Bab 23Handi mengulurkan sebuah amplop pada Siti. Mata wanita itu kini tampak berbinar dan membungkukkan badannya sejenak sebagai tanda terima kasih karena dia telah mendapatkan upah untuk pertama kalinya."Terima kasih, Pak Handi. Saya akan bekerja lebih baik lagi," ujarnya.Handi mengangguk pelan. "Oh, ya. Tolong panggilkan Putri," perintahnya.Kening Siti tampak berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu satu sama lain. Namun dia hanya bisa mengangguk patuh dan bergegas keluar untuk memanggil anaknya.Setelah menuruni tangga, matanya tampak memicing saat melihat sosok gadis kecil yang kini tengah sibuk menata piring di atas meja makan."Putri," panggilnya.Putri yang merasa namanya dipanggil sontak langsung menoleh dan mendekat ke arah ibunya."Iya, Bu. Ada apa?"Siti mengelus pelan puncak kepala putrinya dengan lembut. Seulas senyum tipis tampak merekah di wajahnya secara perlahan."Pak Handi memintamu untuk pergi ke ruang kerjanya, Nak. Pergilah," tuturnya.Wajah gadis kecil it
Bab 24Siti menyimpan amplop berisi uang gajinya ke dalam dompet. Seulas senyum tipis tampak menghiasi wajah ayunya yang tampak kelelahan.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia berhasil mendapatkan uang hasil dari kerja kerasnya."Alhamdulillah, Ya Allah."Siti tak memungkiri rasa bahagia yang kini menyelimuti hati kecilnya. Bahkan setiap menit, lantunan syukur terucap dari bibir ranumnya.Dulu, Siti seringkali diremehkan oleh Adi dan ibu mertuanya. Tak jarang dia harus menelan pil pahit karena dihina habis-habisan. Padahal setiap nominal yang dia keluarkan hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tapi setiap hal yang dilakukannya seolah dianggap salah oleh Adi. Terlebih lagi saat suaminya kembali dihasut oleh ibunya.Siti menghela napas perlahan. Tak ada waktu baginya untuk terus mengingat masa lalunya. Sekarang dia harus fokus dengan pekerjaannya serta pendidikan Putri. Sebentar lagi, gadis kecil itu akan memasuki sekolah dasar.Siti yakin kalau uang yang dia keluarkan
Bab 25Bu Retno baru saja pulang setelah pergi bertemu dengan para teman sosialitanya. Dia bahkan menghabiskan uang yang siang tadi dirikim oleh Adi, untuk mentraktir teman-temannya. Tentu saja hal itu sengaja dilakukannya agar bisa dipandang tinggi dan juga terhormat. Bu Retno sangat yakinteman-temannya akan semakin kagum, sekaligus iri. Dia berdendang riang saat memasuki rumah. Namun keningnya tampak berkerut saat lampu rumahnya belum dinyalakan."Apa Adi belum pulang?" gumamnya lirih sambil mencari saklar lampu.Begitu lampu dinyalakan, wanita paruh baya itu terpekik kaget saat melihat sosok pria tampak tak karuan tengah duduk tepat di sofa sambil menatapnya dengan tajam."Adi?! Kenapa kamu kayak hantu, sih? Bikin Ibu jantungan aja!" bentaknya kesal sambil mengusap-usap dadanya.Detak jantungnya kini bahkan masih berpacu kencang. Andai saja dia memiliki riwayat penyakit jantung, mungkin kini nyawanya telah melayang.Bukannya merasa bersalah karena telah mengejutkan ibunya, Adi han
Bab 26Handi tampak sibuk memeriksa dokumen yang baru saja diterimanya dari Rosa. Rencananya bulan depan dia akan membuat cabang perusahaan baru di luar kota.Setelah mencari tempat yang cukup strategis untuk membuat perusahaan, Handi berhasil menemukannya meski dia juga harus merogoh kocek lebih mahal."Pak, untuk cabang baru apakah kita akan menugaskan beberapa tim lapangan?"Handi mengangguk pelan. "Benar. Kita butuh tim lapangan agar bisa mengecek keadaan sekitar dan juga mempromosikan barang-barang kita ke konsumen."Rosa mengangguk patuh. Handi memang telah mempersiapkan segalanya sejak awal dan pria itu juga telah merancang berbagai produk baru agar bisa menggaet konsumen.Bukan hanya bisnis properti, namun dia juga memiliki bisnis di bidang kecantikan serta makanan.Rencananya Handi akan membangun cabang baru khusus makanan khas daerah sekitar agar konsumen juga tertarik tapi tetap menyukai hidangan lokal.Netra hitam pria itu masih menatap lembar demi lembar isi dokumen di ta
Bab 27Beberapa karyawan kini telah berkumpul di ruang rapat. Tak lama direktur serta sekretarisnya datang dan rapat akan segera dimulai.Handi tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan mengecek para karyawan yang diperintahkan untuk mengikuti rapat. Netra hitamnya tampak memicing saat melihat sosok Adi dan yayuk. Pria itu lantas memberi kode pada sekretarisnya dan Rossa mengangguk pelan sambil memulai rapat."Seperti yang kita semua ketahui bahwa Pak direktur berencana untuk membangun cabang baru di luar kota agar bisa memperluas jangkauan konsumen," ujar wanita berambut sebahu itu.Para karyawan tampak mengangguk pelan. Mereka semua cukup antusias setelah mendengar tentang rencana pembangunan cabang baru di luar kota.Apalagi Adi yang memang sudah menunggu-nunggu kesempatan agar bisa meraup lebih banyak uang. Sebagai anggota di bagian departemen keuangan, Adi dan Yayuk memang bertugas untuk menyalurkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan."Untuk lokasinya sudah ditentukan d
Bab 28Rosa sejak tadi tampak mencuri-curi pandang ke arah Handi. Pria itu sebenarnya sadar namun dia mencoba untuk diam sejenak. Rasa tak nyaman pada akhirnya membuat pria itu memutuskan untuk menoleh dan balik menatap sosok sang sekretaris."Apa ada yang ingin kamu katakan Rossa?"Wanita itu tampak tersentak kaget. Namun dengan cepat dia langsung menundukkan kepalanya perlahan sebagai tanda permintaan maaf."Maaf, Pak Handi. Saya tidak bermaksud untuk bersikap tidak sopan," ujarnya.Handi menganggukkan kepalanya perlahan. "Tak masalah. Ada apa?"Rossa meremas ujung jarinya sendiri agar bisa menekan perasaan ragu yang sempat muncul di dalam hatinya. Bagaimanapun juga dia harus menanyakan tentang alasan mengapa sang atasan tiba-tiba memutuskan untuk membentuk tim lapangan baru."Sebenarnya saya merasa penasaran karena anda tiba-tiba berencana untuk membentuk tim lapangan baru dan merekrut Pak Adi Sucipto," ungkapnya.Handi menghela napasnya perlahan. Sejak awal dia sudah bisa menebak
Bab 29Sebelum Putri berlalu pergi dari ruangannya, Handi kembali memanggil gadis kecil itu agar mendekat."Ada apa, Om?" tanyanya penasaran.Pria itu lantas beranjak dari sofa dan membuka tas kerja miliknya sambil meraih sebuah kotak berisi handphone baru yang dibelinya beberapa saat lalu."Put, Om sudah belikan handphone untuk Ibumu. Nah, ambilah," ujarnya seraya mengulurkan sebuah box berisi ponsel terbaru.Mata gadis kecil itu kini tampak berbinar senang saat menerima sebuah kotak berisi handphone. Putri mendongakkan kepalanya dan menatap lekat sosok Handi."Tapi ini 'kan mahal, Om?"Putri sangat yakin kalau harga sebuah ponsel tidaklah murah karena Siti bahkan harus menghemat banyak uang agar bisa menabung untuk membelinya.Handi menggelengkan kepalanya perlahan sambil mengusap pelan puncak kepala gadis kecil di hadapannya dengan lembut."Nggak apa-apa, Put. Lagipula Om biasanya memang membelikan ponsel pada para pegawai yang membutuhkannya," kilahnya.Perkataan Handi barusan han
Bab 30Adi tampak bersiul beberapa kali sebelum dia masuk ke dalam rumahnya. Bu Retno yang tengah menonton TV tampak menoleh dengan kening yang berkerut karena merasa penasaran saat melihat putranya datang sambil berdendang riang."Kelihatannya kamu lagi senang, ya? Ada apa?" tanyanya penasaran.Adi terkekeh pelan saat mendengar pertanyaan ibunya. Pria itu memang tengah merasa senang karena sebentar lagi akan meraup banyak uang.Adi lantas duduk di sofa dan meraih cemilan yang berada di atas meja. Namun pria itu hampir lupa tak menjawab pertanyaan sang Ibunda tercinta.Bu Retno tampak memasang wajah kesal karena merasa diabaikan oleh putranya. Apalagi wanita paruh baya itu sejak tadi berada di rumah dan menghindari beberapa teman sosialita yang mengajaknya untuk pergi keluar.Bukan tanpa alasan, Bu Retno memang sengaja melakukannya karena dia memegang uang. Wanita paruh baya itu sangat yakin kalau image-nya akan dipandang buruk jika ketahuan tak memiliki uang."Kenapa diam saja, Di? I
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili