Home / Lainnya / Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko / Bab 32 : Adian Senang Nurah Minggat

Share

Bab 32 : Adian Senang Nurah Minggat

Author: Ahmalia T
last update Last Updated: 2023-11-10 10:05:58

Nizam menatap lemari yang sebagian isinya di ambil seperlunya oleh Nurah. Pagi mengejutkan yang tak diduga penghuni rumah lainnya namun juga diam-diam melegakan bagi Adian.

Mengendap-endap mencari tahu asal suara keponakannya yang meninggi samar-samar. Ia melihat Nurah yang pergi tanpa berkata apa pun.

Sambil melongok ke lantai atas dan mendapati pintu kamar utama terbuka, Adian naik dan mendapati Nizam yang termangu di tempat tidur. Menyadari pamannya menuju ambang pintu, Nizam bergegas memasukkan bon yang digenggamnya ke saku celana.

“Kenapa bundamu pergi dengan membawa tas besar dengan muka masam? Dia minggat?” Adian menatap keponakannya yang berwajah tegang.

“Kami habis bertengkar. Tolong jangan tanya apa yang membuat kami bertengkar ya Om. Aku mau menenangkan diri dan istirahat ke rumah Ibu dulu,” balas Nizam tanpa menoleh sambil beranjak keluar meninggalkan Adian.

“Yah, apapun yang terjadi antara kau dan bundamu tak usah terlalu dihiraukan,” ucap Adian sambil Nizam berlalu tur
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 33 : Nurah Mengakui Sempat Berbohong

    Nizam mengelakkan bahu untuk menghalau tangan Sasmita. Sasmita mengulurkan tangan untuk menangkup wajah anaknya namun ditepis lagi. Hati Sasmita mencelus. Dengan napas tercekat Sasmita berusaha menata kalimatnya.“Aku tahu ini terdengar seperti yang kupikirkan hanya aku sendiri. Tapi, ibumu ini dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Mengerikan sekali jika aku menjadi tersangka karena sidik jari yang tertinggal dan aku sendiri tak mampu membayar pengacara. "Bagaimana caranya Nurah sudah didampingi kuasa hukum tanpa bayaran? Dia mendapatkannya karena ayahmu selalu di belakangnya. Bahkan setelah tiada ayahmu masih memberi perlindungan padanya.”“Sudah. Aku capek mendengarnya! Aku mohon jangan terlalu menyalahkan ayah!” Nizam hendak beranjak ke kamarnya sendiri namun terhenti seiring lanjutan kalimat Sasmita.“Kau selalu berada di sisi ayahmu dan tak pernah memihakku!”Nizam mengepalkan tangan untuk membendung gemuruh yang menderu dadanya. Ia sudah terlalu lama menahan amarah dan rasa k

    Last Updated : 2023-11-10
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 34 : Nurah Pergi Bersama Malik

    Napas Nurah tercekat. “Tapi, menurutku Nizam hanya menggertakku. Dia tidak selugu itu sampai mengarahkan mendiang ayahnya sebagai perusak properti milik ibunya. Aku mengenalnya dengan baik. "Bagaimana dia sangat mengagumi dan bangga akan ayahnya. Anak itu sangat menghormatinya dan bukan tipe anak yang banyak tingkah.” “Sudah berapa lama sejak kalian bertengkar?”“Sudah hampir lewat setengah jam.”“Kalau begitu jangan membuang waktu. Lebih baik kita pergi ke kantor polisi sekarang untuk menambah keteranganmu. Semoga saja Inspektur Kurniawan sedang di kantor. Anggotanya juga tak apa. Kita akan bertemu di Polsek.” Buru-buru Nurah membalas. “Anu. Aku meninggalkan motor di rumah sana. Aku tidak mau ke sana dulu dan di sini tidak ada kendaraan. Bisakah aku menumpang satu motor denganmu?”“Oh. Baiklah. Aku akan menjemputmu. Bagikan saja lokasinya nanti. "Ngomong-ngomong. Selama beberapa hari sejak kesaksian pertama, apakah tidak ada yang mengawasi atau orang asing yang memperhatikan ruma

    Last Updated : 2023-11-11
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 35 : Pembicaraan Singkat Dengan Inspektur Kurniawan

    "Kau hanya perlu tetap mengatakan kau memang tahu masalah pembelian racun itu namun khawatir itu akan memberatkan Adil. "Katakan saat itu kau ketakutan dan juga terkejut bahwa racun ditemukan di gudang jadi kau memilih berkata tak tahu apa-apa. Instingmu waktu itu adalah otomatis menghubungkan kejadian gagal panennya Sasmita lantaran lebih separuh racun itu berkurang. "Dan yang kau ketahui bahwa almarhum Adil pernah memakai racunnya untuk membasmi hama kumbang. Tapi tak tahu jikalau racun itu disimpan di gudang. "Nota pembelian itu tak berdampak apa-apa meski kau ikut suamimu saat membelinya. Tak usah dulu menyinggung tuduhan Nizam padamu tentang keracunan ternak ikan ibunya,” jawab Malik panjang lebar sambil mengaitkan helm.Nurah mengangguk dan juga memasangkan helm miliknya sendiri. Ia menghela napas panjang sebelum naik ke boncengan. Santai saja dan konsisten mengatakan tak tahu apa pun, ucap Nurah dalam hati.***Malik dan Nurah mengisi buku tamu di resepsionis dan diminta men

    Last Updated : 2023-11-12
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 36 : Singgah Ke Tukang Es

    Setelah berpamitan Malik berjalan di koridor sambil meyakinkan dirinya atas posisi petugas resepsionis ke arah luar. Nurah yang melihat Malik lewat mengikutinya keluar. Sesampai di parkiran Malik berkata, “ Ada petugas polisi yang mengawasi kita dari rumahmu.”“Apa? Dari mana kau tahu?”“Inspektur itu tadi tahu kalau kita datang berboncengan. Dari mana dia tahu hal itu padahal ruangannya tak ada jendela yang bisa melihat ke halaman depan dan petugas di resepsionis juga tidak mungkin bisa melihat keadaan di luar untuk memberitahunya? "Aku yakin anggota Inspektur Kurniawan yang mungkin berkeliaran di lingkungan kalian memberi tahunya.”Nurah menelan ludah. Jadi memang benar ia sedang diawasi dari rumah. Rasa waswas yang aneh dan tak nyaman mulai dirasakannya.“Hanya itu yang dikatakannya? Aku kira kalian cukup lama.”Malik yang sedang mengaitkan helm menjeda gerakannya. Ia berdeham seolah sehabis bicara dengan Inspektur Kurniawan dan obrolan singkat pada Nurah telah menghabiskan kelem

    Last Updated : 2023-11-13
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 37 : Cerita Tragis Dari Si Penangkap Keong

    Malik melirik Nurah. “Begitulah. Seperti yang kubilang tadi, ada jejak seseorang yang ingin kupastikan saja.”Nurah ingin menahan diri untuk tak bertanya, namun keingintahuan mendorongnya membuka mulut. “Apakah jejak yang dimaksud berhubungan dengan kasus kita?” Nurah bertanya-tanya apakah penyebutan ‘kasus kita’ terdengar menggelikan atau tidak di kuping Malik.Malik sedikit lama untuk merespon. Mungkin seharusnya sejak tadi ia hanya perlu menjawab Nurah dengan jawaban pendek. “Yah, bisa jadi. Maaf, aku tak bisa mengatakan pastinya.”Nurah mengerti jika ada hal yang ingin diberitahu Malik pasti akan diberitahunya jug. “Berapa lama kau menjalani pekerjaan detektif?”“Sekitar lima tahun. Usaha jasa yang kubuka secara iseng.”“Kau tak pernah mencoba ujian masuk menjadi pegawai negeri?”“Dulu sekali aku pernah hampir mencoba ujian masuk BIN saat dua bulan aku mendirikan usaha. Sayang sekali ujiannya bertepatan dengan penguntitan yang krusial. "Kalau aku kehilangan momen, maka akan sul

    Last Updated : 2023-11-14
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 38 : Melihat Situasi

    "Teriakannya terdengar oleh warga yang baru memulai beraktivitas dan karena ini adalah anak sungai kecil, buaya tersebut yang berputar-putar berhasil dihalau dengan tombak bambu milik beberapa warga. "Si buaya meninggalkan tubuh sang anak akibat tombak bambu yang tertancap di salah satu mata buaya. Tubuh sang anak tetap utuh namun remuk. Anak itu sudah tak bernapas.”Malik terdiam menyimak cerita Si Penangkap Keong yang tak terduga. Ia bahkan baru teringat mengeluarkan ponsel untuk mencatat atau merekam suara Si Penangkap Keong agar mengesankan dirinya memang seorang penulis artikel. Si Penangkap Keong masih melanjutkan ceritanya.“Sejak kejadian langka buaya nyasar itu, warga ketakutan untuk ke sungai. Bahkan orang-orang menunggu agak siang barulah mereka berani untuk mengambil air. "Banyak yang lebih memilih untuk menggali sumur sendiri di halaman rumah meski air yang muncul berkeruh. "Tak lama kemudian turun hujan selama tiga hari berturut-turut. Mengakibatkan sungai tersebut

    Last Updated : 2023-11-15
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 39 :Nizam Yang Marah

    Malik sudah menuruni tanjakan. Malik sendiri tidak terlalu mempunyai tujuan. Satu hal yang pasti dari percakapannya dengan Si Penangkap Keong tadi, bahwa Saba memang sangat menyusahkan hidup Sasmita.Malik berjalan beberapa menit dan sampai sekitar sepuluh meter dari tiang listrik kediaman Adil. Ia menimbang-nimbang apakah menuju ke kediaman agen pengepul sawit atau tidak. Seperti biasa aktivitas di sana tampak normal dengan pekerjanya yang sibuk seolah rumah tersebut tidak mengalami kemalangan yang menimpa tuan sebelumnya.Di depan ruko Adil Jaya ada satu atau dua pembeli yang masuk. Tatapan Malik mengitari sekitar ruko melihat keadaan. Malik memutuskan untuk sedikit berjalan lantaran ia mulai menarik perhatian orang yang berlalu lalang karena terpaku di jalan. Saat mulai ragu-ragu apakah berlanjut jalan atau berbalik karena kemungkinan jika Malik mampir lagi ke ruko ia takkan diterima oleh penjaga maupun Sasmita sendiri, beberapa detik kemudian matanya melihat Nizam yang keluar da

    Last Updated : 2023-11-16
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 40 : Mencari Tahu Jejak Saba

    "Itu bukannya karena kau yang mengarahkan padaku karena kesibukanmu?”“Sama sekali tidak,” gelaknya. Kemudian ia berkata,” Di luar dari gambaran buruk orang terhadapnya, kau bisa lihat sejauh ini bahwa sebenarnya dia hanya perempuan tak berdaya di antara keluarga suaminya. "Baru saja aku mendapat kabar dari Pak Hito bahwa ibu Adil, Bu Haida menelepon untuk menanyakan urusan pembacaan warisan. Bu Haida mengklaim bahwa cucunya Nizam harus memperoleh kepastian beberapa aset peninggalan almarhum Adil. "Tentu saja Pak Hito takkan melanggar aturan dan kode etik. Bu Haida bahkan mengatakan Nurah punya gelagat mendorong Nizam untuk cepat pulang ke pesantren dan berhenti dari izin libur sekolahnya. "Bukankah aneh sekali? ‘Apakah dia berpikir agar usaha anakku akan dikelolanya sesuka hati? Bukan hanya Nizam, bahkan dia terlalu mengawasi Adian yang mengelola usaha pengepulan sawit. 'Jika ini cepat diselesaikan maka segalanya akan jelas kembali mengenai hak properti. Nizam cucu saya berhak me

    Last Updated : 2023-11-18

Latest chapter

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 54 : Adian

    Kemudian saat mereka memarkirkan motor masing-masing di halaman, tampaklah sebuah mobil suv melaju memasuki halaman seberang. Haida keluar dari kursi penumpang dan memasuki rumah. Tak berapa lama kemudian Adian juga muncul dan melihat-lihat ke arah mereka. Pandangannya tertumbuk pada mereka berdua. Sersan Feri melambaikan tangan dibalas juga dengan gerakan yang sama oleh Adian.“Mari kita ke sana sebentar,” ajaknya. Malik serta merta mengikuti langkah Sersan Feri menyeberang.“Anda dari mana Pak Adian?”“Saya dan Ibu baru saja menjenguk Nizam dan Sasmita. Sebenarnya Ibu berencana untuk ikut mendampingi mereka berdua sampai besok. Tapi kondisi kesehatannya sendiri tidak terlalu baik. Jadi beliau minta dijemput saja.” Adian lalu melirik Sersan Feri dan Malik bergantian. Tatapannya memancarkan keheranan melihat mereka berdua layaknya rekan kerja yang berdampingan.“Sebenarnya kami juga akan segera mengirim seorang petugas untuk berjaga di sana. Tapi, apakah tidak apa-apa tidak ada yang

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 53 : Selesai Dari Warung Nurah

    Sasmita tak tahu harus berkata apa. Meski ia menutup tirai di sebelah kiri harusnya omelan Haida bisa tercuri dengar pasien sebelahnya. “Maaf karena merepotkan kalian. Aku sungguh menyesal karena kecerobohanku.”Haida tak menanggapinya. Kerutan mukanya bertambah-bertambah. Diyuntaskannya sendokan terakhir ke mulut Nizam. Nizam hanya sanggup menghabiskan separuh nasinya dan Haida memilih tak memaksa Nizam menghabiskan makanannya.“Kalau begitu cepatlah makan. Kau harus segera pulih,” katanya menoleh pada Sasmita.Sasmita menurut dan membuka paket makan siangnya. Ia teringat kunjungan Sersan Feri dan Malik sebelum Haida tiba.“Kira-kira jam 10.00 tadi kami dikunjungi seorang petugas dan satu dari tim pengacara Nurah. Apakah mereka juga mendatangi Ibu?”“Tidak tahu. Seingatku yang terus datang dan menanyai adalah para wartawan. Sebenarnya aku tak keberatan jika satu atau dua wartawan yang menanyai. Tapi mereka membentuk kerumunan dan berkeliaran. "Sesekali mereka mengungkapkan simpati

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 52 : Ocehan Haida

    Adil melihat kesempatan atas kebangkrutan ayah Nurah sebagai peluang untuk mendapatkan si anak gadis? Sasmita merana karena kebutaan dan kebodohannya. Jika ia bisa curiga lebih awal, bisakah hubungan Adil dan Nurah tidak berlanjut? Ia tahu ia bisa menjadi tegas dan bertekad bulat tanpa berpikir tentang risiko. Ia tahu potensi dirinya. Tapi segalanya terlalu mengagetkan. Waktu itu Sasmita memilih menjauh sementara dan mengabaikan toko. Selang seminggu kepergian Sasmita, bukannya menyadari kekhilafan, Adil malah tampak tak terganggu akan sikap berontak istri sahnya. Yang ada Adil benar-benar menikahi Nurah secara siri dan memboyong Nurah ke rumah utama. Dan informasi ini lagi-lagi didapat dari salah satu petani langganan pupuk saat Sasmita kembali lagi membuka toko. Saat itu hanya Nizam seorang yang menguatkannya. Demi menghargai ibunya, ia bahkan juga tak menginjakkan kaki pada beberapa hari jadwal liburnya semenjak Nurah menjadi penghuni rumah. Namun Sasmita tak ingin sang anak i

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 51 : Masa Lalu

    Jika diingat lagi masa bagaimana ia dan Adil berjuang setelah Nizam lahir dan mertua lelakinya meninggal, Sasmita diam-diam kagum pada diri sendiri, atas kemampuannya turut menaikkan taraf hidup perekonomian mereka. Usaha pupuk yang laris, lalu mulai membuka pabrik pengepulan sawit, juga berhasil membeli beberapa petak tanah. Pada masa itu Sasmita hanya suka bekerja keras dan berbisnis. Ia sebenarnya tak terlalu mengharapkan lebih dan selalu memikirkan risiko terburuk. Sasmita melarang Adil untuk pergi ke dukun jika hendak memulai suatu usaha seperti lazimnya yang dilakukan beberapa kenalan wiraswastanya. Baginya pergi ke cenayang sekedar meminta wejangan atau pelaris usaha merupakan hal konyol. Mengapa dukun tersebut tidak duduk-duduk saja dan menggunakan pelarisnya sendiri untuk memperkaya dirinya. Sasmita bukanlah orang yang religius, tapi ia tak percaya dengan hal begituan. Dan Adil mendengar nasihatnya. Juga selalu mendengar pendapatnya jika hendak memulai sesuatu.Lalu Haida

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 50 : Haida Yang Cerewet

    Nurah terlihat ragu dan tak langsung menjawab. Petugas ini bisa saja berkata tak ada penggeledahan namun jika ada sesuatu yang menarik perhatiannya tentuIah ia takkan segan membawanya. Namun tentu Nurah tak perlu terlalu memikirkannya. Memangnya apa yang bisa ditemukan dari benda-bendanya? Nurah agak berdebar lalu melirik sekilas pada Malik dan Malik mengangguk pelan. Nurah bangkit dan menuntun keduanya masuk ke kamarnya. Kamar Nurah cukup sempit dan sederhana berukuran empat kali tiga meter. Ranjang singlebednya berupa kasur berisi kapuk yang mulai kehilangan kepadatannya. Di sudut terdapat nakas tempat kosmetik disusun lalu kaca petak sedang bingkai kayu bercat oranye di sangkutkan pada paku pinggir yang sekaligus sebagai tempat gorden jendela dikaitkan. Terdapat lemari portabel dengan tutup resleting. Masing-masing benda tampak dikumpul bersesakan namun cukup harmonis dan efisien. Sungguh kontras dengan kamar lamanya bersama Adil yang lima kali luasnya dari kamar ini. Sersan

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 49 : Berkunjung Ke Tempat Nurah

    Suara knalpot berdegum dari motor Sersan Feri membuat penghuni di dalam rumah memancing pandangan lewat jendela nako. Menyadari siapa yang tiba, Nurah buru-buru menuju pintu dan menyambut keduanya. Warung ibunya sedang kehadiran beberapa orang yang membeli mi sop untuk dibawa pulang. Jadi tidak terlalu sesak untuk Malik dan Sersan Feri makan di tempat. Nurah ikut membantu menyiapkan makan siang mereka. Ibu Nurah terlihat sesekali melirik kedua tamunya. Tersirat rasa takut, sungkan, dan penuh pertanyaan dari kelopak matanya yang turun. Sersan Feri juga minta sepiring nasi putih yang walau tak disediakan sebagai menu di warung. Jadi Nurah pergi ke dapur dan kembali dengan semangkok besar nasi. Ia bermaksud menyediakan tambahan ekstra untuk Malik. Malik sendiri tidak menyentuh nasi tersebut lantaran sulit baginya saat ini mengunyah lebih banyak dari semangkok mi. Ada yang lebih penting dari sekedar mengenyangkan perut. Nurah tidak bertanya tentang siapa satu tamunya lagi. Namun ia b

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 48 : Motif Itu

    “Dua bulan lalu ada kasus seorang istri yang membakar rumah selingkuhannya. Kemarin ada berita seorang anak yang meminta orang tuanya membelikan ponsel mahal dan karena ditolak, si anak membakar rumah. Dan juga seminggu lalu, ada seorang mantan pekerja di pabrik roti yang membakar pabriknya lantaran sakit hati dipecat sepihak. "Ke semuanya didorong oleh rasa marah dan sakit hati. Apakah orang yang membakar ruko merupakan pihak yang memiliki sakit hati pada Sasmita? Anda mendengar sendiri dia seperti menujukan tuduhan tak langsung dengan menyebut-nyebut Nurah. Bagaimana menurut Anda?”Malik mengedikkan bahu. “Saya akan berusaha tidak bias. Menurut keyakinan saya sementara, saya kira Nurah takkan melakukannya. Lagi pula Sasmita hanya mengatakannya secara tersirat. Dia juga tak yakin Nurah melakukannya. "Kenapa Nurah akan melakukan hal nekat yang makin mengarahkan perhatian polisi padanya? Dia sudah dicurigai sebagai tersangka pembunuhan Saba dan Adil. Saya yakin dia takkan malah menam

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 47 : Mencari Motif Pembakaran Ruko

    Sersan Feri lalu tersenyum kecut. “Saya akui. Kali ini saya cukup gugup dan kewalahan dalam menghadapi yang terjadi pada keluarga ini. Anda tahu betapa menyebalkannya pemberitaan di televisi meskipun saat kasus bandrek beracun tidak terlalu gencar diberitakan. "Dan sekarang orang-orang jadi menaruh perhatian lagi dan pasti akan mengarang-ngarang menurut versi mereka sendiri. Siapa lagi yang akan menjadi sasaran tumpuan? "Tentunya kami-kami ini yang harus lompat ke sana kemari. Sementara orang-orang pers pencari berita itu, kau lihat sendiri dibanding membantu mereka lebih suka membuat sesak TKP,” ujar Sersan Feri lalu mendengus kencang. Malik diam saja mendengarnya. Sersan Feri lanjut bicara.“Saya rasa sebentar lagi penyidik dari Polda akan mengambil alih kasus beruntun ini. Bahkan sebelum peristiwa ini terjadi sudah amat sulit kami para penyidik melacak jejak yang tepat. Bukannya tak ada titik terang, tapi segala sesuatunya harus ditindaki secara menyeluruh. Saya sendiri pasti

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 46 : Pembicaraan Di Pondok

    Sersan Feri menepuk pundak Firmansyah sebelum berbalik kembali lagi ke arah tempat tong.“Kita akan melihat apakah pelaku itu lewat belakang atau tidak,” ujarnya pada Malik yang saksama memperhatikan lingkar dalam tong tersebut. Sersan Feri melirik Malik.“Sudah tidak ada yang bisa di dapat di dalamnya. Salah satu anggota tim subuh tadi telah membawa beberapa serpihan yang sekiranya berguna untuk kelengkapan bukti.” Malik mengangguk.“Anda akan melihat rekamannya sekarang? Saya rasa penjaga kasir itu pegawai yang dimaksud Sasmita.” Malik memperhatikan kasir yang berdiri di pinggir bekas pintu.Sersan Feri langsung menuju ke arah kasir yang tempo hari sempat diajak Malik berbincang. Saat melihat Malik, tatapannya mirip dengan cara Sasmita melihat Malik yang muncul di rumah sakit. Si Kasir yang duluan menyapa.“Bu Sasmita bilang saya harus menunjukkan pada petugas rekaman CCTV.” Si Kasir bersama mereka berdua masuk ke ruko melewati bagian depan yang sebagian hancur dan naik ke lantai d

DMCA.com Protection Status