siti yang menulis novel ini?"Handi tak ingin berpikiran aneh. Tapi pria itu sangat yakin kalau tebakannya tidak salah. Tak ingin membuang waktu pria itu segera menyalakan laptopnya dan mencari tahu sosok penulis novel yang akhir-akhir ini membuatnya tertarik."Putri Nurhaliza ... Apa ini memang kebetulan? Nama lengkap Siti bukannya memang Siti Nurhaliza, ya? Mungkin kah Siti menggabungkan namanya dan Putri?"Secara acak kebetulan kebetulan aneh mulai muncul kembali di dalam kepala Handi. Rasa penasarannya semakin menggunung.Tapi tiba-tiba suara pintu yang diketuk membuyarkan fokusnya. Handi tampak menoleh ke arah sumber suara."Siapa?""Om, makanannya sudah matang. Ayo makan dulu, Om!"Suara Putri terdengar dari luar, Handi menghela napas perlahan. Pria itu segera menutup laptopnya dan bangkit dari kursi.Tangannya terulur pelan memutar gagang pintu dan seketika pula sosok gadis kecil berada tepat di hadapannya."Kenapa diam aja
Bab 176Seperti rencana awal, Siti bergegas merapikan meja makan karena wanita itu memang berniat untuk menemui Handi.Setelah mengecek semuanya memang sudah dibersihkan dengan benar, Siti bergegas menaiki tangga setelah melepas celemeknya.Jantungnya terus saja berdetak kencang setiap kali langkahnya bergerak menapaki lantai.Wanita itu merasa sedikit bingung dengan kalimat pertama yang harus diucapkannya.Tak perlu waktu lama dia telah berdiri tepat di depan pintu ruangan sang majikan. Siti meremas tangan perlahan sambil menghembuskan napasnya.Setelah wanita itu merasa yakin, Siti segera mengetuk pintu."Pak, apa saya boleh masuk sekarang?""Masuk saja," ujar Handi.Setelah mendapatkan persetujuan dari sang majikan wanita itu segera membuka pintu dan saat itulah pandangannya langsung menangkap sosok pria yang kini tengah duduk tepat di kursi. Handi mendongakkan kepalanya dan bertatapan dengan Siti. Pria itu segera bangkit dari kursi dan mendekat ke arah Siti."Duduk dulu," ujar pri
Bab 177"Endingnya kita menikah, bukan? Mari kita menikah, Ti."Wajah Siti tampak merona. Wanita itu kembali mendapatkan angin segar yang tak bisa dijelaskan. Dia merasa ini semua hanyalah mimpi belaka. Rasanya sama sekali tak nyata.Siti menundukkan kepalanya. Sungguh, dia merasa malu dengan wajahnya yang sangat merah saat ini."A-apa Bapak serius? Pernikahan bukan hal yang bisa dibuat candaan.""Apa aku terlihat bercanda?" tanya Handi.Pria itu tiba-tiba mendekat. Dia duduk tepat di samping Siti dan meraih tangan wanita itu.Biasanya, Siti akan menolak. Tapi entah mengapa kini dia diam saja.Handi meremas tangan wanita di sampingnya itu perlahan. Jantungnya bahkan berdetak sangat kencang. Handi sangat gugup, tapi dia harus memberanikan diri sebelum ada pria lain yang jauh lebih berani."Aku tahu kalau ini pasti membuatmu kaget, 'kan? Tapi aku sudah lama suka padamu, Ti. Lebih tepatnya tertarik," jelas Handi.Tertarik? Batin Siti.Padahal Siti yakin dia hanyalah wanita biasa. Tak ad
Bab 178"Insyaallah aku benar-benar serius untuk meminang dirimu, Ti. Aku harap kita bisa terikat tali Susi pernikahan untuk selamanya. Bersama dengan Putri ... kita akan bahagia."Wajah Siti kini tampak merah. Tak bisa dipungkiri dia merasa sangat bahagia.Tapi sekali lagi dia harus memastikan tentang keseriusan sang majikan."Apa Bapak sudah memikirkan tentang konsekuensinya jika menikah dengan seseorang seperti saya?"Handi menghela napas perlahan. "Masalah yang berhubungan tentang pendapat orang lain, aku nggak peduli, Ti. Satu hal yang pasti, kita berdua yang akan menjalani pernikahan dan pastinya akan ada banyak pendapat dari orang-orang sekitar. Tapi hal yang harus kita lakukan ialah menutup mata serta telinga agar bisa bahagia. Asalkan yang kita lakukan tidak salah, tak penting rasanya untuk peduli dengan komentar orang-orang.""Bapak siap menerima saya dan Putri?""Siap, Siti. Insyaallah kita bisa memulainya dari awal. Kehadiran Putri justru merupakan anugerah di pernikahan ki
Bab 179Siti kini tengah merasa bahagia karena hidupnya semakin dilimpahi dengan banyak hal baik. Awalnya dia memang merasa bimbang ketika baru bercerai dengan Adi. Tapi sekarang wanita itu merasa semakin yakin kalau kebahagiaan terletak dari kebebasan serta kewarasan.Namun di sisi lain, Adi tengah merasa uring-uringan karena dia kini terus saja ditaruh oleh pihak depkolektor.Adi belum membayar tunggakan cicilan kedua. Sekarang pria itu tengah merasa bingung karena pihak perusahaan pun masih belum memberikan jawaban atas pengajuan dananya.Besok, Adi juga harus membayar gaji para tukang bangunan. Tapi uang yang dimilikinya tak cukup sama sekali. Adi harus rela menghemat dan memilih untuk tidak membayar tunggakan pinjamannya. Adi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia pikir masalah ini akan segera selesai. Tapi nyatanya dia justru terlilit hutang yang cukup banyak. Bahkan bunganya juga melebihi batas yang diperkirakan karena dia telah membayar selama satu minggu."Sialan! Seharusnya ak
Bab 180Siti menatap putrinya yang masih tertidur. wanita itu perlahan mengulurkan tangannya dan mengelus pelan puncak kepala Putri."Put, udah pagi … ayo bangun!"Gadis kecil itu perlahan membuka mata dan mengusapnya perlahan karena kantuk masih menyerang. Diliriknya ke arah jendela yang kini tampak disinari oleh mentari pagi."Ayo cuci muka dulu, ya? Kalau udah nanti keluar, Ibu keluar dulu mau siap-siap masak sarapan."Putri hanya mengangguk pelan. Gadis kecil itu menguap dan bangkit dari kasur. Namun Putri memilih duduk sejenak sebelum pergi ke kamar mandi.Siti merasakan pagi hari ini begitu bersemangat dan wanita itu bergegas untuk membuat sarapan. Diliriknya dua rekan kerjanya yang juga baru saja keluar dari kamar."Sum, hari ini masak sarapan apa?""Nasi goreng aja, Mbak. Nasi sisa kemarin malam masih lumayan banyak."Siti mengangguk pelan. Mereka bertiga bergegas membagi tugas. Siti bertugas untuk memasak kali ini. Sumi menyapu halaman dan Bi Yati mengelap lantai yang basah k
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili