Share

4. Nata Vampire

Author: Chanie1001
last update Last Updated: 2021-06-12 09:55:55

    Kanya mengusap perutnya yang terasa penuh, baru kali ini dia merasa kenyang setelah makan. Biasanya baru tiga suap Kanya berhenti saking malasnya mengunyah, itu terjadi kalau sedang tidak nafsu makan!

"Kita kayaknya belum kenalan?" celetuk Fajar membuat Kanya menatapnya dengan senyum canggung.

"Aku Kanya." kata Kanya pelan, dia tidak bisa ramah pada orang baru. 

Fajar mengulurkan tangan."Gue Fajar." setelahnya Fajar melempar senyum ramah.

Kanya meraih uluran itu lalu melepaskannya dan beralih pada Qiano.

"Qian.."

Kanya mengangguk dengan senyum canggung, Qiano tidak seramah Fajar.

"Kita dulu sering nginep di tempat Nata tapi semenjak lo ada kita ga ke sana lagi, takut ganggu." jelas Fajar yang membuat Kanya semakin canggung.

Ganggu? Memangnya dia dan Nata sibuk apa? Kesannya Kanya selalu menghabiskan waktunya dengan Nata pikir Kanya kesal.

Apa pemikiran Fajar sama dengan pemikiran orang lain? Menganggap dia selalu menghabiskan waktu bersama Nata? Jika iyah, sungguh sialan!

"Main aja, kita beda kamar, ga akan ganggu." serobot Kanya dengan tidak nyaman, agak kesal juga.

"Beneran?" tanya Qiano seraya melirik Nata.

Nata menyeruput jus jeruk yang di pesannya."Kalian bakalan ganggu waktu gue berduaan sama Kanya, jangan deh." tolaknya dengan begitu santai.

Kanya membolakan matanya lalu menepuk bahu keras milik Nata dengan kesal."Sembarangan! Kalian jangan salah paham, semua ga sesuai dengan yang kalian pikirin." kata Kanya kelabakan, dia mencoba meyakinkan.

Sungguh Nata, sialan!

Fajar dan Qiano melirik keduanya, baru kali ini Nata di pukul tidak marah. Biasanya ke senggol sedikit dia akan langsung marah tidak jelas. 

Nata biasanya dalam mode senggol bacok.

Fajar mengulum senyum penuh arti, senang rasanya Nata normal sedangkan Qiano terdiam menatap keduanya, Qiano seperti bukan melihat Nata yang selama ini di kenalnya.

Nata lebih cerah, lebih main ekspresinya walau kecuekan masih melekat pada sosoknya.

Haruskah Qiano senang?

"Santai aja, kita maklum kok." balas Fajar ramah lalu menyeruput jusnya.

Kanya hendak kembali bersuara namun tidak jadi, merasa percuma. Nata mengusap peluh di pelipis Kanya dengan tangannya. Kanya sontak menepis tangan Nata.

Nata melirik Fajar."AC ga nyala Jar?" tanya Nata seraya melirik AC di pojok ruangan.

Fajar menepuk jidatnya."Aduh Lupa gue." ringisnya merasa bodoh, dia bergegas berdiri dan menuju ke arah di mana AC berada.

Kanya mengusap keringat di kening dan lehernya, Pantas saja gerah. Nata ikut mengusap leher Kanya, Kanya mundur dengan menatap Nata tidak suka.

"Jangan pegang - pegang!" ketus Kanya galak.

Fajar terbahak pelan seraya kembali duduk."Dulu banyak banget cewek yang mau di pegang Nata, sekarang baru pertama kali gue liat ada yang nolak sentuhan seorang Nata, padahal dia dulu terkenal gay." terangnya masih di selingi tawa pelan.

Kanya tidak peduli, walau Nata tampan tetap saja di mata Kanya Nata sudah tercoreng jelek! Minusnya sudah terlalu banyak! Nata sungguh tidak lulus baginya!

Nata tersenyum kecil."Maka dari itu gue suka, Kanya. Dia beda, kayak ada manis - manisnya." aku Nata dengan begitu santai.

Fajar melongo dan agak geli mendengarnya. Sungguh horror!

Kanya mencebikkan bibirnya sebal, gombalan Nata tidak akan mempan!

Nata mengusap rambut Kanya yang lagi - lagi Kanya tepis."Please! Jangan banyak kontak fisik! Aku ga suka kamu deket - deket!" teriak Kanya kesal lalu beranjak meninggalkan Nata yang hanya menatap kepergiannya.

Fajar dan Qiano melongo kompak.

"Lo di tolak Nat?" tanya Fajar tak percaya lalu setelahnya terbahak.

Qiano hanya diam, melirik Nata yang biasa saja.

*** 

Kanya menghela nafas penuh kelegaan, setelah mencuci muka dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur membuatnya nyaman.

Setidaknya stressnya berkurang.

"Saatnya pakai pelembab supaya saat pagi kulit kenyal, lembut dan tidak kusam." monolog Kanya dengan antusias ala model kosmetik. Beberapa jemarinya mengetuk kulit pipi.

"Lucu banget sih."

Kanya menjerit kaget, suara Nata membuatnya mendadak jantungan rasanya.

"Ngapain kamu di kamar aku, Nata!" amuk Kanya dengan nafas terengah menahan kesal dan kagetnya.

Tatapan Kanya terlihat tajam dan penuh rasa waspada.

Nata bangun dari rebahannya."Salah kamu yang ceroboh! Pintu engga di kunci saat kamu mandi! Kalau aku masuk ke kamar mandi gimana?" tanya Nata seraya melangkah mendekati Kanya lalu berhenti dua langkah di depan Kanya

"Cabul!" gumam Kanya dengan kesal.

Kanya merutuki kebodohannya karena tidak bisa menghilangkan kebiasaan buruk itu. Kanya terbiasa tidak mengkunci kamarnya saat di rumah.

Kanya menghela nafas pendek."Em, yaudah keluar! Aku mau tidur." usir Kanya dengan wajah di tekuk muram, dia harus mengontrol emosi. Bisa cepat tua kalau dia terus marah - marah, jangan sampai banyak kerutan di wajahnya.

"Bohong." kata Nata dengan kekehan pelan.

Kanya menautkan alisnya."Apasih! Bohong apa? Emang bener mau tidur juga!" ketus Kanya dengan mendelik judes, bodo amatlah dengan keriput!

Nata menjitak pelan kening Kanya."Katanya mau pake pelembab!" gemasnya.

Kanya meringis pelan, lagi - lagi terlihat bodoh di depan Nata."Itu bukan urusan kamu ya! Kamu keluar sana." paksa Kanya seraya mendorong tubuh yang terasa berat itu.

Dasar batu!

Nata membalik badannya lalu mengusap leher Kanya yang wangi Vanilla itu sekilas."Selamat malam, selamat tidur." ucap Nata lalu berlalu meninggalkan Kanya yang menggeram kesal.

Lagi - lagi dia di sentuh sembarangan!

***

Kanya memicingkan matanya curiga. Apa mungkin Nata itu Vampire? kenapa sangat suka sekali dengan lehernya.

Mata Kanya membola, kaget dengan pemikirannya. Apa jangan - jangan setelah pacaran nanti atau bahkan menikah nanti, Nata akan menggigit lehernya lalu merubahnya menjadi vampire seperti dirinya?

Kanya berdecak lalu terkekeh pelan, tidak percaya dengan apa yang di pikirkannya.

"Ga usah berlebihan! Apaan sih." gumam Kanya lalu beranjak untuk mematikan lampu.

Setelah mematikan lampu Kanya masuk ke dalam selimut, menarik nafas panjang lalu mulai memejamkan matanya dengan rileks.

Mencoba berpikir positif.

tok tok tok!

Kanya membuka matanya, baru saja akan menjemput mimpi! Dengan kesal Kanya turun dari kasur, menyalakan lampu lalu membuka pintu.

"Ap—"

"Surat pemberitahuan dari sekolah." potong Nata lalu berlalu.

Kanya menatap surat di tangannya dengan penasaran. Kanya menutup pintu lalu membuka surat itu.

"Pemberitahuan tentang eum, APA?! Liburan dalam acara ulang tahun sekolah? Asyik!" pekik Kanya dengan berjoget - joget tidak jelas lalu mematikan lampu dan menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Dia akan cepat tidur malam ini karena auranya sungguh positif.

"Yes! Pokoknya besok harus siap - siap, aduh senengnya akan ke pantai." sambung Kanya dengan begitu histeris. Kedua kakinya menendang - nendang selimut yang tidak berdosa, berguling - guling hingga kelelahan.

Nata yang berada di balik pintu hanya mengulum senyum, merasa rencananya berhasil. 

Ide liburan ini memang idenya yang tidak bisa di tolak oleh keluarganya maupun pihak sekolah karena Nata anak satu - satunya yang akan mewarisi semua aset keluarga Giofar. Selama ini tidak ada yang pernah menolak keinginannya.

Sultan mah bebas, yakan?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
privilege mah bebassss
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Katanya Dan Nyatanya   5. Liburan

    Kanya merapihkan pakaian ke dalam koper kecil. Memasukkan semua yang di perlukan ke dalam tas gandongnya."Kayaknya udah siap! Ah dompet! Hampir aja, nyawa utama padahal." monolog Kanya seraya meraih dompet di meja belajar."Oke udah beres, keluar harus tanpa Nata!" tambah Kanya dengan penuh tekad.Kanya menyeret kopernya keluar kamar, sebelum kembali melangkah Kanya mengamati keadaan sekitar yang tampak sepi.Kanya melanjutkan langkahnya dengan bersenandung pelan, Kanya membuka pintu keluar lalu menjerit kaget saat melihat Nata berdiri dengan begitu kerennya.Nata kalau sudah tidak pakai seragam begitu terlihat sangat keren. Hitam - hitam, tampan! Ah ralat! Lebih ke seperti malaikat pencabut nyawa! Dumel Kanya."Lama banget, Semua udah jalan duluan.""HA!? Te-terus kita?" Kanya mengedarkan matanya liar.Asrama me

    Last Updated : 2021-06-12
  • Katanya Dan Nyatanya   6. Pulau Untuk Kanya

    Nata tersentak kaget di tidurnya hingga membuatnya terjaga. Mimpinya tentang Kanya membuat Nata gila.Nata dalam mimpi menatap bibir merah alami milik Kanya di tambah kulit mulusnya yang bersinar dalam mimpinya membuatnya semakin gila.Nata mengerang pelan, kadang saat pagi sedang puncak - puncaknya. Tanpa kata Nata pergi ke kamar mandi lalu bersiap menuju ke tempat Kanya.Nata menggeleng tak percaya dengan ke-keboan Kanya, sepertinya gadis itu tidak berniat liburan. Nata menghampiri Kanya lalu menggoncang pelan tubuhnya.Kanya masih tak bergeming, tidak ada cara lain Nata harus melakukan cara yang satu ini. Dengan gemas Nata mencubit hidung Kanya agar gadis itu sulit bernafas."Ha! Aduh ayah!" pekiknya dengan terengah - engah, menghirup oksigen dengan begitu rakusnya."Udah jam 9 pagi, ga mau ke pantai?" tanya Nata dengan begitu santai.

    Last Updated : 2021-06-12
  • Katanya Dan Nyatanya   7. Kamu Milik Aku Kanya.

    Nata meraih kaca mata hitam dan topi hitam di atas kopernya lalu memakainya. Di liriknya Kanya yang tengah mengikat rambutnya. Begitu cantik."Ga usah di iket! Mau aku serang saat di sana nanti?"alis Nata bertaut serius.Kanya menarik lagi ikatannya dengan kesal, mendelik ke arah Nata dengan sebal lalu meraih kasar topi dan kaca mata hitamnya."Udah puas?" tanya Kanya sewot nan jutek.Nata membuka pintu, mempersilahkan Kanya agar segera keluar."Awas aja kalo jelalatan liat bule - bule, aku ga ak—""Ga usah banyak ngomong! Ayo, aku ga sabar liat pulau yang KATANYA punya aku itu." jengkel Kanya, di tambah perutnya sedang sakit karena PMS.Lagian, siapa Nata? Kenapa harus mengaturnya seperti ayahnya saja. Kanya semakin sebal.Nata menutup pintu hotel lalu meraih lengan Kanya."Kamu kalo lagi datang bulan ngomel mulu." keluh Nata

    Last Updated : 2021-06-12
  • Katanya Dan Nyatanya   8. Nata Gelap Mata

    Nata menggendong Kanya lalu meletakannya di atas kasur yang berada di dalam pesawatnya. Nata melirik asisten yang di kirim papanya yang kini berdiri di belakang Nata."Jangan kasih tahu daddy sama mommy kalau gue bawa cewek liburannya, oke?" pinta Nata penuh peringatan."walau acara sekolah tetep aja mereka engga boleh tahu kalau gue berduaan sama ni cewek." lanjutnya."Baik, tuan muda." dengan patuh asistennya menjawab.Nata menyelimuti Kanya yang terlelap, Nata sengaja mencampurkan obat tidur pada minuman Kanya agar Kanya tidak kelelahan selama perjalanan pulang."Lo keluar." usir Nata pada Bima, sang asisten yang sama umurnya dengan Nata."Baik, tuan muda."Setelah kepergian Bima, Nata bergegas Naik, memeluk Kanya dengan posesif. Sampai kapanpun Kanya tidak akan dirinya lepaskan.Nata mencuri ciuman di kening Kanya.Nata me

    Last Updated : 2021-06-12
  • Katanya Dan Nyatanya   9. Pacaran Dengan Si Pemaksa

    Cantik memang tapi wajahnya tak bersahabat, Kanya terlihat sebal. Kanya sebenarnya Malas keluar asrama apalagi malam - malamNamun lagi - lagi karena kekuasaan Nata membuatnya tidak bisa menolak."Bawa jaketnya." Nata melangkah di depan Kanya.Kanya meraih jaketnya dengan tak bertenaga."Mau kemana sih? Besok sekolah." lirih Kanya benar - benar malas bepergian."Makan di luar sayang, berapa kali sih harus di jelasin." Nata masih fokus menalikan sepatunya.Kanya mendengus pelan, Nata masih saja memanggilnya sayang. Membuat telinganya geli!"Di undur bisa? Aku mau tidur aja." pinta Kanya sedikit merengek, wajahnya di tekuk malas."Sebentar sayang, cuma makan." Nata berdiri lalu menghampiri Kanya agar cepat memakai sepatu."Males pake sepatu." kata Kanya mencari alasan agar jangan berangkat."Aku pakein." Nata me

    Last Updated : 2021-06-12
  • Katanya Dan Nyatanya   10. Bertemu Keluarga

    Nata duduk dengan santai, sedangkan Kanya gelisah di sampingnya. Kanya melirik Nata yang sepertinya tidak terganggu dengan Aura Kakaknya yang tengah marah."Nata Giofar, kakak bisa panggil Nata." kata Nata memperkenalkan diri dengan senyum sopan."Giofar?" beo Karel sedikit terkejut.Nata mengulum senyum, untuk pertama kalinya Nata bangga dengan nama belakangnya."Iyah kak, Giofar." senyum Nata kembali terbitkan."Woah! Kamu serius mau sama Kanya?" tanya Karel takjub.Kanya merapatkan kuat - kuat bibirnya saat mendengar itu. Dasar memang rese kakaknya itu."Emangnya kenapa kak? Ada yang salah sama Kanya?" tanya Kanya penuh penekanan."Haha, lucu aja, cewek galak kayak kamu laku dek." kekeh Karel.Karel berganti menatap Nata dengan serius, mengabaikan Kanya yang terlihat akan meledak itu.

    Last Updated : 2021-06-12
  • Katanya Dan Nyatanya   11. Melakukan Kesalahan.

    Kanya bangun dari tidurnya saat mendengar suara ricuh perabotan di dapur. Seseorang sepertinya sedang memasak pikir Kanya dengan berjalan sempoyongan.Matanya bahkan masih saja menutup sesekali, kantuk masih bergelayut manja di kedua matanya.Saat mendengar pergerakan, Nata berbalik dengan tangan memegang spatula."Udah bangun. Sini, bantu aku masak." pintanya datar.Kanya menghampiri Nata dengan sebelah tangan mengucek matanya.Sudah seminggu Nata tidak menegurnya membuat Kanya nyaman sekaligus tidak nyaman. Dia cukup terganggu."Masak apa?" tanya Kanya dengan suara sedikit serak, mata sayu.Nata melirik Kanya sekilas."Nasi goreng biasa." jawabnya dengan acuh tak acuhKanya melirik Nata sekilas, Nata tampak berbeda setelah kejadian satu minggu yang lalu. Nata seperti menghindari Kanya. Itu nyata, bukan perasaanny

    Last Updated : 2021-06-12
  • Katanya Dan Nyatanya   12. Kanya Yang Kesepian.

    Nata mengantri di belakang Kanya, di ikuti siswa - siswi lainnya. Makan siang kali ini Kanya tampak murung, Kanya merasa gelisah akan perbuatannya dengan Nata yang tak berpikir panjang.Kanya merasa kembali menyesal. Padahal kejadian malam itu sudah lama berlalu."Maju." bisik Nata.Kanya tersadar lalu melangkah maju mengambil beberapa suir ayam balado. Kanya kembali diam membuat Nata mengamatinya dalam."Kita makan di tempat biasa."Kanya menoleh sekilas lalu mengangguk, tak ingin beradu argumen dengan Nata.Kanya masih tak percaya dengan apa yang di lakukannya. Pikirannya tidak bisa tenang.Kanya tahu Nata akan tanggung jawab tapi rasanya tetap saja tidak nyaman.Usia tidak ada yang tahu, harusnya dia sadar soal itu. Masa depan sulit di tebak.Perkataan bisa dengan mudah di ucapkan, tapi takdir tidak m

    Last Updated : 2021-06-12

Latest chapter

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Akhir dari semua kisah

    Revan duduk dengan tenang, justru perasaannya kini senang. Sedangkan Bella menunduk dalam, dia terlihat malu."Kan! Mereka udah dewasa, ketakutan aku terjadikan!" Dewi menatap Dewa dengan emosi dan berkaca - kaca."Iyah, kalau tahu gini aku dari awal engga kasih izin.." Dewa meraih bahu Dewi, mengusapnya agar tenang."Kalau hamil gimana? Rieta pasti kecewa!" Dewi menyeka air matanya, perasaan Rieta pasti hancur kalau sampai itu terjadi.Revan terhenyak, rasa senangnya lenyap. Benar juga, Rieta kalau tahu pasti kecewa dan akan merasa bersalah. Revan harusnya menjaga Bella."Kalian keluarnya di dalam atau luar?" Dewi menatap Revan dengan masih marah.Bella semakin tidak berani mengangkat kepalanya.Revan menjilat bibirnya yang tiba - tiba kering, jakunnya mulai bergerak saat menelan ludah."Da-dalem ma.." Revan menunduk,

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Kembali Bersama

    Bella tersenyum dengan tersipu, tangannya yang dingin kini di genggam erat oleh Revan. Rasanya Bella kembali pada masa ABG labil, berdebar dan malu - malu."Di sini kalo pagi emang gini, dingin.." Revan menatap Bella dengan senyum tipis.Revan masih tidak percaya kalau Bella ada di rumahnya, bahkan saat membuka mata Bella ada di sampingnya.Revan ingin menyinggung pernikahan tapi rasanya Revan ragu, dia tidak mau melukai Bella yang belum sembuh dari gagal nikahnya dengan Fadil."Iyah, parah dinginnya.." Bella mengamati sekitarnya, padahal matahari sudah menyapa cukup tinggi.Revan mengubah posisi, di peluknya Bella dari belakang."Biar anget.." katanya di atas kepala Bella, Revan menyandarkan kepalanya di kepala Bella.Bella menggigit bibirnya, menahan senyum yang takutnya terlalu lebar."Bell.." panggil Revan lembut.

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Berdua Bersamamu

    Revan membantu Dewi untuk duduk, kini mereka sudah kembali ke rumah. Satu bulan lebih berlalu, operasi kecil pun dengan lancar Dewi laksanakan.Revan dan Bella pun mulai terlihat seperti semula, tanpa canggung atau berusaha menghindar. Hubungannya bisa di bilang membaik namun tidak sedekat dulu, Bella pun tidak seagresif dulu.Bella di sibukan dengan bisnis barunya yang baru buka, Bella membuka toko kecil namun berisi bunga dan peralatan lain untuk kado."Bella kok jadi jarang jenguk bunda?" tanya Dewi setelah meraih gelas air yang di berikan Revan.Dewa melirik sang istri."Mungkin sibuk, ayah denger Bella buka bisnis ya?" tanya Dewa.Revan mengangguk."Baru buka minggu kemarin.." jawab Revan."Kamu kenapa ga bantu Bella?" tanya Dewi dengan penasaran."Katanya Bella ga mau di ganggu dulu." balas Revan lesu, seminggu lebih tidak bertemu

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Pengakuan

    Revan menghentikan mobilnya di depan pintu gerbang rumah Bella, sepertinya untuk bertemu Rieta tak bisa sekarang."Bunda di dalem?" tanya Revan setelah membantu Bella membuka sabuk pengaman.Bella menggeleng."Lagi di rumah tante, acara syukuran anaknya.." balasnya dengan suara parau dan mata sembab.Revan mengangguk samar, syukurlah. Jika pun ada Revan tak bisa bertemu sekarang. Revan harus bergiliran menjaga sang bunda dengan ayahnya yang harus lembur."Kapan pulang?" tanya Bella."Nunggu mama sembuh.." balas Revan dengan memperhatikan Bella yang ternyata gemukan.Revan merasa lega, itu artinya Fadil menjaga Bella dengan baik."Mau jenguk, tapi nunggu matanya sembuh.." jelas Bella dengan bibir di tekuk. Moodnya masih belum baik."Hm, gih masuk. Istirahat.."Bella mengangguk."Makasih untuk

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Patah Hati Kedua

    Bella mendial nomor Fadil, tumben selama dua hari ini Fadil tidak segesit biasanya."Kak Bell.."Bella menoleh lalu tersenyum ramah."Eh ada Ratu.." sapanya seraya memeluknya sekilas."Kakak lagi belanja juga?" tanyanya dengan riang."Hm, kamu ke sini sama siapa?" tanya Bella seraya mengusap anak gadis yang kini sudah masuk ke kelas dua SMA itu."Loh?"Bella menoleh, sama kagetnya dengan Fadil kini. Orang yang sulit di hubungi olehnya ternyata sedang belanja."Kalian saling kenal?" tanya Ratu senang."aku sepupu kak Fadil kak dan aku kenal sama kak Bell karena waktu itu kak Bell bantu tolongin anjing Ratu yang kejebak ikatannya di besi pinggir jalan.." terangnya riang.Bella yang berpikiran negatif sontak tertawa pelan."Kirain dia selingkuh.." gemas Bella pada Fadil.Fadil tersenyum, meraih pinggan

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Kebenaran

    Bella terus berceloteh di samping Revan yang kini tengah makan bersama Fadil, Dewa dan Dewi."Iyah Bell, udah makan dulu.." Revan menyimpan udang yang sudah di kupas ke nasi Bella."Makasih.." kata Bella seraya menyudahi celotehannya lalu melirik Fadil di samping kirinya.Fadil menyeka keringat di poni Bella dengan tissue lalu membantu Bella mengupas udang. Fadil harus menghentikan Revan, biar soal mengurus Bella kini menjadi urusannya.Revan melirik keduanya dengan mood down. Revan salah berpikir Bella akan terus menunggunya. Mungkin Revan terlalu percaya diri kalau Bella tidak akan berpaling."Makasih.." kata Bella saat Fadil memberikan udang yang sudah di kupas cangkangnya.Dewi mengamati gerak - gerik anaknya. Sebagai ibu dia sangat paham dengan perasaan Revan.Sudah berapa kali dirinya menasihati Revan tapi tetap saja tidak

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Karma Untuk Revan

    Fadil menggeleng samar, Bella sudah makan langsung tidur siang. Pantas saja pipinya gembul, menggemaskan.Fadil memperhatikan posisi Bella yang tidur dengan posisi duduk dan kepala bersandar di kepala sofa.Nyaman namun nanti akan membuatnya sakit. Fadil memutuskan untuk memandang wajah Bella.Damai, bulu mata lentik, alis tebal dan hampir menyatu dengan bulu - bulu halus di keningnya."Monyet, kamu banyak bulu di wajah ternyata.." gumamnya seraya mengusap bulu halus itu lalu turun ke hidungnya yang mungil namun mancung.Hingga jempolnya berakhir di bibir tipis yang merona alami. Ada kumis tipis yang menghiasi.Hubungannya setelah berstatus masih bisa di bilang mingguan belum bulanan, apa boleh mengecupnya sekilas? Pikir Fadil."Mau cium Bella?"Fadil tersentak sangat kaget di duduknya bahkan membuat Bella terja

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Bella Dan Fadil

    "Aduh! Dosennya semoga belum dateng" heboh Bella dengan kedua kakinya yang pendek terus berlari melewati lorong yang akan membawanya semakin masuk ke dalam kampus.Fadil menaikan satu alisnya saat melihat Bella berlari begitu saja tanpa meliriknya.Fadil menyusulnya lalu menarik jaket Bella yang sontak membuat gadis itu berhenti dengan memekik kaget."Kemana? Kelas kita di sana kali" tunjuk Fadil kearah sebrang Bella."Ha! Belum ada dosen?" tanya Bella dengan nafas terengah."Hm, makanya kalo lagi ngomong teleponnya jangan di matiin! Tahu rasakan!" cemoohnya seraya melepaskan jaket Bella.Bella menggeram, bukan salahnya tapi justru salah Fadil yang selalu berbicara setengah - setengah dan kadang tak jelas. Membuatnya salah paham terus."Au ah! Males gue sama lo!" amuk Bella lalu berlari pelan menuju kelas di ikuti Fadil yang berjalan santai.

  • Katanya Dan Nyatanya   Sequel II : Perpisahan

    Bella gelisah, Bella tengah berdiri di balik pilar. Mencoba bersembunyi dan mengintip Revan yang kini tengah berbicara dengan Melia, kakak kelas mereka."Bella hanya temankan? Terus kenapa kamu ga bisa terima aku?" tanyanya seraya meraih tangan Revan.Revan menatap Melia, gadis di depannya memang menarik tapi Revan tidak ingin terganggu oleh hubungan rumit di masa SMA.Revan hanya ingin lulus lalu terbang ke negara yang akan mendidiknya menjadi atlit."Sorry.." setelah mengucapkan itu Revan berlalu.Bella menghela nafas lega, namun juga prihatin atas penolakan Revan. Bella kembali menarik nafasnya, kali ini dengan berat.Orang terdekat saja di abaikan, apalagi orang luar. Bella semakin tidak bisa menjangkau Revan rasanya.Bella membawa langkahnya untuk kembali masuk ke dalam gedung sekolah yang semakin r

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status