Bab 153Mata Adi tampak membulat dengan sempurna ketika ketakutannya kini telah berada tepat di depan matanya. "Apa? Demo?!"Jika demo memang benar akan dilakukan maka tabiat buruknya pasti akan tercium oleh perusahaan.Tentu saja dia tak mungkin diam saja. Bagaimanapun dia juga harus bergerak agar bisa membungkam mulut para tukang bangunan."Sialan! Emangnya kamu nggak berusaha bilang supaya mereka sabar?""Sudah, Pak! Tapi mereka tetap saja ngotot agar kita segera membayar tunggakan gaji."Adi mengusap wajahnya dengan kasar. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Batinnya.Dana dari perusahaan saat ini masih belum disetujui. Bahkan Yayuk sendiri juga bingung karena dia tak bisa melakukan apapun sebab proposal belum juga ditandatangani oleh Handi."Sialan! Kenapa jadi seperti ini? Padahal kemarin-kemarin juga masih lancar," desisnya.Paling tidak dia harus mendapatkan uang sekitar 100 juta rupiah. Itu bukanlah nominal yang kecil. Mengingat isi rekeningnya kini bahkan hanya bersisa bela
Bab 154Adi mengepalkan tangannya dengan erat. "Sialan! Giliran lagi susah, dia nggak mau bantu!"Napas Adi kini terlihat memburu naik turun karena emosi. Dia merasa semakin kesal karena tak mendapat bantuan sedikitpun dari Yayuk. Wanita itu malah terus saja menyalahkannya.Adi kembali mengarahkan pandangannya ke arah beberapa kerumunan bekerja bangunan yang masih saja berdebat dengan mandor.Kepalanya terasa makin pening karena belum mendapatkan solusi. Bagaimanapun dia harus mendapatkan uang secepat mungkin agar bisa menutup mulut mereka semua.Ada sebuah jalan pintas yang terpikir oleh Adi. Dia bisa mendapatkan pinjaman uang dengan cepat pada rentenir. Tapi konsekuensinya dia harus membayar tepat waktu karena lintah darat selalu saja menghisap darah dengan kuat tanpa ampun."Hanya itu saja solusinya sekarang. Nggak ada yang lain," gumamnya lirih.Adi tahu dengan jelas kalau ini merupakan sebuah solusi sekaligus konsekuensi yang berat karena jika dia melakukan kesalahan maka habis s
Bab 155Tatang menghentikan mobilnya setelah memasuki area rumah sang majikan. Dia melirik sekilas ke arah Handi dan tersenyum tipis."Pak Handi sudah memikirkannya matang-matang, bukan?"Handi yang hendak membuka pintu mobilnya itu tampak berhenti dan menoleh ke arah supirnya. Dia menganggukkan kepalanya dengan cepat tanpa ragu sedikitpun.Tanpa banyak bicara, Handi langsung keluar dari mobilnya. Sedangkan Tatang kini segera memarkirkan mobil majikannya itu ke dalam bagasi. Tak berselang lama, Handi membuka pintu rumahnya dan saat itulah dia disambut oleh sosok gadis kecil bak malaikat yang kini berada tepat di hadapannya."Selamat datang, Om Handi!"Wajah Putri terlihat berbinar senang ketika melihat kepulangan Handi. Gadis kecil itu bahkan tak segan untuk menyambutnya."Hari ini capek nggak, Om?"Handi mengangguk pelan. "Sedikit," jawabnya."Kata Ibu, orang dewasa itu pasti capek karena kerja dan harus dapat uang. Putri kalau sudah dewasa nanti mau cepet-cepet kerja biar bisa bant
Bab 156Handi tersenyum tipis sambil menatap layar monitor yang kini tengah menyala. Dia masih ingat dengan jelas senyum canggung yang ditampakkan oleh Siti.Entah bagaimana perasaan Siti, dia hanya ingin berusaha lebih jauh lagi agar bisa membuat wanitanya itu bisa membuka hati."Dia sangat manis kalau tersenyum," lirihnya.Tak bisa dipungkiri, perasaannya kini semakin jelas dan Handi sadar kalau dia memang sudah jatuh hati pada Siti.Aneh memang jika dipikirkan kembali karena Handi selama ini hampir tak pernah dekat dengan wanita manapun. Tapi nyatanya dia benar-benar bertekuk lutut ketika berhadapan dengan Siti.Handi menghela napas perlahan. Pria itu melirik ke arah gelas yang kini kosong. Ada pikiran aneh yang mulai hinggap di dalam kepalanya dan Handi memutuskan untuk pergi ke dapur.Langkah kakinya terdengar menggema. Dia menuruni tangga dan perjalanan dekat ke arah dispenser.Diliriknya sosok wanita yang kini tengah sibuk memotong ayam. Tanpa sadar dia tersenyum tipis ketika m
Bab 157"Pak, apa yang ingin anda tanyakan?"Handi tersentak kaget. "Ah? Soal itu ... masa iddah mu sudah selesai, bukan?"Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Sudah, Pak. Memangnya kenapa, ya?"Bukannya menjawab pertanyaan dari Siti, pria itu justru tampak tersenyum tipis."Nggak apa-apa, saya hanya penasaran."Jawaban Handi tentu saja masih belum bisa memuaskan rasa penasaran yang muncul di dalam hati Siti.Apalagi majikannya itu tiba-tiba bertanya tentang masa iddah. Rasa-rasanya cukup aneh jika pertanyaan itu muncul hanya karena sebuah rasa penasaran saja."Benar tidak ada yang ingin anda tanyakan lagi, Pak?"Handi mengangguk pelan. Siti menghela napas. "Kalau begitu saya akan lanjut memasak lagi," ujarnya.Namun sebelum dia berhasil berlalu pergi, Handi tiba-tiba menarik tangan Siti. Alhasil, Siti menoleh dengan tatapan terkejut."A-ada apa, Pak?"Tangan Handi yang kekar terasa mencengkram kuat. Siti meringis pelan, rasanya memang tak sakit. Tapi cukup untuk membuatnya kaget.
Bab 159Handi tersenyum tipis ketika pintu ruang kerjanya kembali tertutup rapat. "Sepertinya ada sedikit perubahan," gumamnya lirih.Handi menatap soto yang kini tampak mengepulkan asap. Aromanya bahkan sangat menggiurkan dan membuat perutnya kini keroncongan.Tanpa basa-basi sedikitpun pria itu segera meraih sendok dan mulai mengaduk sotonya. Perlahan-lahan dia mencicipi kuah dan seperti biasanya, Siti memang tak pernah salah soal masakan."Ini enak," pujinya tulus.Soto tanpa perlu tambahan saus dan juga sambal bahkan rasanya sangat nikmat. Handi mulai memakannya. Terkadang pria itu kembali memikirkan tentang caranya untuk mendekati Siti. Masih ada banyak hal yang harus dipelajari karena selama ini memang tak pernah dekat dengan wanita manapun.Handi takut melakukan kesalahan. Dia tak ingin dianggap buruk lagi oleh Siti. Apalagi wanita itu tadi telah mengutarakan isi hatinya yang tak suka ketika diabaikan.Di waktu yang bersamaan, Putri telah masuk ke kamarnya. Sedangkan Siti kin
Bab 159Handi tersenyum tipis ketika pintu ruang kerjanya kembali tertutup rapat. "Sepertinya ada sedikit perubahan," gumamnya lirih.Handi menatap soto yang kini tampak mengepulkan asap. Aromanya bahkan sangat menggiurkan dan membuat perutnya kini keroncongan.Tanpa basa-basi sedikitpun pria itu segera meraih sendok dan mulai mengaduk sotonya. Perlahan-lahan dia mencicipi kuah dan seperti biasanya, Siti memang tak pernah salah soal masakan."Ini enak," pujinya tulus.Soto tanpa perlu tambahan saus dan juga sambal bahkan rasanya sangat nikmat. Handi mulai memakannya. Terkadang pria itu kembali memikirkan tentang caranya untuk mendekati Siti. Masih ada banyak hal yang harus dipelajari karena selama ini memang tak pernah dekat dengan wanita manapun.Handi takut melakukan kesalahan. Dia tak ingin dianggap buruk lagi oleh Siti. Apalagi wanita itu tadi telah mengutarakan isi hatinya yang tak suka ketika diabaikan.Di waktu yang bersamaan, Putri telah masuk ke kamarnya. Sedangkan Siti kin
Bab 160Tepat di malam ini, Siti menyerahkan bab terakhir novelnya kepada editor. Tak berselang lama dia mendapatkan kabar bahwa novelnya itu akan siap cetak dalam satu minggu kedepan.Setelah selesai berbalas pesan dengan editornya, Siti kini berbalik menatap putrinya yang sudah tertidur lelap. "Sebisa mungkin aku nggak akan mengeluh lelah asalkan ini semua demi kebaikanmu, Put."Sebagai seorang ibu tunggal, Siti tentunya tak ingin membuat anaknya tumbuh kekurangan. Sudah cukup dia disia-siakan dan juga dihina oleh orang lain, tapi putrinya tak boleh merasakan hal pahit itu.Siti menghela napas perlahan. Tabungannya gini sudah terkumpul cukup banyak dan itu semua cukup untuk hidup selama beberapa tahun ke depan. Tapi dia tak memiliki keinginan untuk mengundurkan diri sebagai asisten rumah tangga. Siti masih ingat dengan jelas bagaimana dulu hidupnya terluntang-lantung dan hanya Handi yang mau menerimanya sebagai pembantu. Itu semua bahkan didapatkannya dari bantuan Dirga, suami Eva.
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili