Bab 15"Aku harus pulang sekarang karena suamiku sudah ada di parkiran kantor," jelasnya singkat sambil merapikan pakaiannya yang sempat kusut karena berada di dalam dekapan Adi."Bilang saja lembur," usul Adi. Dia masih ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama dengan Yayuk. Yayuk menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku nggak mau karena resikonya besar."Adi mendengus kesal. Yayuk sangat egois dan terlalu takut akan resiko. Padahal jelas sejak awal wanita itu tahu kalau berkhianat pasti ada konsekuensinya.Adi kembali mendekat dan mendekap tubuh Yayuk. Tapi dengan cepat wanita itu langsung berusaha untuk menepisnya."Jangan bertingkah kekanakkan, deh! Lagipula aku nggak mau suamiku curiga!" sentaknya.Adi memutar bola matanya dengan malas karena dia kembali mendapatkan penolakan dan Yayuk bahkan tak segan menepis tangannya."Aku cuma mau memelukmu sebentar saja, Yuk! Apa itu salah?"Yayuk berhenti mengemas barangnya. Dia kini beralih menatap Adi. Yayuk terdiam sejenak, nam
Bab 16Adi terburu-buru masuk ke dalam kantornya. Semalam dia lembur dan pulang jam 22.00 WIB. Bukan hanya rasa lelah yang menguasai, namun kantung matanya juga tampak menghitam.Untungnya, Adi tak terlambat. Namun begitu dia masuk ke ruang departemennya, Yayuk ternyata ada di sana. Wanita itu tampak mengulas senyum tipis saat melihat kedatangan Adi. "Pagi," sapanya.Tapi sayangnya, pria itu justru melengos dan memilih duduk di kursi kerjanya.Kening Yayuk tampak berkerut karena bingung. Dia lantas mendekat perlahan-lahan."Ada apa?"Adi mendengus kasar. "Urus saja pekerjaanmu," sinisnya.Adi masih saja merasa marah. Bukan hanya ditinggal pulang, Yayuk juga mengabaikan pesannya sejak semalam.Kesal, itulah yang dirasakan Adi."Emangnya aku berbuat salah, ya? Kamu ini semakin hari aneh sikapnya, Di!" protesnya sambil melipat kedua tangan tepat di depan dada.Adi yang tengah menyalakan komputer, lantas menoleh dan menatap lekat netra hitam milik Yayuk. Dia tak habis pikir dengan sikap
Bab 17Mata Yayuk tampak melotot dengan sempurna setelah melihat dokumen di tangannya. Kini pandangannya beralih menatap sosok Adi. "Apa kamu sudah gila?!"Kening Adi tampak berkerut. "Aku masih waras, Yuk. Kenapa kamu heboh sendiri, sih?"Yayuk mengusap wajahnya dengan kasar. Dia tak habis pikir dengan Adi. Dokumen di tangannya berisi laporan keuangan bulanan yang diisi dengan acak dan palsu."Apa kamu berniat untuk membuat rahasia kita terbongkar?"Adi menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Mana mungkin aku melakukan hal bodoh seperti itu?"Yayuk melempar dokumen itu ke atas meja. Napasnya kini tampak memburu naik turun karena emosi. "Lalu kenapa kamu membuat laporan seperti ini?!"Adi menghela napas berat sambil berdecak kesal. "Memangnya ada yang salah? Nggak 'kan?"Tanpa rasa bersalah sedikitpun, Adi mengangkat bahunya dengan acuh. Sikap Adi barusan membuat wanita itu kembali terpantik amarah. "Kamu benar-benar sudah gila, Di! Pak Handi bisa saja curiga saat melihat isi laporan
Bab 18Adi berjalan menuju ke ruangannya. Sesekali dia bersiul sambil mengulas senyum tipis saat bertemu karyawan lain. Pria itu merasa bangga karena kinerjanya kini tak lagi diragukan oleh Handi. Dia bahkan hanya perlu menunggu waktu untuk memanen hasil kerja kerasnya."Wih, Pak Adi keliatannya lagi happy, nih?" tanya salah satu karyawan yang seringkali menjilat.Adi terkekeh pelan sambil menepuk pundak pria itu. "Pastinya, dong! Makanya … kamu kerja yang benar biar bisa dipuji sama atasan," sindirnya.Pria itu tersenyum kecut. Perkataan Adi barusan jauh lebih mirip seperti sebuah hinaan. Walau Adi memang tersenyum saat mengatakannya, namun hal itu tak mengurangi sedikitpun rasa sakit hati dari orang yang mendengarnya"Sudah dulu, ya. Maklum, orang sibuk kerjaannya banyak!" Setelahnya, Adi pergi menjauh meninggalkan seorang karyawan yang kini tampak mengepalkan tangannya dengan erat."Dasar orang belagu! Lihat saja nanti, dia bakal kena batunya sendiri!"Adi menghentikan langkahnya s
Bab 19Siti membuka ruang kerja milik Handi. Diliriknya ruangan yang lebarnya tidak lebih dari 5x5 meter itu tampak rapi dan juga bersih.Perlahan ia masuk sambil membawa sebuah kemoceng di tangannya. Tanpa menunggu lagi, Siti mulai membersihkan setiap sudut ruangan itu. Dia tak perlu menghabiskan banyak waktu apalagi tenaga untuk membersihkannya. Sebab Handi selalu merapikan barang-barangnya sendiri. Wanita itu beralih membersihkan sebuah rak yang diisi berbagai buku. Namun tiba-tiba pandangannya teralihkan pada sebuah buku bersampul biru muda. Buku itu tampak paling berbeda diantara buku yang lainnya. Rasa penasaran membuatnya refleks mengulurkan tangan dan meraih buku itu. Ternyata buku bersampul biru muda itu adalah sebuah novel romansa.Kening Siti tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. Dia merasa cukup heran. Sebab Handi terlihat seperti orang yang tak menyukai hal-hal manis, apalagi berhubungan dengan romantisme."Aneh ... apa beliau menyukai novel seperti ini?
Bab 20Yayuk meletakkan segelas kopi yang baru saja diseruputnya. Pandangan matanya tanpa kosong karena ada banyak hal yang membuat kepalanya terasa berdenyut nyeri.Mungkin Adi memang sudah menyelesaikan masalah tentang laporan keuangan bulanan. Tapi entah mengapa hatinya terasa gelisah.Hatinya diliputi dengan rasa takut karena selama ini dia telah berbuat kecurangan agar bisa mendapatkan lebih banyak uang.'Apa sebaiknya aku diam dulu selama beberapa hari ke depan, ya?' batinnya.Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya perlahan. Yayuk terpekik kaget sambil menoleh dengan tatapan terkejut."Adi?!"Bukannya merasa bersalah karena telah mengejutkan Yayuk, Adi justru mengulas senyum tipis.Wajah Yayuk kini tanpa kesal karena tadi sempat membuatnya merasa khawatir dan juga bertindak dengan semena-mena."Ngapain datang kesini?" tanyanya dengan nada bicara yang terdengar.Kening Adi tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. Dia lantas menarik kursi dan duduk tepat di samping Yayu
Bab 21Setelah Handi sampai di rumahnya, dia bergegas naik ke lantai atas menuju kamar pribadinya untuk membersihkan diri karena kini pakaiannya tampak cukup basah.Namun sebelum langkahnya memasuki anak tangga, Putri tiba-tiba memanggil namanya."Om Handi!"Langkah Handi terhenti seketika dan pria itu menoleh ke arah sosok gadis kecil yang berdiri tak jauh darinya. Wajah tampannya yang diguyur air hujan kini tampak sedikit pucat."Om ... makan malamnya sebentar lagi siap," ungkap gadis itu.Handi mengangguk kecil. Dia lantas berjalan menaiki tangga dan meninggalkan gadis kecil yang masih berdiri di tempatnya.Hujan deras masih mengguyur kota, bahkan sesekali terdengar petir menggelegar langit.Handi masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower. Air hangat kini mulai membasahi tubuh atletisnya secara perlahan. Tak ingin membuang waktu terlalu lama, Handi menyelesaikan acara mandinya dan segera memakai pakaiannya.Dia menatap ke arah luar dari jendela kamar. Udara dingin membuatnya sedi
Bab 22Adi keluar dari kamar mandi dengan sebuah handuk kecil yang melingkar di pinggangnya. Sesekali terdengar siulan keluar dari mulutnya. Dia makin tak sabar untuk menerima Yayuk."Aku udah mandi, nih. Mau kita mulai sekarang?" selorohnya sambil mengangkat wajah yang sejak tadi menunduk.Namun saat itulah matanya tampak membulat dengan sempurna karena tak ada seorangpun di dalam kamar."Lho, dimana dia?"Adi sangat yakin sebelum dia masuk ke kamar mandi, Yayuk masih ada di sana.'Tapi apa-apaan ini?' batinnya.Pria itu mencoba mencari ke setiap sudut kamar. Namun tetap saja tak menemukan Yayuk. Adi lantas meraih ponselnya yang tergeletak di atas kasur dan mencoba untuk menghubungi wanita itu. Namun meski beberapa kali mencoba untuk menelepon, Yayuk tak kunjung mengangkatnya.Kening Adi tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. Bahkan Yayuk tidak mengirimkan pesan apapun."Sebenarnya dia pergi kemana, sih?!" Kesal, itulah yang dirasakan oleh Adi.Padahal adik kecilnya ki
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili