Beranda / Romansa / Karma Sang Penggoda / Bab 50 - Pov Yasir

Share

Bab 50 - Pov Yasir

Penulis: Azzila07
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pov Yasir.

"Gimana cantik bukan?" tanya wanita setengah baya dengan tatapan lembut penuh harap. Tangannya dengan semangat menyodorkan lembaran foto didepanku.

"Ayok dong dilihat, kok diam aja sih." rungutnya saat menyadari aku tidak bergerak sama sekali.

Aku mende-sah lelah, Ibu masih saja seperti ini. Dengan malas, akhirnya tangan menggapain kertas bergambar wanita itu.

"Dia anak teman Ibu waktu SMA, kebetulan dia baru saja lulus kuliah. Kalian bisa pendekatan sebelum menikah," cerocosnya bersemangat, wajahnya berseri-seri saat bercerita.

"Bu ... sudahlah, aku bisa cari sendiri." balasku sambil menaruh kembali foto itu diatas meja.

Air wajah Ibu nampak berubah, alisnya menaut tanda tidak menerima ucapanku.

"Yasir ... apa kamu tidak ingat umur? Di usiamu yang sudah kepala tiga ini, seharusnya kamu sudah memberikan Ibu seorang cucu." bibir wanita yang sangat aku sayangi itu sedikit mencucut, dan mencebik kea
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Karma Sang Penggoda   Bab 51 - Pov Yasir.

    Mata Mang Karim menyipit lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Yasir ... Yasir," gumamnya lalu bangkit dari kursi.Aku tersenyum kaku, kulihat Sintia terkekeh kecil sambil menutup bibirnya dengan satu tangan."Ayo Dek, sudah siang. Nanti telat," ajakku sambil merapihkan tumpukan piring dan menaruhnya diwastafel.Setelah mengantar Sintia pergi sekolah, motor langsung menuju rumah, Fiona. Sebelumnya aku berhenti dahulu untuk membeli sesuatu. Sepanjang perjalanan aku bersiul riang, entah demi apa aku seperti ini."Paman ..." sapaku riang, Paman menggangguk kepala. Tanpa disuruh aku langsung duduk disampingnya.Paman menatap heran, kubalas dengan senyum manis yang kupunya. Aku seperti bayi yang baru saja terlahir, hariku terasa lebih bersemangat saat ini.Paman menampilkan wajah sangarnya, mungkin dia tidak suka dengan sikap sok akrabku ini. Namun sekali lagi, kubalas tatapan sangar itu dengan senyuman. Walau wajah Paman

  • Karma Sang Penggoda   Bab 52 - Meyakinkan Paman.

    Malam terasa sunyi, kupandangi ponsel dengan nomer kontak bernama, Non Fio. Ingin sekali mengirim pesan, dan mengabari bahwa aku harus pergi menjalankan tugas dan memperdalam ilmu kedokteran di Negeri seberang.Namun aku tak punya nyali, deretan kalimat yang sudah susah payah terangkai dilayar pipih, kembali kuhapus begitu saja."Yas ..." pintu kamar terbuka sedikit, kepala Ibu menyembul dibaliknya.Aku menghela nafas, menaruh gawai di atas nakas. Lalu menegapkan badan dikursi samping ranjang depan jendela."Iya Buk?" balasku sambil tersenyum ramah kearahnya.Ibu menatapku sendu, sorotnya seolah menyampaikan permohonan maaf. Ibu merasa bersalah, dengan keputusan yang dibuat, Aryani."Maafkan Ibu Yas ... Ibu tak menyangka akan berakhir seperti ini," ucapnya dengan suara tersendat. Perlahan Ibu melangkah mendekat dan duduk disisi ranjang.Aku tersenyum simpul, lalu mengeratkan jemariku ditangannya. "Yasir tid

  • Karma Sang Penggoda   Bab 53 - Gass keun ...

    Motor berhenti diperkarangan rumah, Paman langsung turun dan berdiri tegak lalu mengedarkan pandang kesetiap sudut halaman."Masuk, Paman." titahku sambil berjalan kecil memasuki rumah. Diikuti oleh Paman dibelakangku."Asalamuallaikum ..." salamku sambil membuka pintu, yang terbuka setengah.Suara Bik Titi terdengar dari dalam, berlari kecil menyambut kedatanganku."Eh ... Mas Yasir," ucapnya dengan senyum."Bik, siapkan makanan untuk tamu special saya." ucapku sambil mengedipkan sebelah mata, lalu melirik Paman.Bik Titi nampak melongok kebelakangku, saat mendapati sosok Paman, Bik Titi nampak membulatkan mata."Masak yang enak, Bik." ucapku mengagetkannya."Eh iya .., iya Mas." sahutnya gagap lalu berjalan tergesa menuju dapur."Silahkan duduk, Paman."Paman mengangguk tegas lalu menghempaskan bobot diatas sofa. Pandangannya menyapu setiap sudut rumah ini, hingga terhenti

  • Karma Sang Penggoda   Bab 54 - Lancar

    "Hah?"Bibir Fiona terlihat menganga, sorotnya menatapku tak percaya. Dia tertawa kecil sesaat, lalu memandangku tajam."Maksudmu?" ucapnya dengan mimik serius."Iya," kepalaku mengangguk tegas. "Saya ingin kamu menjadi bagian dalam hidup saya."Fiona masih bergeming, jemarinya manaut satu sama lain."Saya tahu ini bukan sesuatu yang mudah bagi kamu, kita akan saling mengenal dalam waktu tiga bulan. Jika Non tidak yakin, Non bisa mengembalikan cincin itu pada saya. Jika Non yakin, Insha Alloh saya akan segera menghallalkan, Non Fiona." jelasku dengan tenang, walau jantung berdetak tak beraturan.Mata Fiona berkedip-kedip, dia mengatup bibirnya sambil menatapi cincin yang berteger diatas meja. Jika perempuan lain akan menangis dan terharu, expresi Fiona malah sebaliknya. Dia terlihat bersusah payah menutupi binar bahagianya, walau rona wajahnya tak menutupi dia sedang senang saat ini."Bagaimana?" tanyaku de

  • Karma Sang Penggoda   Bab 55 - Fiona sangat menawan.

    Pov Fiona.Dasar konyol ....Yasir, Yasir ... mengapa kamu begitu menggemaskan.Melamarku, tidak ada romantis-romantisnya. Memasang cincin pun salah sasaran. Kurasa dia sudah cukup berumur, apa aku adalah wanita pertama yang membuatnya berdebar?Hmm ... kurasa tidak?Ahh!!Mengingat itu pipiku langsung menghangat dibuatnya. Aku bahkan belum tahu tentang hidupnya, latar belakangnya dan juga pekerjaannya.Kenapa bisa dengan mudahnya aku memakai cincin ini?Apa iya ... aku tidak masalah bersuamikan supir? Sepertinya aku harus mencari tahu dulu, tiga bulan aku rasa cukup untuk mengenalnya dan mengambil keputusan.Kupandangi cincin yang terlihat sederhana ini dijemari manisku. Bibirku terkulum sendiri, mengingat Yasir dengan wajah berserinya.Hhhh.***ofd.Pagi sekali mata sudah terbuka, meregangkan seluruh otot lalu melangkah menuju toilet. Kepala masih ter

  • Karma Sang Penggoda   Bab 56- Teringat Masa Lalu.

    Aku tergagap sesaat, mata kembali fokus pada gambar yang menempel di dinding.Aku meringis saat melihatnya memajukan bibir dan menaik turunkan alis tebalnya.Mengapa sekarang, Yasir jadi sok manis ya? Tapi dia memang manis sih."Hei ... Pak Dokter, dicariin malah mojok disini." laki-laki yang sempat menggoda, Yasir berjalan mendekat dan menepuk pundaknya."Kenapa?" tanya Yasir."Ayo kita jalan, sudah siang ini." terangnya sambil kembali menepuk pundak lalu berlalu setelah menganggukan kepala padaku."Yukk ..." ajak Yasir.Aku tersenyum dan mengekori langkahnya dari belakang."Yas, Ridwan sama kamu ya." ucap Pak Karim."Iya Mang, Ibu sama siapa Mang. Sekalian bareng saja disini," ucap Yasir seraya celingukan mencari sosok Ibundanya."Non Fiona, silahkan Non." Pak Karim menyapa ramah."Nah ... ini dia pengantinnya," Pak Karim melebarkan tangan lalu menepuk pundak, R

  • Karma Sang Penggoda   Bab 57 - Bertemu Ayah.

    Yasir menatap bingung, langkahnya perlahan datang mendekat kearah kami."Dokter ..." sapa riang gadis kecil itu."Hai cantik, sama siapa?" tanya Yasir, matanya melirikku, lalu melihat kearah Mas Daniel."Dok ..." sapa, Mas Daniel."Iya, Pak Daniel." balas Yasir dengan senyum ramah."Ada keperluan apa disini?" Mas Daniel bertanya, namun sorotnya dipenuhi kekhawatiran."Saya mau jemput, Fiona." jawab Yasir, sambil tersenyum kearahku."Oh ..." balas Mas Daniel, wajahnya semakin tak nyaman."Sudah siap?" tanya, Yasir padaku.Aku mengangguk pasti, lalu berjalan mendekatinya. Menatap matanya dalam, memamerkan senyum termanis lalu mengamit lengannya.Yasir, nampak sedikit terkejut dengan tingkahku yang sedikit agresif ini. Namun sedetik kemudian dia tersenyum lembut padaku."Perkenalkan, ini calon suami saya." ucapku dengan senyum yang teramat merekah dihadapan, Mas Dani

  • Karma Sang Penggoda   Bab 58 - Memohon Restu.

    Mata Ayah masih menghadap Yasir, sorotnya tajam seolah menembus isi hati pujaanku. Kulihat Yasir hanya tersenyum, sesekali dia menundukan pandangannya. Ketara sekali Yasir terlihat sangat gugup, aku tahu betul bagaimana posisinya saat ini."Fiona," suara Ayah menyebut namaku, namun pandangannya masih tertuju pada, Yasir."Iya Ayah?" sahutku cepat."Apa yang membuatmu yakin dengan laki-laki yang ada didepanmu ini?" tanyanya dengan sorot tajam menatapku. Lalu kembali menelisik, Yasir."Dia bisa membuat Fiona lebih baik dari sebelumnya." jawabku mantap. Mataku menatap Yasir dengan lekat, senyum tipis menghiasi bibirnya saat aku menyelesaikan kalimat."Lebih baik?" Ayah nampak berfikir."Ya ... Yasir bisa membuat Fio berhenti memikiran rasa sakit, dan dia bisa membuat Fio kembali bersemangat." ucapku mengingat akhir-akhir ini setelah melewati hari dengannya."Hanya itu?" tanya Ayah dengan sinis."Ya

Bab terbaru

  • Karma Sang Penggoda   Bab 64 - TAMAT.

    "Terserahlah. Aku sudah malas peduli." jawab Ridwan lalu pergi keluar pintu.Aku dan Mas Yas saling berpandangan. Mata kami kompak menoleh kearah Putri yang semakin menangis sesegukan.Aku mengangguk kecil, tanpa berkata Mas Yas langsung keluar kamar mengerti maksud isyaratku."Ada apa sih, Put? Coba cerita, siapa tahu Kakak bisa bantu," ucapku pelan sambil berjalan mendekati ranjang."Hati aku capek, Kak. Mas Ridwan dan Ibu menyalahkan aku, semua menyalahkan aku atas kejadian ini. Mereka fikir aku tidak sedih kehilangan anakku sendiri." Putri menatap sendu, isaknya terdengar lirih."Sabar sayang, sabar." aku mengusap lembut pundak belakangnya."Belum lagi Mas Ridwan, terlalu cemburu berlebihan Kak. Dia selalu mikir aneh-aneh setiap kali melihat aku sama Juna di kantor," lirih Putri. "Padahal kita hanya teman kerja, tidak lebih.""Loh ... bukannya cemburu itu tanda cinta ya? Emangnya kamu mau Ridwan cuek-cuek aja, lihat kamu diantar pulang sama orang lain?" sahutku selembut mungkin."

  • Karma Sang Penggoda   Bab 63 - Bertemu Fiona.

    "Pasien rumah sakit jiwa terlindas truk hingga tewas, kondisi sangat mengenaskan. Saat ini jenazah korban ada dirumah sakit Pelita Keluarga.""Baca, apa sih Fi serius banget?" Mas Yas yang sedang mengemudi, menoleh singkat lalu kembali fokus menghadap jalan."Baca berita yang lewat dibranda, Mas. Seram ih, aku baca juga komen-komennya. Katanya, tubuh korban tabrakan itu terbelah menjadi dua bagian." sahutku, sambil bergidik ngeri."Innalillahi ... semoga amal ibadahnya diterima Alloh." jawab Mas Yas dengan wajah prihatin."Aamiin," aku hanya menyahut, pandangan fokus pada gawai melanjutkan membaca komentar yang ada didalam berita.Mengingat rumah sakit jiwa, aku jadi teringat ucapan Nyonya Diana. Dia bilang, Anitta terkena gangguan jiwa, dan sekarang tinggal dirumah sakit jiwa. Semoga dia dalam keadaan baik-baik saja, walau aku sangat membencinya tapi aku tak ingin mendoakan keburukan padanya. Aku takut doa buruk itu akan kembali padaku. Naudzubillah."Nyonya Diana, terlihat bukan oran

  • Karma Sang Penggoda   Bab 62 - Bagian special.

    Pov DianaSuara debur ombak beradu dengan karang membuat aku menarik nafas panjang, angin lembut berhembus diwajah dan rambut. Menimbulkan aura menenangkan.Hmm ...Menghembuskan nafas secara perlahan, bibir tersenyum simpul melihat dua sosok kesayangan bermain dengan ceria ditepi pantai.Duhai Tuhan ... trimakasih. Atas izinmu, kau biarkan aku melalui badai yang sangat kuat lagi dahsyat."Mamih, ayok kesini!" seru Deo meski terdengar samar. Aku hanya tersenyum, meraih gelas berisi jeruk hangat lalu menyesapnya pelan.Tangan ini melambai saat melihat pasangan suami istri celingukan mencari seseorang. Aku tersenyum manis, saat mata kami beradu tatap."Hai." sapaku ceria."Lama tidak bertemu, Nyonya Diana." wanita cantik menyapa dengan senyuman manis, dia menyodorkan tangan, setelahnya kita berjabat tangan mencium pipi kiri dan kanan."Mbak Fiona, semakin cantik saja." ucapku tulus. Karna memang wajah wanita muda yang ada dihadapanku memang selalu cantik."Nyonya bisa saja," ucapnya sam

  • Karma Sang Penggoda   Bab 61 - Berakhir.

    Pov Anitta."Lepass!" aku memberontak saat dua laki-laki berseragam rumah sakit memegangi kedua tangan."Kalian tuli, hah! Lepas aku bilang!" sungutku sambil terus memberontak.Kedua laki-laki itu hanya mendengkus kesal tak mengindahkan ucapanku."Jalan!" ucapnya, lalu menyeret tubuhku keluar dari penjara.Nafasku terengah-engah, terpaan sinar matahari menerjang wajah menimbulkan sensasi hangat dan menenangkan.Otak mulai mencerna apa yang sebenarnya terjadi, aku terbahak menyadari akan keluar dari tempat pengap itu."Hahah ... aku bebas. Aku bebas!" teriakku bersemangat. "Bawa aku pulang ke apartement, aku rindu rumahku. Aku rindu." cerocosku sambil menatap penuh harap kearah dua laki-laki itu.Satu diantaranya membuka pintu bagasi mobil khas rumah sakit, setelah terbuka lebar dia kembali memegangi tanganku."Masuk!" titahnya sambil mendorong tubuhku."Hati-hati, jangan membuatnya marah. Atau kalian akan tersakiti." ucap Polisi gendut. Keduanya saling bertatapan, lalu menoleh kearahk

  • Karma Sang Penggoda   Bab 60 - Sudah lelah.

    "Aaaaa!" aku menjerit ketakutan. Pegangan itu tersenyum menyerigai, lalu membuka mulut dan mengeluarkan semua binatang menjijikan."Hah ... hah!" Aku langsung terlonjak dengan nafas memburu. Keringat sebiji jagung bercucuran dari kening hingga kewajahku. Aku mengedarkan pandangan, ruangan sempit masih mengelilingiku."Hiiiyyy." aku bergidik ngeri, mimpi tadi seolah nyata dan aku merasa benar-benar tenggelam dalam lautan darah."Uhuk ... uhuk!" nafasku tersendat. Aku kesulitan bernafas.Hah hah!Benar-benar kurang ajar. Untuk apa perempuan pengeretan itu hadir didalam mimpiku. Aku jadi takut sendiri berada diruangan sempit ini."Pak ... Pak!!" aku berteriak sambil memukul gembok pada pintu besi. Tenggorokanku kering, dan tidak ada satu pun setetes air minum disini."Ada apa! Jangan berisik. Ganggu saja!" maki petugas gendut."Air, saya butuh air." jawabku dengan tatapan memohon."Minum ... haus," pintaku."Ck! Menyusahkan saja sih." maki Polisi itu. Dengan sangat terpaksa dia membalik

  • Karma Sang Penggoda   Bab 59 - Bertemu Ibu.

    Pov Anitta."Tahanan ini benar-benar keterlaluan, dia membunuh Ibunya sendiri saat datang berkunjung menemuinya." ujar petugas gendut sambil melirik kearahku sorotnya memancarkan ketidak percayaan."Ckckck," laki-laki berperawakan tinggi besar itu menatap lekat, menggelengkan kepalanya. Aku semakin menundukan wajah, takut tiba-tiba pukulan kembali menyerangku.Tubuh ini menggigil, luka memar terlihat disekujur tubuh. Rasanya sakit dan menyiksa sekali."Teman satu selnya pun ikut dihajar, aku rasa dia mengalami gangguan jiwa." Mataku mendelik, tak terima dengan kata-kata sipir jelek itu."Bawa dia masuk kembali, tempatkan dia diruangan 355 a. Jangan disatukan dengan yang lain, saya mencuim gelagat mengerikan dari tatapan matanya," ucap komandan Polisi."Siap, Dan!" sahut dua petugas sambil menegakkan badan."Cepat!" tubuh ini diseret paksa. Aku hanya bisa menurut, menyeret kaki mengikutinya.Dug!Rasa nyeuri menerjang lutut dan telapak tangan, saat tubuhku didorong masuk oleh petugas h

  • Karma Sang Penggoda   Bab 58 - Bersyukur.

    "Istri saya sakit apa, Dok?" tanyaku setelah Dokter Murni memeriksa keadaan Diana."Sepertinya hanya terlalu lelah," jawab Dokter Murni sambil tersenyum tipis pada Diana."Jangan terlalu capek dan banyak fikiran. Bebaskan saja, jangan dipendam nanti tambah sakit," sambungnya sambil mengusap tangan Diana."Iya, Dok. Trimakasih," jawab Diana."Saya hanya meresepkan beberapa vitamin, sama obat pusing ya. Untuk berjaga-jaga, khawatir kepala Nyonya Diana ikut pusing juga karna terlalu banyak berfikir," ucap Dokter Murni sambil terkekeh pelan. Diana tersenyum menanggapinya."Saya permisi, jangan lupa diminum vitaminnya." ucapnya sambil mengemasi alat-alat ke Dokteran yang tadi dia keluarkan."Iya, Dok. Trimakasih ya," sahutku lalu mengekorinya jalan keluar kamar."Kamu tidak apa-apa, Mih?" tanyaku sambil mengusap pucuk kepalanya dengan lembut."Tidak, apa. Aku hanya butuh istirahat saja," jawab Diana."Kamu lagi banyak fikiran ya? Mikirin apa sih?" cecarku berpura bodoh. Padahal aku tahu be

  • Karma Sang Penggoda   Bab 57 - Diana Sakit.

    "Mati saja kau, Bu. Hidup pun tak berguna, hanya bisa menyusahkan anak-anakmu saja!" bisikku tepat ditelinganya. Wajah Ibu terlihat membiru, dengan lidah menjulur dan suara nafas yang tercekat ditenggorokan.Aku semakin bersemangat, bibir melengkung sempurna saat melihat Ibu menghadapi sarakatulmaut."Mati, kamu Buk. Mati!" desisku dengan suara tertekan."Hei ... mau apa kamu!" suara sumbang mengganggu kesenanganku. Tangan lemah Ibu terus memukul tangan ini, dan meminta pertolongan. Aku semakin kalap saat beberapa orang mulai mendekat, cengkraman tangan dileher Ibu semakin aku tekan.Dia harus lenyap, aku tak ingin hidup menderita sendirian.Tubuh Ibu mulai lemas, tangannya terkuai tidak lagi melakukan perlawanan.Kedua tanganku ditarik paksa, seruan dari suara sumbang terus saja mengusik pendengaranku."Hei, sudah gila kamu ya!" hadrik suara seseorang."Lepas!""Pak, tolong ..."Plakk plakk!!Rasa panas langsung menjalar dipipiku, setelah memastikan Ibu tak lagi bergerak aku baru mel

  • Karma Sang Penggoda   Bab 56 - Pergi saja.

    "Mas ..."Langkah Mas Mahesa terhenti mendengar panggilanku.Mamah menatap jengah, Diana menampilkan wajah datar berpura tak melihat kehadiranku.Sombong sekali, perempuan tua itu. Merasa menang dariku? Tak tahu malu.Mas Mahesa mengangguk kecil pada dua perempuan busuk itu, Mamah menatap khawatir, tapi akhirnya pergi juga bersama Diana."Ada apa?" tanyanya datar, tanpa melihat wajahku. Tangannya sibuk merapihkan dasi yang menjerat dilehernya."Aku ..." mata ini memanas, melihat perubahannya. Mas Mahesa melirik sekilas, menghela nafas panjang."Katakanlah, aku tidak punya banyak waktu. Mamah dan istriku sudah menunggu diluar," ucapnya sambil menatap lurus kearah pintu, dimana berdiri Mamah Hana juga Diana."Aku juga istrimu," sahutku dengan suara parau. Mas Mahesa terkekeh, lalu menatapku tajam."Istriku?" tanyanya dengan tatapan mengejek. "Oh ya ... kau benar. Aku belum mengucap talak untukmu," sambungnya dengan senyum tipis."Mas ..." selaku dengan wajah memelas."Aku minta maaf, su

DMCA.com Protection Status