Share

7. Jarak di Antara Kami

Penulis: Yani Santoso
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-09 07:55:49

Jarak di Antara Kami

-----

Kembali, ruang tamu menjadi hening. Kuusap kasar wajahku, sementara Rahma sibuk mengotak-atik ponselnya, seperti sedang mencari sesuatu di sana.

"Kak ... Kakak ingat ga, temanku yang satu tempat kerja dengan Bang Asrul?"

Dengan bertopang dagu, Rahma bertanya padaku.

"Hmm, Kakak ingat. Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Kenapa kakak tidak coba bertanya padanya langsung? Walau aku sudah pernah menyampaikan tentang masalah kakak padanya, akan lebih baik jika kakak juga berbicara langsung denganna."

"Begitu ya?"

"Iya, kebetulan hari ini aku ada janji ketemu dengannya. Apa sekalian saja kakak ikut?"

Tanpa berpikir panjang, aku mengiyakan ajakan Rahma.

Rasa penasaran tentang penyebab perubahan sikap Bang Asrul membuatku melupakan rasa sakit hati dan kecewaku padanya.

"Rahma, maukah kamu berjanji satu hal sama kakak?" tanyaku pada Rahma sebelum kami melangkah keluar.

"Berjanji apa, Kak?" Tanyanya.

"Kakak mohon, jangan memberitahukan apa yang sedang menimpa rumah tangga kakak pada orangtuaku atau keluarga yang lain," kataku memohon.

"Kakak jangan takut soal itu, Rahma janji." Rahma berkata sambil memegang tanganku.

Mendengar jawaban Rahma, kuhela napas lega, setidaknya untuk sementara waktu, aku tidak perlu khawatir.

****

Perlahan, mobil yang dikendarai oleh Rahma memasuki tempat parkir sebuah rumah makan tak jauh dari tempat Bang Asrul bekerja.

Setelah mencari beberapa saat, Rahma menunjuk pada sebuah meja yang berada sedikit dipojokan.

Di sana terlihat seorang gadis melambaikan tangan ke arah kami.

"Itu, di sana Kak, teman Rahma."

Sambil berkata, Rahma menarik tanganku ke arah di mana gadis itu duduk.

"Ini pasti Kak Marina, iya kan ....?"

Sambut gadis itu ramah ketika kami sudah berada di depannya.

"Iya, saya Marina." Kuulurkan tanganku sebagai tanda perkenalan.

"Saya Damayanti, tapi biasa dipanggil Yanti." Dia menjawab sambil menyambut uluran tanganku.

"Yanti, masih ingatkan ... dengan apa yang aku minta tempo hari?" Rahma membuka percakapan setalah kami duduk.

"Ingat dong ... ini kan?"

Yanti menjawab sambil menyerahkan ponselnya kepada Rahma. Setelah ponsel Yanti berpindah ketangan Rahma, dengan senyum lebar dia berkata.

"Hebat kamu ...!" Rahma berkata sambil mengangkat jari jempolnya.

"Lihat Kak ...." Rahma menyerahkan ponsel Yanti padaku.

Kulihat di layar ponsel yang menyala, terpampang sebuah profil akun f******k seorang wanita.

Kuperhatikan dengan seksama wajah gadis itu, kemudian kutatap wajah Rahma dan Yanti bergantian.

"Bukankah dia ...?"

"Iya kak ... itu akun media sosial Risa." Dengan cepat Rahma memotong kalimatku.

"Mulai sekarang, kakak bisa memantaunya melalui akun media sosialnya. Aku lihat dia sangat aktif posting apapun disana." Rahma melanjutkan kalimatnya.

Kukeluarkan ponselku, dan mencoba mencari akun dengan nama tersebut.

Setelah ketemu, aku simpan tautannya, untuk mempermudah jika sewaktu-waktu ingin mencarinya.

"Yanti ... kalau ada informasi, apapun itu tentang Bang Asrul, kakak minta dengan sangat, ceritakanlah padaku," pintaku pada Yanti. Sesaat Yanti menatap mataku, sebelum akhirnya dia berbicara.

"Kak ... sebenarnya, Bang Asrul dijebak!" Yanti menjawab ragu.

"A--apa maksudnya dijebak?" tanyaku gugup.

"Menurut kabar yang aku dengar, Bang Asrul dijebak oleh gadis itu, supaya Bang Asrul bersedia menikahinya." Yanti menjelaskan.

"Dijebak bagaimana?" tanyaku lagi, karena aku masih belum bisa mencerna apa yang dikatakan Yanti.

"Bang Asrul di ajak tidur, tak lama setelahnya, mereka di gerebak."

Degh...

Lagi-lagi, aku diberi sebuah kejutan yang membuat jantungku berpacu lebih cepat.

Kejutan yang menentukan nasib dari rumah tangga yang aku coba pertahankan walau selalu dihadapkan oleh fakta yang menyakitkan.

***

Kucerna tiap kalimat yang diucapkan Damayanti.

Ingatanku kembali melayang ke kejadian beberapa tahun silam.

Ketika kami baru pindah ke kota ini.

Keputusan yang kami ambil, karena jarak tempat kerja Bang Asrul dari rumah lumayan jauh.

Karena tidak ingin membiarkan suamiku sendirian di kota ini, kami memutuskan membeli sepetak tanah kosong yang kemudian kami bangun rumah secara bertahap, hingga jadi seperti saat ini.

Dan untuk itu, aku juga tidak tinggal diam.

Kugunakan uang tabunganku untuk membantu membuat rumah kami.

Uang yang aku kumpulkan sejak masih gadis dari pekerjaanku sebagai penjahit.

Jika kini tiba-tiba aku mendapat kabar bahwa Bang Asrul suamiku, mempunyai wanita lain, haruskah aku bertahan?

Sementara aku yang mendampinginya selama bertahun-tahun seolah tak dihargai lagi.

Bahkan aku harus mendengarnya dari orang lain.

"Kak Marina, maaf jika apa yang aku sampaikan ini membuat kakak jadi tak enak hati." Damayanti berkata sambil menangkupkan kedua tangannya di dada.

"Tidak apa-apa, aku justru harus berterimakasih padamu, karena sudah membantuku mencari informasi tentang Bang Asrul," jawabku.

"Kak ... sebenarnya, Kakak bisa bertanya pada Bang Nizar.

Karena, selain teman kerja, dia adalah teman dekat Bang Asrul, bukan? Bahkan saat terjadi penggerebekan saat itu, dia juga datang untuk menjemput Bang Asrul."

"Bang Nizar ...?"

"Iya, Bang Nizar!" Damayanti menegaskan.

Ah ... rupanya Bang Nizar pun sudah tahu semuanya.

Aku jadi ingat beberapa hari yang lalu sempat menghubunginya untuk menanyakan hal ini.

Namun tak satu informasipun kudapat dari dia.

Mungkin Bang Nizar tidak ingin hubungan persahabatannya dengan Bang Asrul hancur, dengan memilih untuk tidak ikut campur dalam masalah ini.

Atau mungkin ada alasan lain?

****

Setelah makan siang selesai, Rahma mengantarku kembali kerumah.

Sebelum pulang, aku berkali-kali mengucapkan terima kasih pada Yanti atas segala informasi yang dia berikan.

Aku juga meminta padanya, untuk tetap memberiku informasi, apa saja yang berhubungan dengan Bang Asrul dan Risa.

Sepanjang perjalanan pulang, baik Rahma maupun aku memilih untuk diam.

Tak banyak yang kami bicarakan.

Namun dari sudut mataku, bisa kulihat Rahma berkali-kali menghela nafas dalam, kemudian menghembuskan pelan.

"Kak ... apa tidak sebaiknya masalah kakak dan Bang Asrul dibicarakan dengan dengan orang tua? Siapa tau mereka punya jalan keluar."

Rahma berkata tanpa menoleh padaku, dan tetap fokus mengemudi.

"Tidak Rahma. Aku tidak ingin ada orang lain yang mengetahui masalah yang menimpaku. Ini sebuah aib bagiku, jika sampai ada yang tau perbuatan Bang Asrul."

"Tapi Kak ..."

"Rahma ... Kakak mohon, sekali ini saja. Biarkan Kakak coba untuk menyelesaikan masalah ini sendiri," ucapku memotong kalimat Rahma.

Kulihat ada rasa kecewa di wajahnya. Namun kurasa, ini harus aku lakukan.

Bagaimanapun, perselingkuhan dan kabar penggerebekan Bang Asrul adalah sebuah aib, dan sebisa mungkin aku harus menutupnya rapat-rapat. Bagiku, aib Bang Asrul adalah aibku juga.

****

Di luar rumah, terdengar suara motor berhenti.

Kusibak gorden, terlihat Bang Asrul turun dari motornya.

Baru aku sadar, ternyata Bang Asrul lebih kurus.

Terlihat jelas tulang pipinya sedikit menonjol dengan mata sedikit cekung. Apakah karena masalah yang sedang dia hadapi?

"Sudah pulang, Bang ...?" Sapaku ketika Bang Asrul sudah memasuki rumah.

"Hmmm." jawabnya singkat.

"Abang mau Marina siapkan makan?"

"Tidak usah ... tadi sudah makan di tempat kerja."

Tolak Bang Asrul sambil berjalan menuju kamar. Sementara, aku mengekor di belakangnya.

"Mau Marina buatkan kopi?" tanyaku lagi, sehalus mungkin. Walau masih ada rasa sesak di dada.

"Tidak usah ... Abang mau mandi dan istirahat sebentar," jawab Bang Asrul sambil membalikkan tubuhnya, sehingga kami berdiri berhadap-hadapan.

Dan benar saja, semakin jelas kulihat bahwa Bang Asrul lebih kurus dari sebelumnya. Kutatap lekat wajahnya dengan penuh kerinduan.

Jauh di lubuk hati yang dalam, aku merindukan masa dimana kami bisa bercengkerama membahas apa saja, sambil bersandar di dada bidangnya.

Namun kini, antara aku dan Bang Asrul seolah ada sekat tak terlihat yang menghalangi kami berdua.

****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
amymende
yaah begitulah dan sampai disini saja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    8. Ceraikan Aku, Bang!

    Ceraikan Aku, Bang!----Bang Asrul melangkah ke kamar mandi dengan hanya berbalut handuk, dia melewatiku yang duduk di tepi ranjang begitu saja, ekspresinya begitu datar. Bahkan tidak terlihat sisa emosi dari pertengkaran kami sebelumnya.Kucoba untuk menatap wajahnya, namun Bang Asrul membuang muka, seolah enggan untuk melihatku, lebih tepatnya, menghindar dari tatapan mataku."Apa sebenarnya yang kamu sembunyikan dariku, Bang?" Tanyaku dalam hati.Masih terdiam di tepi ranjang, sambil menikmati suara air dari guyuran gayung yang menyiram tubuh Bang Asrul.Aku membayangkan saat awal kami menikah dulu. Di mana, kami selalu menghabiskan waktu bersama setiap kali Bang Asrul pulang kerja.Bercerita apa saja, tentang cita-cita dan rencana untuk selalu bersama, sampai ajal memisahkan. Mengingat semua itu, aku hanya mampu menarik napas dalam, karena tiba-tiba dadaku terasa sesak, seperti ada sesuatu yang besar menghimpitnya.Percikan air dari kamar mandi membawa anganku melayang, saat kami

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-09
  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    9. Tidak Ingin Dimadu

    Tidak Ingin Dimadu---“Suami adalah salah satu surga istri. Jika untuk menuju ke sana, aku harus merasakan kesakitan dan penderitaan tak bertepi, maka ijinkan aku untuk memilih mencari jalan surga yang lain”--"Aku tidak akan pernah menceraikanmu!" Bang Asrul menjawab lantang. Bang Asrul juga mengepalkan tangan dengan wajah menegang. Aku tahu, Bang Asrul sedang marah, tidak ... dia tidak marah. Tapi berusaha mempertahankan egonya.Sementara aku, masih dengan posisi semula, duduk di tepi tempat tidur sambil tetap memandang wajah suamiku.Tak kutemui lagi sorot teduh dari matanya, atau senyum lembut yang selalu terukir tiap kali aku merajuk sambil merayu dengan untaian kata-kata manis.Semua itu tak lagi kutemukan pada sosok laki-laki yang sekarang berdiri tepat di hadapanku, yang kulihat hanya sosok lelaki yang terlihat asing yang dipenuhi ego dan amarah."Dengar ... Marina, sampai kapan pun, Abang tidak akan menceraikanmu. Kamu akan tetap menjadi istri Abang, ratu di rumah ini sampa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-09
  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    10. Kamu Pergi Ke Mana?

    Kamu Pergi ke Mana?---“Menikah bukan sekedar menyatukan dua hati, tapi juga menerima kekurangan pasangan, dan kekurangan tersebut bukan untuk melemahkan kedudukannya”---Aku memacu motor matik menyusuri jalanan berdebu. Masih belum kutentukan, hendak ke mana kubawa diri ini untuk mengadu. Yang ada dalam pikiran hanyalah, pergi sejauh mungkin agar sesak di dada sedikit berkurang.Masih tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar dan alami beberapa menit yang lalu. Suami yang kudukung dari pertama menikah, saat belum memiliki apa-apa, mengutarakan niat untuk menikah lagi di usia pernikahan yang sudah belasan tahun kami lalui bersama. Menduakan cinta yang sudah kami rajut nertahun-tahun lamanya. Aku sadar, aku bukan wanita yang sempurna. Dan aku tak pantas bertanya tentang kekuranganku pada Bang Asrul.Karena aku tahu, jawaban yang kuterima nantinya pasti akan lebih menyakitkan dari sekedar keinginannya untuk menikah lagi.Aku bukan wanita yang sempurna, aku hanya seorang istr

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-09
  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    11. Suara Wanita di Telepon

    Suara Wanita di Telepon---"Saya terima nikah dan kawinnya Risa binti fulana dengan mas kawin satu set perhiasan emas dibayar tunai," ucap Bang Asrul sambil menjabat erat tangan penghulu yang duduk di depannya.Sementara itu Risa, yang mengenakan kebaya warna putih dengan rambut yang disanggul berhias bunga, tampak cantik dan anggun.Sesekali Risa menatap ke arahku, sambil melempar senyum dan menampakkan deretan gigi putihnya. Senyum kemenangan.Kuremas ujung baju yang kukenakan, sambil menahan semua gejolak dalam dada.Andai saja hanya ada kami bertiga, mungkin sudah aku porak-porandakan tempat ini hingga rata dengan tanah, namun semua itu hanya sebatas angan-angan saja.Setelah proses ijab kabul, seluruh orang-orang yang hadir mengucap syukur. Mereka saling bersalaman satu dengan yang lain.Sementara Risa mencium punggung tangan Bang Asrul, yang dibalas dengan kecupan di kening Risa.Dan lagi-lagi, Risa menoleh kepadaku, seolah ingin mengatakan "Lihatlah Marina, Bang Asrul sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-10
  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    12. Kembalikan Aku Pada Orang Tuaku

    Kembalikan Aku Pada Orang Tuaku---"Halo ..." Ucapnya lagi.Sementara hatiku bergemuruh, perasaan campur aduk menjadi satu, antara perasaan ragu dan ingin tahu menjadi satu.Setelah aku bisa menguasai dan menenangkan perasaan, kujawab sapaan tersebut. Setelah sebelumnya aku menghela napas dalam beberapa kali."Ha ...." suaraku seketika tercekat tiba-tiba ketika Bang Asrul sudah berdiri di sebelahku."Marina ... mana kopi buat Abang?" tanya Bang Asrul datar.Melihat Bang Asrul yang berdiri di sebelahku, langsung kumatikan ponsel dan menyimpannya dalam kantong celana."Bentar Bang, tadi Rina masih nyari gula. Lupa di mana menyimpan," jawabku memberi alasan, sambil celingak-celinguk mencari sesuatu."Hhh ... bikin kopi saja lama. Tadi kamu telpon siapa? Kok langsung dimatikan?" selidik Bang Asrul."Oh ... itu, Rahma nyanyain kabarku, kangen katanya," jawabku spontan.Lagi, aku menjawab pertanyaan Bang Asrul sekenanya. Karena aku tak punya alasan lain selain itu, dan hanya nama Rahma yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-10
  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    13. Bertemu Risa

    Bertemu Risa---“Jangan pernah memaksakan diri untuk menerima sesuatu yang tidak kita sukai”---"Abang ingin mengajakku bertemu dengan Risa?" tanyaku pada Bang Asrul, lebih untuk meyakinkan diri sendiri bahwa aku tidak salah dengar."Iya. Dengan begitu, kamu akan bisa mengenal Risa lebih dekat. Dan tentu saja, kamu bisa bertanya apa pun yang selama ini mengganjal hatimu."Bang Asrul berkata, sambil sesekali menyesap kopi yang masih mengepulkan asap tersebut.Entah kenapa, hatiku sedikit tergelitik dengan apa yang baru saja Bang Asrul katakan.Bisa-bisanya dia ingin mengajakku bertemu dengan wanita yang sudah membuat rumah tanggaku diguncang prahara.Namun jika aku menolaknya, maka aku akan kehilangan kesempatan untuk mengetahui wanita seperti apa Risa sebenarnya, sementara di sisi lain, aku merasa gengsi dan sedikit di rendahkan jika harus bertemu dengan pelakor itu.Ya ... pelakor, itulah sebutan yang pantas kusematkan untuk wanita yang telah masuk dalam kehidupan rumah tangga kami

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    14. Berubah Pikiran

    Berubah Pikiran ---“Untuk menentukan seorang pemenang, harus melalui sebuah pertarungan. Dan aku siap untuk melawan”***Entah apa yang ada di dalam pikiran Bang Asrul dan Risa. Di depan mataku, mereka seolah sengaja mengobarkan api peperangan denganku.Tanpa memikirkan bagaimana perasaanku, apakah aku akan terluka ataukah merasa sakit hati?Bang Asrul masih menggenggam erat tangan Risa yang dijulurkan di atas meja, sementara aku menata hatiku untuk tetap tenang dan tidak terpancing amarah ataupun rasa cemburu. Walau jujur, hatiku rasanya sangat sakit sekali melihatnya.Baik Bang Asrul maupun Risa, menganggap seolah tidak ada aku di antara mereka.Untuk menutupi gejolak di dadaku, kukeluarkan ponsel dari dalam tas dan mulai mengetik pesan untuk Rahma."Rahma, kamu melihat juga kan ... apa yang di lakukan Bang Asrul?" Selesai mengetik, kutekan tombol kirim.Tak lama kemudian, sebuah balasan kuterim."Kakak harus tenang, jangan terpancing dengan permainan mereka. Kakak bisa membalik p

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    15. Jangan Uji Kesabaranku

    Jangan Uji Kesabaranku---Mendengar kalimat yang kuucapkan, Bang Asrul dan Risa menatapku secara bersama.Sekilas kecewa terpancar dari wajah keduanya. Mungkin kecewa karena rencana mereka tidak berjalan sesuai dengan rencana."Bagaimana, Bang? Apakah ada yang salah dengan ucapanku tadi?" tanyaku pada Bang Asrul yang masih tampak sedikit kesal."Haruskah seperti itu, Marina?" tanya Bang Asrul. Sungguh sebuah pertanyaan bodoh yang terlontar dari mulut suamiku."Jadi ... menurut Abang bagaimana? Tetap ingin menikahi perempuan ini, emmm ... maksudku Risa, dalam keadaan hamil?" ucapku sambil mengarahkan telunjukku ke wajah Risa.Sengaja kupilih kalimat yang provokatif untuk memancing emosi Risa.Ternyata benar, wajah wanita yang berada di hadapanku seketika berubah menjadi merah padam."Apa kamu tidak malu dilihat orang banyak, duduk dipelaminan dengan perut buncit bersama pria lain, sementara pria yang menghamilimu hanya menjadi tamu undangan?" lanjutku dengan kalimat pedas untuk menam

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-12

Bab terbaru

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    110. Aku Ingin Berjalan Beriringan Denganmu

    Aku Ingin Berjalan Beriringan Denganmu----“Marina, dengan disaksikan ibuku, aku memintamu untuk menjadi istriku. Menikahlah denganku ….” Setelah mengatakan kalimat tersebut, Alvaro mengeluarkan cincin dari kotak kecil yang dipegangnya. Perlahan, dia mengulurkan tangannya dan meraih tanganku.Untuk sesaat, dunia seperti berhenti berputar. Aku seolah dibawa kembali ke masalalu, di mana seorang pria melakukan persis seperti yang dilakukan Alvaro saat ini. Lelaki itu meraih tanganku dan menyematkan cincin di jari manisku. Aku tersenyum lebar begitu cincin itu sudah tersemat di jari manisku. Lalu, perlahan sosok pria itu mendekat dan mencium lembut punggung tanganku. Namun, aku tidak merasakan apa-apa ketika bibirnya meyentuh tanganku, karena sosok pria itu perlahan menghilang dari pandangan mata.“Marina,” panggil Alvaro. Panggilan itu sontak membuatku tersentak dan serta-merta menarik tanganku dari genggaman tangannya.“Al, aku tidak bisa, maafkan aku,” kataku lirih.Kulihat wajah Alva

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    109. Wanita Dalam Hidupnya

    Wanita Dalam Hidupnya----“Siapa?” Tanyaku penuh penasaran.Meski sempat terbersit tentang gambaran seseorang yang pernah dia ceritakan waktu itu, namun aku ragu apakah orang yang dimaksud adalah beliau.“Kamu akan mengetahuinya dalam waktu dekat,” jawabnya sambil tersenyum.Aku masih memandangnya penuh tanya, mencoba memintanya untuk memberitahuku siapa orang yang dia maksud dengan menggunakan bahasa isyarat. Namun bukannya memberi jawaban yang kuinginkan, dia memilih mengambil bunga yang kuletakkan di atas pangkuan lalu memindahkannya ke atas meja, lalu dengan pelan tangan kekarnya mendorong kursi rodaku menuju jendela.“Aku sudah menceritakan semua tentangmu padanya,” ucapnya sambil memandang ke luar jendela. Aku menoleh, kulihat kedua sudut bibirnya melengkung dan senyum itu jelas terlihat olehku ketika dia menoleh ke arahku.“Jangan takut, aku yakin kamu akan menyukainya,” ucapnya lagi.Lalu kalimat demi kalimat meluncur dari bibirnya, dan entah sejak kapan, aku begitu menikmati

