Dalam video tersebut, Melissa juga Rudy tengah telanjang dan saling bergumul.Keduanya bagaikan binatang buas, mengeluarkan jeritan yang memalukan.Aku mematikan video tersebut dengan marah dan menatap wanita itu."Siapa kamu? Apa tujuanmu menunjukkan semua ini padaku?"Wanita itu memperbaiki letak kacamata hitamnya dan berkata dengan nada genit."Aku yakin, kamu sudah bisa menebak siapa diriku.""Sesama korban nggak perlu saling kenal.""Informasi ini mungkin berguna bagimu. Anggaplah aku berbaik hati dan memberikannya padamu."Setelah berkata seperti itu, wanita tersebut berbalik lalu pergi dan hanya menyisakan aroma harum di udara.Aku mengepalkan tinjuku dan merasakan mual di perutku.Wanita yang bisa memberikan video pribadi semacam ini, identitasnya tidak sulit untuk ditebak. Dia pasti wanita yang dekat dengan Rudy.Lantaran informasi ini, bayangan terakhirku mengenai diri Melissa langsung lenyap tak berbekas.Tubuhku belum pulih sepenuhnya. Aku masih harus tinggal di rumah sakit
Melissa mengambil flashdisk tersebut dengan perasaan bersalah. "Apa ini?"Aku mencibir, "Kamu bisa lihat sendiri kelakuanmu yang memalukan itu!"Tangan Melissa mulai gemetar dan dia pun membuka isi flashdisk tersebut di komputernya.Baru melihat sebentar, Melissa langsung mulai berteriak."Edwin, aku salah.""Aku akan segera menceraikanmu. Tolong jangan sebarkan video itu.""Kalau aku kehilangan reputasiku, Kak Rudy pasti nggak akan mau menginginkanku lagi."Rasa mualku kembali muncul mendengar Melissa berkata seperti itu.Aku nggak pernah membayangkan kalau pada saat seperti ini, hal pertama yang dipikirkan Melissa adalah bagaimana merebut hati kekasih gelapnya.Lantaran dia sudah membuatku mual, aku juga harus membuatnya mual."Boleh saja kalau mau cerai. Tapi, aku sudah mengajukan pinjaman puluhan miliar untuk mengembangkan perusahaan ini dan kamu akan menanggung setengah dari utang itu."Aku melemparkan slip pinjaman yang sudah kusiapkan sebelumnya ke hadapan Melissa.Melissa pun l
Kedua orang tuaku tertegun untuk sesaat. Kemudian, setelah memahami situasinya, mereka langsung menggebrak meja dengan marah."Dia benar-benar sudah keterlaluan. Jangan khawatir, Nak. Aku punya cara untuk membantumu melampiaskan amarahmu!"Ibuku sangat marah dan terlihat seperti ingin membelaku.Hidungku terasa pedih. Aku merasa begitu terharu, sampai-sampai ingin menangis."Nggak perlu, Bu. Dia pasti akan sengsara setelah meninggalkanku."Orang tuaku dengan sungguh-sungguh mengatakan jika mereka sudah terlalu tua untuk kembali bekerja.Mereka hanya punya satu anak dan bisnis keluarga masih membutuhkanku untuk mewarisinya.Aku pun merasa malu melihat uban yang perlahan tumbuh di kepala mereka.Selama bertahun-tahun, hanya demi Melissa, aku sudah menjauhi orang tuaku sendiri. Benar-benar anak yang tidak berbakti.Setelah kembali bersama orang tuaku, diam-diam aku mengambil alih bisnis keluarga.Dari luar, aku masih menjadi bos biro iklan "Era Baru" itu.Akan tetapi, sebagian besar energ
Setelah bekerja untukku selama beberapa tahun, Lusy-lah yang paling memahami keadaanku.Pada saat ini, Lusy memperhatikan wajahku dengan penuh perhatian dan menghiburku dengan hangat."Pak Edwin, jangan biarkan orang-orang busuk ini memengaruhi suasana hati Anda. Hari ini kita masih harus membicarakan masalah kerja sama.""Kalau nggak, aku akan turun tangan dan mengusir mereka berdua.""Lalu, aku akan memberi tahu Pak Brata agar berhati-hati terhadap kedua orang ini."Aku menggelengkan kepalaku. "Nggak perlu.""Semua gerak-gerik orang-orang ini berada di bawah pengawasanku dan ayah."Mulut Lusy langsung menganga karena terkejut mengetahui jika pertunjukan yang bagus akan segera berlangsung.Sebelum aku dan Lusy bisa duduk, Rudy juga Melissa melihatku dan Lusy.Kebiasaan buruk Melissa sebagai wanita yang "sangat percaya diri, menganggap dirinya tinggi dan bahkan sedikit sombong", kembali muncul."Edwin, bagaimana kamu bisa masuk?""Apa kamu nggak tahu malu, menyelinap masuk ke sini cuma
Para petugas keamanan itu pun buru-buru meminta maaf padaku. "Maafkan kami, Tuan Edwin. Kami nggak tahu kalau kedua orang ini sudah menyinggung Anda.""Kami akan segera menyeret kedua orang ini keluar."Setelah berkata seperti itu, mereka pun mulai mendorong dan mendesak Rudy juga Melissa.Rudy langsung tertegun."Apa yang kalian lakukan? Aku ini tamu kehormatan Grup Saloka!""Kalian salah orang. Yang harusnya diusir itu Edwin dan pelacur yang bersamanya itu!""Aku mau bertemu dengan Pak Brata Aku mau dia menegakkan keadilan!"Pada titik ini, tiba-tiba saja ayahku membuka pintu dan masuk.Ketika mendengar ada orang yang meneriakkan namanya, ayahku pun langsung mengerutkan kening."Apa yang terjadi? Siapa yang mencariku?"Rudy buru-buru menunjuk ke arahku dan mulai melapor."Pak Brata, bajingan ini datang untuk membuat masalah.""Dia melukai teman wanita yang kubawa dan menyuruh kami keluar.""Entah apakah penjaga keamanan di perusahaan kalian ini salah minum obat atau nggak, tapi merek
Rudy merendahkan sikapnya di depanku dan ayahku, tetapi tidak di depan Melissa.Ketika Melissa menendangnya, Rudy langsung melompat dan menendang Melissa belasan kali.Sambil menendang, Rudy juga memaki Melissa. "Dasar wanita jalang, kamulah yang sudah menyakitiku!""Awalnya, jelas-jelas kamu yang sengaja merayuku demi mendapatkan kontrak besar.""Sekarang, begitu melihat Tuan Edwin sudah nggak lagi menginginkanmu, kamu malah menyalahkanku.""Kamu pikir kamu itu siapa? Kamu itu cuma mainan gratisan buatku!"Melissa ditendang sampai berlumuran darah dan keguguran di tempat.Lantaran takut Rudy akan menimbulkan masalah di hotel milik keluargaku ini, aku pun buru-buru menghentikannya."Cukup! Rudy, kamu harus bertanggung jawab secara hukum, karena sudah menyakiti orang di depan umum.""Aku nggak peduli kalau kamu mau masuk penjara. Tapi, jangan mengotori properti keluargaku!""Keluar!"Rudy masih ingin mendapatkan pujian dariku."Tuan Edwin, wanita itu memang harus dipukul supaya menurut.
