Beranda / Lainnya / Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko / Bab 27 : Bicara Pada Kasir Sasmita

Share

Bab 27 : Bicara Pada Kasir Sasmita

Penulis: Ahmalia T
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-07 10:18:26

“Iya. Pada waktu mereka menemukan racun di gudang, ponselku sempat diperiksa. Tak ada apa-apa disitu. Aku juga tak pernah berhubungan dengan Sasmita. Aneh sekali sampai aku dicurigai bersekongkol dengannya.”

Jika Kurniawan sampai memperingatkan Nurah tentang kenaikan statusnya dari saksi menjadi tersangka dengan hanya bermodal sidik jari-hal yang sama berlaku juga pada Sasmita, tidak ada keraguan akan terjadinya hal itu.

“Sekarang apa yang harus kulakukan jika aku menjadi tersangka?”

Baik Ilbi dan Malik merasa polisi tidak akan terburu-buru. Tapi peluang Nurah untuk lolos juga terlihat tidak mudah. Kesaksian Nurah terhadap Sasmita malah tidak meringankan Nurah sendiri.

Ilbi akhirnya berkata,” Nurah, bukan kau pelakunya kan?”

Nurah terkejut dengan pertanyaan Ilbi. Tangannya mulai sedikit gemetar. “Tentu saja tidak. Kenapa tiba-tiba bertanya begitu?”

Nurah tidak menyukai kegugupannya. Padahal ia tetap meyakini, jika memang tak bersalah, tak perlu merasa bersalah.

“Bagaimanapun lembaga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 28 : Merunut Kejadian Malam Itu

    “Tentu saja. Saya hanya ingin tahu pendapat Anda tentang Nurah, tapi Anda bilang tak pernah berinteraksi dengannya. "Jadi, seandainya Anda mengatakan suatu hal semisal Anda membenci Nurah, itu tidak mungkin, karena Anda tak pernah berinteraksi dengannya.”Gadis itu menatap Malik dengan bingung dan mencerna apa yang telah ia katakan pada Malik. Menurutnya, lelaki di depannya ini termasuk menarik dan berprospek sebagai pasangan yang diidamkannya jika tidak dalam situasi mereka yang berseberangan kubu dan perkataannya yang berbelit-belit. “Saya memang tak pernah berinteraksi dengannya.”“Maksud saya, apakah Nurah tak pernah mampir sebagai tetangga, atau entah sekedar bertegur sapa?”“Sepengetahuan saya tak pernah. Dan rasanya hal itu tak mungkin terjadi. Anda tahulah penyebabnya,” kata kasir itu.“Tapi Sasmita pernah meminta maaf dengan langsung datang ke rumah pada Adil dan Nurah. Mereka telah berdamai dan wajar di waktu kemudian mereka saling berkunjung dan berteman.”“Kalau bagia

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 29 : Hipotesis Gila

    Malik kemudian menuliskan seandainya Nurah yang menjadi pelaku. Waktu yang paling tepat memasukkan racun adalah setelah Saba pergi dari posko dan saat Sasmita keluar sebentar mengambil terpal. Malik memposisikan diri menjadi Nurah. Hal yang paling krusial adalah dari mana ia tahu Saba akan datang dan sampai menitipkan tumbler padanya? Berdasarkan kegiatannya yang sejak pagi sampai sore menunggui kolam, kemunculannya di posko tidak terlalu pasti. Bagaimana caranya Nurah mengetahui bahwa Saba akan datang malam itu dan dengan begitu bisa menyiapkan racun? Nurah tak pernah beranjak semenjak menjalankan tugas memasak. Jadi racun itu mesti memang telah dibawanya sejak awal. Tapi kapan ia tahu akan bertemu Saba dan punya kesempatan meracuninya. Selain itu luar biasa sekali jika Nurah sampai membawa racun bersamanya di saat targetnya tak jelas akan memberinya kesempatan memasukkan racun. Terlalu banyak kebetulan. Kemungkinan lain adalah seorang ART bernama Rani yang membawakan bungkusan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 30 : Nota Pembelian Racun Potas

    Kalau begitu, segala keterangan, sikap, serta jawaban-jawaban yang Sasmita dan Nurah katakan sudah diatur mereka sendiri. Seolah saling menyerang padahal saling melindungi. Sungguhkah ada kemungkinan dua orang ini untuk bersekongkol? Sejauh ini Malik belum menemukan alasan yang kuat untuk ide gila ini. Namun akan berbeda jika sebenarnya baik Sasmita maupun Nurah punya kegilaan yang tak tampak dari luar.Ada satu bagian paling penting untuk ditindak lanjuti. Ia harus mencari tahu siapa sebenarnya Saba dan mencari jejaknya.Malik mengirimkan pesan pada rekannya bernama Ben, rekannya di usaha jasa perdetektifan untuk mencari tahu tentang Saba.Keesokan hari menjelang siang masuk pesan dari Ben. Tanggal lahir, alamat, nomor rekening, sekolah dasar sampai lanjutan yang ditempuhnya Saba serta beberapa pekerjaan yang sempat dijalaninya. Satu informasi menarik adalah catatan bahwa pada akhir bulan Oktober, Saba sempat berurusan dengan kepala dusun yang juga melibatkan polisi desa di kabupat

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 31 : Nizam Mengusir Nurah

    “Kau menyimpannya? Siapa yang memberimu ini? Yah. Memang kami membelinya bersama-sama. Saat itu ayahmu membelinya untuk membersihkan sarang kumbang tanduk di satu pohon aren dekat kebun.” Nurah berusaha bicara setenang mungkin. Pastilah Faiz si orang pembukuan yang memberitahu Nizam akan pembelian berdasarkan nota ini. Racun ini dibeli bersama perkakas dan beberapa jenis pupuk yang dibelinya saat menemani Adil. Dan itu kira-kira tiga bulan yang lalu. Sebenarnya kebiasaan menyimpan nota penjualan dimulai dari Nurah sendiri. Agar bisa fleksibel dalam menghitung pengeluaran karena pembelian perkakas dan berbagai pupuk merupakan bagian kegiatan usaha. Hal ini sedikit menjadi bumerang bagi Nurah. “Hanya perlu sedikit untuk itu. Tapi kenapa yang tersisa sampai kurang setengah kilo? Ke mana sisanya? Ayah tak mungkin melakukan hal yang berakibat buruk pada Ibu walau dia membenci Saba!” Alis Nurah tertarik dengan tuduhan tak langsung Nizam ke arahnya. “Kau menuduhku yang meracuni kolam i

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 32 : Adian Senang Nurah Minggat

    Nizam menatap lemari yang sebagian isinya di ambil seperlunya oleh Nurah. Pagi mengejutkan yang tak diduga penghuni rumah lainnya namun juga diam-diam melegakan bagi Adian. Mengendap-endap mencari tahu asal suara keponakannya yang meninggi samar-samar. Ia melihat Nurah yang pergi tanpa berkata apa pun. Sambil melongok ke lantai atas dan mendapati pintu kamar utama terbuka, Adian naik dan mendapati Nizam yang termangu di tempat tidur. Menyadari pamannya menuju ambang pintu, Nizam bergegas memasukkan bon yang digenggamnya ke saku celana.“Kenapa bundamu pergi dengan membawa tas besar dengan muka masam? Dia minggat?” Adian menatap keponakannya yang berwajah tegang.“Kami habis bertengkar. Tolong jangan tanya apa yang membuat kami bertengkar ya Om. Aku mau menenangkan diri dan istirahat ke rumah Ibu dulu,” balas Nizam tanpa menoleh sambil beranjak keluar meninggalkan Adian.“Yah, apapun yang terjadi antara kau dan bundamu tak usah terlalu dihiraukan,” ucap Adian sambil Nizam berlalu tur

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 33 : Nurah Mengakui Sempat Berbohong

    Nizam mengelakkan bahu untuk menghalau tangan Sasmita. Sasmita mengulurkan tangan untuk menangkup wajah anaknya namun ditepis lagi. Hati Sasmita mencelus. Dengan napas tercekat Sasmita berusaha menata kalimatnya.“Aku tahu ini terdengar seperti yang kupikirkan hanya aku sendiri. Tapi, ibumu ini dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Mengerikan sekali jika aku menjadi tersangka karena sidik jari yang tertinggal dan aku sendiri tak mampu membayar pengacara. "Bagaimana caranya Nurah sudah didampingi kuasa hukum tanpa bayaran? Dia mendapatkannya karena ayahmu selalu di belakangnya. Bahkan setelah tiada ayahmu masih memberi perlindungan padanya.”“Sudah. Aku capek mendengarnya! Aku mohon jangan terlalu menyalahkan ayah!” Nizam hendak beranjak ke kamarnya sendiri namun terhenti seiring lanjutan kalimat Sasmita.“Kau selalu berada di sisi ayahmu dan tak pernah memihakku!”Nizam mengepalkan tangan untuk membendung gemuruh yang menderu dadanya. Ia sudah terlalu lama menahan amarah dan rasa k

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 34 : Nurah Pergi Bersama Malik

    Napas Nurah tercekat. “Tapi, menurutku Nizam hanya menggertakku. Dia tidak selugu itu sampai mengarahkan mendiang ayahnya sebagai perusak properti milik ibunya. Aku mengenalnya dengan baik. "Bagaimana dia sangat mengagumi dan bangga akan ayahnya. Anak itu sangat menghormatinya dan bukan tipe anak yang banyak tingkah.” “Sudah berapa lama sejak kalian bertengkar?”“Sudah hampir lewat setengah jam.”“Kalau begitu jangan membuang waktu. Lebih baik kita pergi ke kantor polisi sekarang untuk menambah keteranganmu. Semoga saja Inspektur Kurniawan sedang di kantor. Anggotanya juga tak apa. Kita akan bertemu di Polsek.” Buru-buru Nurah membalas. “Anu. Aku meninggalkan motor di rumah sana. Aku tidak mau ke sana dulu dan di sini tidak ada kendaraan. Bisakah aku menumpang satu motor denganmu?”“Oh. Baiklah. Aku akan menjemputmu. Bagikan saja lokasinya nanti. "Ngomong-ngomong. Selama beberapa hari sejak kesaksian pertama, apakah tidak ada yang mengawasi atau orang asing yang memperhatikan ruma

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-11
  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 35 : Pembicaraan Singkat Dengan Inspektur Kurniawan

    "Kau hanya perlu tetap mengatakan kau memang tahu masalah pembelian racun itu namun khawatir itu akan memberatkan Adil. "Katakan saat itu kau ketakutan dan juga terkejut bahwa racun ditemukan di gudang jadi kau memilih berkata tak tahu apa-apa. Instingmu waktu itu adalah otomatis menghubungkan kejadian gagal panennya Sasmita lantaran lebih separuh racun itu berkurang. "Dan yang kau ketahui bahwa almarhum Adil pernah memakai racunnya untuk membasmi hama kumbang. Tapi tak tahu jikalau racun itu disimpan di gudang. "Nota pembelian itu tak berdampak apa-apa meski kau ikut suamimu saat membelinya. Tak usah dulu menyinggung tuduhan Nizam padamu tentang keracunan ternak ikan ibunya,” jawab Malik panjang lebar sambil mengaitkan helm.Nurah mengangguk dan juga memasangkan helm miliknya sendiri. Ia menghela napas panjang sebelum naik ke boncengan. Santai saja dan konsisten mengatakan tak tahu apa pun, ucap Nurah dalam hati.***Malik dan Nurah mengisi buku tamu di resepsionis dan diminta men

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12

Bab terbaru

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 54 : Adian

    Kemudian saat mereka memarkirkan motor masing-masing di halaman, tampaklah sebuah mobil suv melaju memasuki halaman seberang. Haida keluar dari kursi penumpang dan memasuki rumah. Tak berapa lama kemudian Adian juga muncul dan melihat-lihat ke arah mereka. Pandangannya tertumbuk pada mereka berdua. Sersan Feri melambaikan tangan dibalas juga dengan gerakan yang sama oleh Adian.“Mari kita ke sana sebentar,” ajaknya. Malik serta merta mengikuti langkah Sersan Feri menyeberang.“Anda dari mana Pak Adian?”“Saya dan Ibu baru saja menjenguk Nizam dan Sasmita. Sebenarnya Ibu berencana untuk ikut mendampingi mereka berdua sampai besok. Tapi kondisi kesehatannya sendiri tidak terlalu baik. Jadi beliau minta dijemput saja.” Adian lalu melirik Sersan Feri dan Malik bergantian. Tatapannya memancarkan keheranan melihat mereka berdua layaknya rekan kerja yang berdampingan.“Sebenarnya kami juga akan segera mengirim seorang petugas untuk berjaga di sana. Tapi, apakah tidak apa-apa tidak ada yang

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 53 : Selesai Dari Warung Nurah

    Sasmita tak tahu harus berkata apa. Meski ia menutup tirai di sebelah kiri harusnya omelan Haida bisa tercuri dengar pasien sebelahnya. “Maaf karena merepotkan kalian. Aku sungguh menyesal karena kecerobohanku.”Haida tak menanggapinya. Kerutan mukanya bertambah-bertambah. Diyuntaskannya sendokan terakhir ke mulut Nizam. Nizam hanya sanggup menghabiskan separuh nasinya dan Haida memilih tak memaksa Nizam menghabiskan makanannya.“Kalau begitu cepatlah makan. Kau harus segera pulih,” katanya menoleh pada Sasmita.Sasmita menurut dan membuka paket makan siangnya. Ia teringat kunjungan Sersan Feri dan Malik sebelum Haida tiba.“Kira-kira jam 10.00 tadi kami dikunjungi seorang petugas dan satu dari tim pengacara Nurah. Apakah mereka juga mendatangi Ibu?”“Tidak tahu. Seingatku yang terus datang dan menanyai adalah para wartawan. Sebenarnya aku tak keberatan jika satu atau dua wartawan yang menanyai. Tapi mereka membentuk kerumunan dan berkeliaran. "Sesekali mereka mengungkapkan simpati

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 52 : Ocehan Haida

    Adil melihat kesempatan atas kebangkrutan ayah Nurah sebagai peluang untuk mendapatkan si anak gadis? Sasmita merana karena kebutaan dan kebodohannya. Jika ia bisa curiga lebih awal, bisakah hubungan Adil dan Nurah tidak berlanjut? Ia tahu ia bisa menjadi tegas dan bertekad bulat tanpa berpikir tentang risiko. Ia tahu potensi dirinya. Tapi segalanya terlalu mengagetkan. Waktu itu Sasmita memilih menjauh sementara dan mengabaikan toko. Selang seminggu kepergian Sasmita, bukannya menyadari kekhilafan, Adil malah tampak tak terganggu akan sikap berontak istri sahnya. Yang ada Adil benar-benar menikahi Nurah secara siri dan memboyong Nurah ke rumah utama. Dan informasi ini lagi-lagi didapat dari salah satu petani langganan pupuk saat Sasmita kembali lagi membuka toko. Saat itu hanya Nizam seorang yang menguatkannya. Demi menghargai ibunya, ia bahkan juga tak menginjakkan kaki pada beberapa hari jadwal liburnya semenjak Nurah menjadi penghuni rumah. Namun Sasmita tak ingin sang anak i

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 51 : Masa Lalu

    Jika diingat lagi masa bagaimana ia dan Adil berjuang setelah Nizam lahir dan mertua lelakinya meninggal, Sasmita diam-diam kagum pada diri sendiri, atas kemampuannya turut menaikkan taraf hidup perekonomian mereka. Usaha pupuk yang laris, lalu mulai membuka pabrik pengepulan sawit, juga berhasil membeli beberapa petak tanah. Pada masa itu Sasmita hanya suka bekerja keras dan berbisnis. Ia sebenarnya tak terlalu mengharapkan lebih dan selalu memikirkan risiko terburuk. Sasmita melarang Adil untuk pergi ke dukun jika hendak memulai suatu usaha seperti lazimnya yang dilakukan beberapa kenalan wiraswastanya. Baginya pergi ke cenayang sekedar meminta wejangan atau pelaris usaha merupakan hal konyol. Mengapa dukun tersebut tidak duduk-duduk saja dan menggunakan pelarisnya sendiri untuk memperkaya dirinya. Sasmita bukanlah orang yang religius, tapi ia tak percaya dengan hal begituan. Dan Adil mendengar nasihatnya. Juga selalu mendengar pendapatnya jika hendak memulai sesuatu.Lalu Haida

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 50 : Haida Yang Cerewet

    Nurah terlihat ragu dan tak langsung menjawab. Petugas ini bisa saja berkata tak ada penggeledahan namun jika ada sesuatu yang menarik perhatiannya tentuIah ia takkan segan membawanya. Namun tentu Nurah tak perlu terlalu memikirkannya. Memangnya apa yang bisa ditemukan dari benda-bendanya? Nurah agak berdebar lalu melirik sekilas pada Malik dan Malik mengangguk pelan. Nurah bangkit dan menuntun keduanya masuk ke kamarnya. Kamar Nurah cukup sempit dan sederhana berukuran empat kali tiga meter. Ranjang singlebednya berupa kasur berisi kapuk yang mulai kehilangan kepadatannya. Di sudut terdapat nakas tempat kosmetik disusun lalu kaca petak sedang bingkai kayu bercat oranye di sangkutkan pada paku pinggir yang sekaligus sebagai tempat gorden jendela dikaitkan. Terdapat lemari portabel dengan tutup resleting. Masing-masing benda tampak dikumpul bersesakan namun cukup harmonis dan efisien. Sungguh kontras dengan kamar lamanya bersama Adil yang lima kali luasnya dari kamar ini. Sersan

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 49 : Berkunjung Ke Tempat Nurah

    Suara knalpot berdegum dari motor Sersan Feri membuat penghuni di dalam rumah memancing pandangan lewat jendela nako. Menyadari siapa yang tiba, Nurah buru-buru menuju pintu dan menyambut keduanya. Warung ibunya sedang kehadiran beberapa orang yang membeli mi sop untuk dibawa pulang. Jadi tidak terlalu sesak untuk Malik dan Sersan Feri makan di tempat. Nurah ikut membantu menyiapkan makan siang mereka. Ibu Nurah terlihat sesekali melirik kedua tamunya. Tersirat rasa takut, sungkan, dan penuh pertanyaan dari kelopak matanya yang turun. Sersan Feri juga minta sepiring nasi putih yang walau tak disediakan sebagai menu di warung. Jadi Nurah pergi ke dapur dan kembali dengan semangkok besar nasi. Ia bermaksud menyediakan tambahan ekstra untuk Malik. Malik sendiri tidak menyentuh nasi tersebut lantaran sulit baginya saat ini mengunyah lebih banyak dari semangkok mi. Ada yang lebih penting dari sekedar mengenyangkan perut. Nurah tidak bertanya tentang siapa satu tamunya lagi. Namun ia b

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 48 : Motif Itu

    “Dua bulan lalu ada kasus seorang istri yang membakar rumah selingkuhannya. Kemarin ada berita seorang anak yang meminta orang tuanya membelikan ponsel mahal dan karena ditolak, si anak membakar rumah. Dan juga seminggu lalu, ada seorang mantan pekerja di pabrik roti yang membakar pabriknya lantaran sakit hati dipecat sepihak. "Ke semuanya didorong oleh rasa marah dan sakit hati. Apakah orang yang membakar ruko merupakan pihak yang memiliki sakit hati pada Sasmita? Anda mendengar sendiri dia seperti menujukan tuduhan tak langsung dengan menyebut-nyebut Nurah. Bagaimana menurut Anda?”Malik mengedikkan bahu. “Saya akan berusaha tidak bias. Menurut keyakinan saya sementara, saya kira Nurah takkan melakukannya. Lagi pula Sasmita hanya mengatakannya secara tersirat. Dia juga tak yakin Nurah melakukannya. "Kenapa Nurah akan melakukan hal nekat yang makin mengarahkan perhatian polisi padanya? Dia sudah dicurigai sebagai tersangka pembunuhan Saba dan Adil. Saya yakin dia takkan malah menam

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 47 : Mencari Motif Pembakaran Ruko

    Sersan Feri lalu tersenyum kecut. “Saya akui. Kali ini saya cukup gugup dan kewalahan dalam menghadapi yang terjadi pada keluarga ini. Anda tahu betapa menyebalkannya pemberitaan di televisi meskipun saat kasus bandrek beracun tidak terlalu gencar diberitakan. "Dan sekarang orang-orang jadi menaruh perhatian lagi dan pasti akan mengarang-ngarang menurut versi mereka sendiri. Siapa lagi yang akan menjadi sasaran tumpuan? "Tentunya kami-kami ini yang harus lompat ke sana kemari. Sementara orang-orang pers pencari berita itu, kau lihat sendiri dibanding membantu mereka lebih suka membuat sesak TKP,” ujar Sersan Feri lalu mendengus kencang. Malik diam saja mendengarnya. Sersan Feri lanjut bicara.“Saya rasa sebentar lagi penyidik dari Polda akan mengambil alih kasus beruntun ini. Bahkan sebelum peristiwa ini terjadi sudah amat sulit kami para penyidik melacak jejak yang tepat. Bukannya tak ada titik terang, tapi segala sesuatunya harus ditindaki secara menyeluruh. Saya sendiri pasti

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 46 : Pembicaraan Di Pondok

    Sersan Feri menepuk pundak Firmansyah sebelum berbalik kembali lagi ke arah tempat tong.“Kita akan melihat apakah pelaku itu lewat belakang atau tidak,” ujarnya pada Malik yang saksama memperhatikan lingkar dalam tong tersebut. Sersan Feri melirik Malik.“Sudah tidak ada yang bisa di dapat di dalamnya. Salah satu anggota tim subuh tadi telah membawa beberapa serpihan yang sekiranya berguna untuk kelengkapan bukti.” Malik mengangguk.“Anda akan melihat rekamannya sekarang? Saya rasa penjaga kasir itu pegawai yang dimaksud Sasmita.” Malik memperhatikan kasir yang berdiri di pinggir bekas pintu.Sersan Feri langsung menuju ke arah kasir yang tempo hari sempat diajak Malik berbincang. Saat melihat Malik, tatapannya mirip dengan cara Sasmita melihat Malik yang muncul di rumah sakit. Si Kasir yang duluan menyapa.“Bu Sasmita bilang saya harus menunjukkan pada petugas rekaman CCTV.” Si Kasir bersama mereka berdua masuk ke ruko melewati bagian depan yang sebagian hancur dan naik ke lantai d

DMCA.com Protection Status