Beranda / Romansa / Karma Sang Penggoda / Bab 99 - Terungkap.

Share

Bab 99 - Terungkap.

Penulis: Azzila07
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tubuhku bergetar, air mata mengalir saat Ayah memeluk tubuhku kedalam dekapannya.

"Kenapa menangis, apa Ayah sudah terlambat?"

Aku tak bisa berkata, lidahku kelu. Kueratkan pelukkan, membakar rasa rindu dan bersalah diwaktu yang bersamaan.

"Cup ... cup, sudah ah." Ayah melonggarkan pelukkan, menyentuh dagu dan mengangkat kepalaku.

"Kenapa?" tanyanya.

"Maaf ... maafkan Fiona kalau ada salah sama Ayah," sahutku disela isak tangis. Tubuhku begitu lemas, Ayah menuntunku berjalan menuju sofa. Kulihat Ibu tersenyum haru, dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Istirahat, sudah jangan menangis kasihan yang ada di dalam perut," ucap Ayah berusaha menenangkanku. Mas Yasir mendekat dan mencium tangan, Ayah.

"Buatkan minuman hangat untu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Karma Sang Penggoda   Bab 100 - Pulang.

    Ayah tersenyum miring lalu menggelengkan kepalanya. "Jangan terlalu percaya diri. Aku kesini demi anak dan cucuku. Kau tidak termasuk didalamnya," jawab Ayah dengan sinis.Ibu memejamkan mata, wajahnya sungguh dipenuhi binar kepedihan dan penyesalan.Aku hanya menghela nafas, terdiam ditempat. Tak tahu harus berbuat apa setelah mengetahui masalah mereka yang sebenarnya."Andai saat itu kau berhasil mengusik Fiona, sudah aku pastikan kau tidak akan hidup dengan tenang. Bagiku harta bukan segalanya, yang terpenting Fiona masih disisiku. Itu lebih dari cukup," ucap Ayah terdengar perih ditelinga. Aku tersenyum getir, terharu, Ayah memang sangat menyayangiku.Yah ... aku jadi mengingat ucapan Ibu kemarin, yang mengatakan ingin membawa aku ikut pergi dengannya."Pergilah ... sebelum aku lepas kendali.

  • Karma Sang Penggoda   101- Ayah

    Pov Ayah Gunadi.Lima tahun sebelumnya.***Suara ketukan pintu terdengar bertubi-tubi, seirama dengan suara bel yang bersahut-sahutan.Dengan terpaksa aku membuka mata yang baru saja terpejam, karna suara gaduh itu membuat kepalaku berdenyut ngilu.Sambil mengucak mata, aku membuka pintu sosok laki-laki berbadan kekar berkulit sawo matang berdiri tegap dibalik pintu."Tuan.""Hm ... masuk Jef," ucapku sambil melebarkan pintu memberinya jalan lalu duduk disofa ruang tamu."Ada apa Jef?" tanyaku sambil menguap."Tuan ... Non Fiona.""Fiona kenapa?" sahutku tak sabar, Jefry seolah ragu untuk meneruskan kalimat.Jefry menatap lekat kearahku, seakan meyakinkan dirinya sendiri."Apa!" sentakku. Tidak tahu kepala lagi pusing, bikin marah saja."Non Fiona ditahan di sel tahanan, Tuan," jelasnya kemudian."Ditahan?" Jefry menganggukkan kepala."Di penjara maksudnya?" tanyaku memastikan.

  • Karma Sang Penggoda   Bab 102 - Luka Ayah.

    Tercenung seorang diri, memandangi sekumpulan ikan mas koi yang berenang bebas di dalam kolam. Suara gemericik air menenangkan fikiran, hembusan angin alam menampar wajah dengan lembut.Pelan aku menghembuskan nafas, rasa sesak masih terasa meski aku coba melupakan segalanya. Ucapan Fiona selalu terngiang-ngiang dikepala. Yang mengatakan Ibu mertua adalah, Ibu kandungnya.Sekonyol itu Dunia. Tak habis fikir, sosok itu kembali hadir bahkan dia menjelma sebagai besanku. Benar-benar gilak!Memaafkannya sama saja dengan mengoyak harga diriku. Biarlah seperti ini terus, tidak berguna pula berbaik hati dengan perempuan murahan itu."Permisi, Tuan ..." Bik Ijah datang membawa nampan beraroma kopi menggugah selera.Aku hanya menoleh, lalu mengangkat dagu."Ini kopinya," ucapnya seraya menaruh kopi beserta singkong rebus pesananku."Tuan ....""Mm?" sahutku sambil meraih singkong rebus yang ma

  • Karma Sang Penggoda   Bab 103 - Fiona Melahirkan.

    Fiona is back"Hai Fi ... sini sarapan," ucap Ibu sambil menaruh nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi diatasnya. Ibu tidak menatapku, pandangannya lurus ke bawah. Sambil mengunyah santapannya.Sekilas mata Ibu jelas terlihat sembab."Makasih, Buk ..." Ibu tersenyum sekilas kearahku, lalu kembali sibuk dengan sarapannya."Ridwan dan Putri, belum sarapan?""Hari libur, biasanya mereka akan keluar kamar agak siang." jawab Ibu.Kami menikmati makanan dalam diam, sibuk dengan santapannya masing-masing."Buk ... hari ini, Fio mau kerumah, Ayah." ucapku sambil mengusap sudut bibir menggunakan tisu."Oh ya ..." Ibu terlihat gugup."Iya ... rencana Fiona akan melahirkan disana," sahutku sambil menatap lurus kearah, Ibu."Kamu mau lahiran disana?""Iya ... sekalian menemani Ayah, kasihan dia selalu sendiri." jawabku. Ibu menganggukkan kepala, raut wajahnya terlihat ke

  • Karma Sang Penggoda   Bab 104 - Air mata bahagia.

    "Sudah pembukaan empat ya?" ucapnya pada Mas Yas.Mas Yas menatap haru padaku, mata beningnya sudah berkaca-kaca. Aku terisak, air mata mengalir. Sebentar lagi akan lahir Fiona jenior kedalam Dunia."Masya Alloh ... Alhamdulillah," tak henti Mas Yas menganggungkan kalimat Tuhan. Membuat rasa haru semakin dalam, saat mengikuti kalimatnya."Sayang semangat ya, Mas temani." ucapnya lembut sambil membelai keningku. Aku hanya mengangguk kecil, tak kuasa membalas ucapannya."Saya pasang selang infus ya, karna air ketubannya sudah pecah. Takut si Mbak kekurangan cairan. Itu bahaya untuk janin," jelas Suster. Tanganku dioleskan kapas yang sudah diberi alkohol, saat Suster ingin menusuk kulitku kontraksi tiba-tiba datang menyerang."Ssss ..." Aku meringis menahan nafas, tubuhku menegang menahan sakit serangan itu."Ya ... ambil nafas, buang ..." titah Suster. Aku mengikuti. "Ambil nafas lagi, buang ..." ucapnya lagi.

  • Karma Sang Penggoda   Bab 105 - Bersyukur.

    Trimakasih ya Rabb ... kau telah mempermudah jalan kebahagiaan untukku. Semoga kelak anak ini akan menjadi anak yang sholeh. Tak hanya menyejukkan mata, namun menyejukkan hati kedua orangtuanya."Sayang ..." Mas Yas menatap hangat lalu mencium keningku."Trimakasih, sudah melahirkan anak kita," ucapnya begitu lembut, membuat nyaman sanubari."Istirahat ya ... si Dedek biar Mas dan Ayah yang jaga." sambungnya sambil membelai rambutku.Aku mengangguk lemas, lalu memejamkan mata karna rasa lelah yang begitu berat.***OfdEntah berapa lama aku terpejam, suara Ayah samar-samar terdengar ditelinga."Tuh ... Ayah bilang juga apa? Jagoan kan.""Iya, Yah ... Ayah hebat ya, bisa tahu." sahut Mas Yasir.Aku membuka mata, kulihat Ayah sedang menggendong bayiku dengan posisi duduk tak jauh dari tempatku."Gantengnya ... mirip kamu ya Yas, matanya sipit." wajah Ayah begitu cerah dan berse

  • Karma Sang Penggoda   Bab 106 - Masih Gatal.

    Dua hari menginap dirumah sakit, akhirnya aku beserta bayi mungil ini diperbolehkan pulang. Ayah begitu semangat, senyum tak pernah hilang dari bibirnya."Jagoan Ayah ... mari kita pulang," ucap Ayah dengan wajah sumringah, sambil menimang bayiku."Yah ... perlu memakai jasa beby sister tidak?" tanyaku."Tidak perlu ... Ayah siap menjadi beby sister untuk jagoan ini," kelakar Ayah dengan tawa bahagia.Aku tersenyum lucu, melihat Ayah yang biasa tegas dan garang. Kini berwajah lembut dan bersahabat didepan cucunya."Bayinya ganteng sekali, Non." ucap Bik Ijah sambil memandangi bayiku yang ada digendongan Ayah."Iya, Bik." sahutku seraya tersenyum.Setelah menyelesaikan bagian adminitrasi Mas Yasir mengemas barang, kami siap untuk pulang kerumah. Bik Ijah mendorong kursi rodaku. Mas Yas membawa tas besar, sementara Ayah menggendong si mungil.Sepertinya Ayah tak mau lepas dari cucunya."

  • Karma Sang Penggoda   Bab 107 - Termaafkan.

    Kini Ayah lebih senang berada dirumah, urusan toko dia serahkan pada dua pegawai kepercayaannya. Setiap pagi, Ayah akan mengetuk kamarku membawa, Fahri berjemur di halaman rumah.Semangatnya seakan kembali, wajah garang dan dinginnya kini mengikis berganti dengan wajah bahagia dan penuh kelembutan.Hari ini tepat usia Fahri satu bulan, pipi bayi mungil itu semakin tembam. Bobotnya pun semakin bertambah dan tentu saja, semakin menggemaskan."Tambah gembul saja jagoan, Ayah ..." ucapnya dengan gemas, Fahri menatap mata Ayah. Ayah tersenyum cerah sambil melepas pakaian Fahri."Jemur lima menit cukup, nanti gosong cucu Ayah."Aku hanya tersenyum sambil memperhatikan kegiatan Ayah dan cucunya dikursi teras depan rumah."Minumnya, Non." Bik Ijah menaruh segelas greentea dengan potongan buah lemon di dalamnya, dan segelas kopi panas untuk Ayah."Seneng ya, Non ... lihat Ayah bahagia seperti itu." Bibik tersenyum c

Bab terbaru

  • Karma Sang Penggoda   Bab 64 - TAMAT.

    "Terserahlah. Aku sudah malas peduli." jawab Ridwan lalu pergi keluar pintu.Aku dan Mas Yas saling berpandangan. Mata kami kompak menoleh kearah Putri yang semakin menangis sesegukan.Aku mengangguk kecil, tanpa berkata Mas Yas langsung keluar kamar mengerti maksud isyaratku."Ada apa sih, Put? Coba cerita, siapa tahu Kakak bisa bantu," ucapku pelan sambil berjalan mendekati ranjang."Hati aku capek, Kak. Mas Ridwan dan Ibu menyalahkan aku, semua menyalahkan aku atas kejadian ini. Mereka fikir aku tidak sedih kehilangan anakku sendiri." Putri menatap sendu, isaknya terdengar lirih."Sabar sayang, sabar." aku mengusap lembut pundak belakangnya."Belum lagi Mas Ridwan, terlalu cemburu berlebihan Kak. Dia selalu mikir aneh-aneh setiap kali melihat aku sama Juna di kantor," lirih Putri. "Padahal kita hanya teman kerja, tidak lebih.""Loh ... bukannya cemburu itu tanda cinta ya? Emangnya kamu mau Ridwan cuek-cuek aja, lihat kamu diantar pulang sama orang lain?" sahutku selembut mungkin."

  • Karma Sang Penggoda   Bab 63 - Bertemu Fiona.

    "Pasien rumah sakit jiwa terlindas truk hingga tewas, kondisi sangat mengenaskan. Saat ini jenazah korban ada dirumah sakit Pelita Keluarga.""Baca, apa sih Fi serius banget?" Mas Yas yang sedang mengemudi, menoleh singkat lalu kembali fokus menghadap jalan."Baca berita yang lewat dibranda, Mas. Seram ih, aku baca juga komen-komennya. Katanya, tubuh korban tabrakan itu terbelah menjadi dua bagian." sahutku, sambil bergidik ngeri."Innalillahi ... semoga amal ibadahnya diterima Alloh." jawab Mas Yas dengan wajah prihatin."Aamiin," aku hanya menyahut, pandangan fokus pada gawai melanjutkan membaca komentar yang ada didalam berita.Mengingat rumah sakit jiwa, aku jadi teringat ucapan Nyonya Diana. Dia bilang, Anitta terkena gangguan jiwa, dan sekarang tinggal dirumah sakit jiwa. Semoga dia dalam keadaan baik-baik saja, walau aku sangat membencinya tapi aku tak ingin mendoakan keburukan padanya. Aku takut doa buruk itu akan kembali padaku. Naudzubillah."Nyonya Diana, terlihat bukan oran

  • Karma Sang Penggoda   Bab 62 - Bagian special.

    Pov DianaSuara debur ombak beradu dengan karang membuat aku menarik nafas panjang, angin lembut berhembus diwajah dan rambut. Menimbulkan aura menenangkan.Hmm ...Menghembuskan nafas secara perlahan, bibir tersenyum simpul melihat dua sosok kesayangan bermain dengan ceria ditepi pantai.Duhai Tuhan ... trimakasih. Atas izinmu, kau biarkan aku melalui badai yang sangat kuat lagi dahsyat."Mamih, ayok kesini!" seru Deo meski terdengar samar. Aku hanya tersenyum, meraih gelas berisi jeruk hangat lalu menyesapnya pelan.Tangan ini melambai saat melihat pasangan suami istri celingukan mencari seseorang. Aku tersenyum manis, saat mata kami beradu tatap."Hai." sapaku ceria."Lama tidak bertemu, Nyonya Diana." wanita cantik menyapa dengan senyuman manis, dia menyodorkan tangan, setelahnya kita berjabat tangan mencium pipi kiri dan kanan."Mbak Fiona, semakin cantik saja." ucapku tulus. Karna memang wajah wanita muda yang ada dihadapanku memang selalu cantik."Nyonya bisa saja," ucapnya sam

  • Karma Sang Penggoda   Bab 61 - Berakhir.

    Pov Anitta."Lepass!" aku memberontak saat dua laki-laki berseragam rumah sakit memegangi kedua tangan."Kalian tuli, hah! Lepas aku bilang!" sungutku sambil terus memberontak.Kedua laki-laki itu hanya mendengkus kesal tak mengindahkan ucapanku."Jalan!" ucapnya, lalu menyeret tubuhku keluar dari penjara.Nafasku terengah-engah, terpaan sinar matahari menerjang wajah menimbulkan sensasi hangat dan menenangkan.Otak mulai mencerna apa yang sebenarnya terjadi, aku terbahak menyadari akan keluar dari tempat pengap itu."Hahah ... aku bebas. Aku bebas!" teriakku bersemangat. "Bawa aku pulang ke apartement, aku rindu rumahku. Aku rindu." cerocosku sambil menatap penuh harap kearah dua laki-laki itu.Satu diantaranya membuka pintu bagasi mobil khas rumah sakit, setelah terbuka lebar dia kembali memegangi tanganku."Masuk!" titahnya sambil mendorong tubuhku."Hati-hati, jangan membuatnya marah. Atau kalian akan tersakiti." ucap Polisi gendut. Keduanya saling bertatapan, lalu menoleh kearahk

  • Karma Sang Penggoda   Bab 60 - Sudah lelah.

    "Aaaaa!" aku menjerit ketakutan. Pegangan itu tersenyum menyerigai, lalu membuka mulut dan mengeluarkan semua binatang menjijikan."Hah ... hah!" Aku langsung terlonjak dengan nafas memburu. Keringat sebiji jagung bercucuran dari kening hingga kewajahku. Aku mengedarkan pandangan, ruangan sempit masih mengelilingiku."Hiiiyyy." aku bergidik ngeri, mimpi tadi seolah nyata dan aku merasa benar-benar tenggelam dalam lautan darah."Uhuk ... uhuk!" nafasku tersendat. Aku kesulitan bernafas.Hah hah!Benar-benar kurang ajar. Untuk apa perempuan pengeretan itu hadir didalam mimpiku. Aku jadi takut sendiri berada diruangan sempit ini."Pak ... Pak!!" aku berteriak sambil memukul gembok pada pintu besi. Tenggorokanku kering, dan tidak ada satu pun setetes air minum disini."Ada apa! Jangan berisik. Ganggu saja!" maki petugas gendut."Air, saya butuh air." jawabku dengan tatapan memohon."Minum ... haus," pintaku."Ck! Menyusahkan saja sih." maki Polisi itu. Dengan sangat terpaksa dia membalik

  • Karma Sang Penggoda   Bab 59 - Bertemu Ibu.

    Pov Anitta."Tahanan ini benar-benar keterlaluan, dia membunuh Ibunya sendiri saat datang berkunjung menemuinya." ujar petugas gendut sambil melirik kearahku sorotnya memancarkan ketidak percayaan."Ckckck," laki-laki berperawakan tinggi besar itu menatap lekat, menggelengkan kepalanya. Aku semakin menundukan wajah, takut tiba-tiba pukulan kembali menyerangku.Tubuh ini menggigil, luka memar terlihat disekujur tubuh. Rasanya sakit dan menyiksa sekali."Teman satu selnya pun ikut dihajar, aku rasa dia mengalami gangguan jiwa." Mataku mendelik, tak terima dengan kata-kata sipir jelek itu."Bawa dia masuk kembali, tempatkan dia diruangan 355 a. Jangan disatukan dengan yang lain, saya mencuim gelagat mengerikan dari tatapan matanya," ucap komandan Polisi."Siap, Dan!" sahut dua petugas sambil menegakkan badan."Cepat!" tubuh ini diseret paksa. Aku hanya bisa menurut, menyeret kaki mengikutinya.Dug!Rasa nyeuri menerjang lutut dan telapak tangan, saat tubuhku didorong masuk oleh petugas h

  • Karma Sang Penggoda   Bab 58 - Bersyukur.

    "Istri saya sakit apa, Dok?" tanyaku setelah Dokter Murni memeriksa keadaan Diana."Sepertinya hanya terlalu lelah," jawab Dokter Murni sambil tersenyum tipis pada Diana."Jangan terlalu capek dan banyak fikiran. Bebaskan saja, jangan dipendam nanti tambah sakit," sambungnya sambil mengusap tangan Diana."Iya, Dok. Trimakasih," jawab Diana."Saya hanya meresepkan beberapa vitamin, sama obat pusing ya. Untuk berjaga-jaga, khawatir kepala Nyonya Diana ikut pusing juga karna terlalu banyak berfikir," ucap Dokter Murni sambil terkekeh pelan. Diana tersenyum menanggapinya."Saya permisi, jangan lupa diminum vitaminnya." ucapnya sambil mengemasi alat-alat ke Dokteran yang tadi dia keluarkan."Iya, Dok. Trimakasih ya," sahutku lalu mengekorinya jalan keluar kamar."Kamu tidak apa-apa, Mih?" tanyaku sambil mengusap pucuk kepalanya dengan lembut."Tidak, apa. Aku hanya butuh istirahat saja," jawab Diana."Kamu lagi banyak fikiran ya? Mikirin apa sih?" cecarku berpura bodoh. Padahal aku tahu be

  • Karma Sang Penggoda   Bab 57 - Diana Sakit.

    "Mati saja kau, Bu. Hidup pun tak berguna, hanya bisa menyusahkan anak-anakmu saja!" bisikku tepat ditelinganya. Wajah Ibu terlihat membiru, dengan lidah menjulur dan suara nafas yang tercekat ditenggorokan.Aku semakin bersemangat, bibir melengkung sempurna saat melihat Ibu menghadapi sarakatulmaut."Mati, kamu Buk. Mati!" desisku dengan suara tertekan."Hei ... mau apa kamu!" suara sumbang mengganggu kesenanganku. Tangan lemah Ibu terus memukul tangan ini, dan meminta pertolongan. Aku semakin kalap saat beberapa orang mulai mendekat, cengkraman tangan dileher Ibu semakin aku tekan.Dia harus lenyap, aku tak ingin hidup menderita sendirian.Tubuh Ibu mulai lemas, tangannya terkuai tidak lagi melakukan perlawanan.Kedua tanganku ditarik paksa, seruan dari suara sumbang terus saja mengusik pendengaranku."Hei, sudah gila kamu ya!" hadrik suara seseorang."Lepas!""Pak, tolong ..."Plakk plakk!!Rasa panas langsung menjalar dipipiku, setelah memastikan Ibu tak lagi bergerak aku baru mel

  • Karma Sang Penggoda   Bab 56 - Pergi saja.

    "Mas ..."Langkah Mas Mahesa terhenti mendengar panggilanku.Mamah menatap jengah, Diana menampilkan wajah datar berpura tak melihat kehadiranku.Sombong sekali, perempuan tua itu. Merasa menang dariku? Tak tahu malu.Mas Mahesa mengangguk kecil pada dua perempuan busuk itu, Mamah menatap khawatir, tapi akhirnya pergi juga bersama Diana."Ada apa?" tanyanya datar, tanpa melihat wajahku. Tangannya sibuk merapihkan dasi yang menjerat dilehernya."Aku ..." mata ini memanas, melihat perubahannya. Mas Mahesa melirik sekilas, menghela nafas panjang."Katakanlah, aku tidak punya banyak waktu. Mamah dan istriku sudah menunggu diluar," ucapnya sambil menatap lurus kearah pintu, dimana berdiri Mamah Hana juga Diana."Aku juga istrimu," sahutku dengan suara parau. Mas Mahesa terkekeh, lalu menatapku tajam."Istriku?" tanyanya dengan tatapan mengejek. "Oh ya ... kau benar. Aku belum mengucap talak untukmu," sambungnya dengan senyum tipis."Mas ..." selaku dengan wajah memelas."Aku minta maaf, su

DMCA.com Protection Status