Wajah Melissa langsung tidak sedap dipandang mata. "Kamu jelas-jelas tahu kalau semua itu nggak mungkin."Aku mencibir. "Lantaran kamu tahu kalau orang yang sudah mati itu nggak bisa hidup lagi, kamu seharusnya juga paham kalau perasaan yang sudah mati, nggak akan bisa dihidupkan lagi!"Melissa tetap tidak mau terima."Perasaanmu padaku sudah mati, tapi perasaanku padamu belum.""Seenggaknya kamu harus memberiku waktu untuk membiarkan perasaan itu terbakar menjadi abu."Aku membeberkan niat Melissa. "Jangan bicara tentang perasaan. Yang kamu inginkan sekarang cuma uang keluargaku."Begitu menyinggung soal uang, Melissa benar-benar kehilangan kendali.Dia menjerit-jerit seperti orang gila."Edwin, apakah salah kalau aku mementingkan uang?""Cuma karena aku mementingkan uang, kamu nggak bisa menyangkal perasaanku padamu.""Dulu, kamu pura-pura miskin dan menipuku. Itulah yang membuatku terperosok ke jalan yang salah.""Aku sudah bersamamu selama lima tahun. Jadi, nggak berlebihan kalau a
Ibuku mundur beberapa langkah dan menatap Melissa dengan waspada."Bawa pergi! Aku takut diracun!"Melissa tampak malu. Dia menggigitnya sedikit untuk mencicipinya.Kemudian, dengan hati-hati, Melissa kembali menyerahkan sarapan itu pada ibuku."Jangan khawatir, Bibi. Ini nggak beracun dan rasanya enak."Ibuku sangat marah saat melihat jika sarapan itu dibeli dari luar."Melissa, apa menyenangkan bagimu untuk pergi ke luar dan membeli sarapan nggak enak ini guna membodohiku?""Kalau kamu benar-benar tulus, buatlah makanan sendiri!"Begitu mendengar kata-kata tersebut, Melissa menangkap jelas ada maksud tersembunyi di baliknya.Melissa pun langsung merasa senang. Dia buru-buru bertanya pada ibuku, soal makanan kesukaan ibuku.Akan tetapi, ibuku tidak mengatakannya secara terang-terangan. "Apa kamu nggak bisa menebaknya sendiri? Kalau kamu begitu bodoh, bagaimana kamu bisa memenuhi syarat untuk menjadi menantuku?"Dengan satu kalimat itu, Melissa pun menghabiskan waktu tiga bulan untuk m
Ibuku mundur beberapa langkah dan menatap Melissa dengan waspada."Bawa pergi! Aku takut diracun!"Melissa tampak malu. Dia menggigitnya sedikit untuk mencicipinya.Kemudian, dengan hati-hati, Melissa kembali menyerahkan sarapan itu pada ibuku."Jangan khawatir, Bibi. Ini nggak beracun dan rasanya enak."Ibuku sangat marah saat melihat jika sarapan itu dibeli dari luar."Melissa, apa menyenangkan bagimu untuk pergi ke luar dan membeli sarapan nggak enak ini guna membodohiku?""Kalau kamu benar-benar tulus, buatlah makanan sendiri!"Begitu mendengar kata-kata tersebut, Melissa menangkap jelas ada maksud tersembunyi di baliknya.Melissa pun langsung merasa senang. Dia buru-buru bertanya pada ibuku, soal makanan kesukaan ibuku.Akan tetapi, ibuku tidak mengatakannya secara terang-terangan. "Apa kamu nggak bisa menebaknya sendiri? Kalau kamu begitu bodoh, bagaimana kamu bisa memenuhi syarat untuk menjadi menantuku?"Dengan satu kalimat itu, Melissa pun menghabiskan waktu tiga bulan untuk m
Wajah Melissa langsung tidak sedap dipandang mata. "Kamu jelas-jelas tahu kalau semua itu nggak mungkin."Aku mencibir. "Lantaran kamu tahu kalau orang yang sudah mati itu nggak bisa hidup lagi, kamu seharusnya juga paham kalau perasaan yang sudah mati, nggak akan bisa dihidupkan lagi!"Melissa tetap tidak mau terima."Perasaanmu padaku sudah mati, tapi perasaanku padamu belum.""Seenggaknya kamu harus memberiku waktu untuk membiarkan perasaan itu terbakar menjadi abu."Aku membeberkan niat Melissa. "Jangan bicara tentang perasaan. Yang kamu inginkan sekarang cuma uang keluargaku."Begitu menyinggung soal uang, Melissa benar-benar kehilangan kendali.Dia menjerit-jerit seperti orang gila."Edwin, apakah salah kalau aku mementingkan uang?""Cuma karena aku mementingkan uang, kamu nggak bisa menyangkal perasaanku padamu.""Dulu, kamu pura-pura miskin dan menipuku. Itulah yang membuatku terperosok ke jalan yang salah.""Aku sudah bersamamu selama lima tahun. Jadi, nggak berlebihan kalau a
Rudy merendahkan sikapnya di depanku dan ayahku, tetapi tidak di depan Melissa.Ketika Melissa menendangnya, Rudy langsung melompat dan menendang Melissa belasan kali.Sambil menendang, Rudy juga memaki Melissa. "Dasar wanita jalang, kamulah yang sudah menyakitiku!""Awalnya, jelas-jelas kamu yang sengaja merayuku demi mendapatkan kontrak besar.""Sekarang, begitu melihat Tuan Edwin sudah nggak lagi menginginkanmu, kamu malah menyalahkanku.""Kamu pikir kamu itu siapa? Kamu itu cuma mainan gratisan buatku!"Melissa ditendang sampai berlumuran darah dan keguguran di tempat.Lantaran takut Rudy akan menimbulkan masalah di hotel milik keluargaku ini, aku pun buru-buru menghentikannya."Cukup! Rudy, kamu harus bertanggung jawab secara hukum, karena sudah menyakiti orang di depan umum.""Aku nggak peduli kalau kamu mau masuk penjara. Tapi, jangan mengotori properti keluargaku!""Keluar!"Rudy masih ingin mendapatkan pujian dariku."Tuan Edwin, wanita itu memang harus dipukul supaya menurut.
Para petugas keamanan itu pun buru-buru meminta maaf padaku. "Maafkan kami, Tuan Edwin. Kami nggak tahu kalau kedua orang ini sudah menyinggung Anda.""Kami akan segera menyeret kedua orang ini keluar."Setelah berkata seperti itu, mereka pun mulai mendorong dan mendesak Rudy juga Melissa.Rudy langsung tertegun."Apa yang kalian lakukan? Aku ini tamu kehormatan Grup Saloka!""Kalian salah orang. Yang harusnya diusir itu Edwin dan pelacur yang bersamanya itu!""Aku mau bertemu dengan Pak Brata Aku mau dia menegakkan keadilan!"Pada titik ini, tiba-tiba saja ayahku membuka pintu dan masuk.Ketika mendengar ada orang yang meneriakkan namanya, ayahku pun langsung mengerutkan kening."Apa yang terjadi? Siapa yang mencariku?"Rudy buru-buru menunjuk ke arahku dan mulai melapor."Pak Brata, bajingan ini datang untuk membuat masalah.""Dia melukai teman wanita yang kubawa dan menyuruh kami keluar.""Entah apakah penjaga keamanan di perusahaan kalian ini salah minum obat atau nggak, tapi merek
Setelah bekerja untukku selama beberapa tahun, Lusy-lah yang paling memahami keadaanku.Pada saat ini, Lusy memperhatikan wajahku dengan penuh perhatian dan menghiburku dengan hangat."Pak Edwin, jangan biarkan orang-orang busuk ini memengaruhi suasana hati Anda. Hari ini kita masih harus membicarakan masalah kerja sama.""Kalau nggak, aku akan turun tangan dan mengusir mereka berdua.""Lalu, aku akan memberi tahu Pak Brata agar berhati-hati terhadap kedua orang ini."Aku menggelengkan kepalaku. "Nggak perlu.""Semua gerak-gerik orang-orang ini berada di bawah pengawasanku dan ayah."Mulut Lusy langsung menganga karena terkejut mengetahui jika pertunjukan yang bagus akan segera berlangsung.Sebelum aku dan Lusy bisa duduk, Rudy juga Melissa melihatku dan Lusy.Kebiasaan buruk Melissa sebagai wanita yang "sangat percaya diri, menganggap dirinya tinggi dan bahkan sedikit sombong", kembali muncul."Edwin, bagaimana kamu bisa masuk?""Apa kamu nggak tahu malu, menyelinap masuk ke sini cuma
Kedua orang tuaku tertegun untuk sesaat. Kemudian, setelah memahami situasinya, mereka langsung menggebrak meja dengan marah."Dia benar-benar sudah keterlaluan. Jangan khawatir, Nak. Aku punya cara untuk membantumu melampiaskan amarahmu!"Ibuku sangat marah dan terlihat seperti ingin membelaku.Hidungku terasa pedih. Aku merasa begitu terharu, sampai-sampai ingin menangis."Nggak perlu, Bu. Dia pasti akan sengsara setelah meninggalkanku."Orang tuaku dengan sungguh-sungguh mengatakan jika mereka sudah terlalu tua untuk kembali bekerja.Mereka hanya punya satu anak dan bisnis keluarga masih membutuhkanku untuk mewarisinya.Aku pun merasa malu melihat uban yang perlahan tumbuh di kepala mereka.Selama bertahun-tahun, hanya demi Melissa, aku sudah menjauhi orang tuaku sendiri. Benar-benar anak yang tidak berbakti.Setelah kembali bersama orang tuaku, diam-diam aku mengambil alih bisnis keluarga.Dari luar, aku masih menjadi bos biro iklan "Era Baru" itu.Akan tetapi, sebagian besar energ
Melissa mengambil flashdisk tersebut dengan perasaan bersalah. "Apa ini?"Aku mencibir, "Kamu bisa lihat sendiri kelakuanmu yang memalukan itu!"Tangan Melissa mulai gemetar dan dia pun membuka isi flashdisk tersebut di komputernya.Baru melihat sebentar, Melissa langsung mulai berteriak."Edwin, aku salah.""Aku akan segera menceraikanmu. Tolong jangan sebarkan video itu.""Kalau aku kehilangan reputasiku, Kak Rudy pasti nggak akan mau menginginkanku lagi."Rasa mualku kembali muncul mendengar Melissa berkata seperti itu.Aku nggak pernah membayangkan kalau pada saat seperti ini, hal pertama yang dipikirkan Melissa adalah bagaimana merebut hati kekasih gelapnya.Lantaran dia sudah membuatku mual, aku juga harus membuatnya mual."Boleh saja kalau mau cerai. Tapi, aku sudah mengajukan pinjaman puluhan miliar untuk mengembangkan perusahaan ini dan kamu akan menanggung setengah dari utang itu."Aku melemparkan slip pinjaman yang sudah kusiapkan sebelumnya ke hadapan Melissa.Melissa pun l
Dalam video tersebut, Melissa juga Rudy tengah telanjang dan saling bergumul.Keduanya bagaikan binatang buas, mengeluarkan jeritan yang memalukan.Aku mematikan video tersebut dengan marah dan menatap wanita itu."Siapa kamu? Apa tujuanmu menunjukkan semua ini padaku?"Wanita itu memperbaiki letak kacamata hitamnya dan berkata dengan nada genit."Aku yakin, kamu sudah bisa menebak siapa diriku.""Sesama korban nggak perlu saling kenal.""Informasi ini mungkin berguna bagimu. Anggaplah aku berbaik hati dan memberikannya padamu."Setelah berkata seperti itu, wanita tersebut berbalik lalu pergi dan hanya menyisakan aroma harum di udara.Aku mengepalkan tinjuku dan merasakan mual di perutku.Wanita yang bisa memberikan video pribadi semacam ini, identitasnya tidak sulit untuk ditebak. Dia pasti wanita yang dekat dengan Rudy.Lantaran informasi ini, bayangan terakhirku mengenai diri Melissa langsung lenyap tak berbekas.Tubuhku belum pulih sepenuhnya. Aku masih harus tinggal di rumah sakit
Melissa pun membanting pintu dan pergi.Aku berbaring sendirian di ranjang rumah sakit, menutupi wajahku dan berpikir.Memikirkan bagaimana cara membereskan kekacauan ini.Lima tahun menikah, harus berakhir seperti ini.Bohong jika kubilang aku tidak patah hati.Akan tetapi, nasi sudah jadi bubur. Memikirkannya lebih jauh pun sudah tidak ada gunanya.Yang perlu untuk segera diselesaikan saat ini adalah masalah operasional perusahaan.Lima tahun lalu aku bersikeras menikahi Melissa meski orang tuaku tidak setuju.Orang tuaku merasa Melissa tidak bisa diandalkan dan tidak setara dengan keluarga kami.Pada saat itu, aku berpikir jika semua itu hanyalah prasangka orang tuaku saja.Untuk membuktikan jika aku benar, aku pun menikahi Melissa.Setelah menikah, aku jarang pulang ke rumah orang tuaku, juga jarang berinteraksi dengan mereka.Aku bahkan menolak mewarisi bisnis keluarga dan memulai bisnisku sendiri dari nol.Melissa tidak menyukai orang tuaku. Dia menganggap orang tuaku nggak bergu