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    108. Happy Ending

    Happy Ending----“Syukurlah, kamu sudah sadar Marina,” ucap seseorang di sampingku.Aku berusaha menoleh untuk memastikan siapa orang yang ada di sampingku, namun ketika aku menggerakkan kepala untuk menoleh, terasa sakit dan ngilu hingga membuatku mengaduh dan merintih kesakitan.“Aduh ….” Ucapku sambil memegang leherku yang terasa sakit. Dan di saat itu pula aku melihat jarum infus yang menancap di lenganku, juga sebuah perban di leher ketika aku merabanya.Aku memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat kejadian terakhir yang kualami sebelum akhirnya aku kehilangan kesadaran.“Kamu tidak apa-apa, Nak? Ibu tahu ini pasti sangat menyakitkan sekali bagimu.”Aku kembali membuka mata perlahan, kulihat ibu yang duduk di sampingku meneteskan air mata. Rupanya, suara-suara yang kudengar adalah suara ibuku, dan suara itu juga yang selalu membuatku kembali ke alam sadar setiap kali aku pingsan dan juga ketika koma. Wanita yang melahirkanku itu selalu berada di sampingku, yang tidak putus mel

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    107. Amanda Menggila

    Amanda Menggila----“A---apa yang akan kamu lakukan, Amanda?” tanyaku gugup saat kulihat Amanda berjalan mendekati, di tangannya menggenggam sesuatu yang berkilau.Amanda tidak menghiraukan ucapanku, dia makin mendekat dan akhirnya berhenti tepat di depanku. Perlahan, dia membungkukkan tubuhnya ke arahku, bukan itu saja, dia lalu berjongkok tepat di depanku sambil menatapku tajam.Amanda menyeringai, memperlihatkan giginya yang rapi, andai saat ini dia tidak membawa benda itu, mungkin senyum itu terlihat sangat cantik, namun kini, senyumnya terlihat sangat menakutkan. Aku seperti sedang berada dalam suatu adegan menegangkan di mana sang tokoh antagonis sedang berusaha melukai tokoh protagonis. Meskipun sebenarnya, apa yang saat ini terjadi bukan lagi sebuah adegan dalam film atau nonel, namun terjadi langsung padaku.“Kamu tahu, Marina, aku itu sangat sangat membencimu. Jangankan melihatmu, mendengar namamu disebut saja, membuatku sangat muak dan benci,” ucapnya.“Aku tidak tahu apa

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    106. Suami Irna Tertangkap

    Suami Irna Tertangkap----“Aku baru saja mendapat kabar dari Alvaro, kalau saat ini suamimu sudah tertangkap. Dia dan seorang pria ditangkap di salah satu rumah kos yang tidak jauh dari tempat tinggal Amanda.”Irna terdiam, dia terlihat seperti kehilangan kata-kata. Karena kulihat dia beberapa kali seperti ingin mengatakan sesuatu namun urung. Mungkinkah kabar tertangkapnya suaminya itu membuatnya sedih? Bisa jadi begitu, bagaimanapun juga, mereka adalah suami istri yang sudah menghabiskan waktu belasan tahun hidup bersama. Meskipun Irna saat ini begitu murka terhadap suaminya atas semua yang telah dilakukan, namun tetap saja tidak merubah kenyataan kalau keduanya pernah saling menyintai.“Irna, kamu baik-baik saja?” tanyaku setelah beberapa saat.“i---iya, aku baik-baik saja,” jawabnya gugup sambil merubah posisi duduknya.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya pemuda yang tadi datang bersamanya pelan. Dia terlihat khawatir melihat perubahan Irna.“Aku tidak apa-apa,” jawab Irna pelan.

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    105. Bertemu Irna

    Bertemu Irna-----Percakapanku dengan Alvaro berlalu begitu saja, tanpa adanya kejelasan tentang apa maksud dari ucapannya saat itu. Meskipun sudah satu minggu berlalu, namun aku masih mengingat dengan jelas kata demi kata yang dia ucapkan saat itu.Dia mengatakan kalau dirinya akan menjadi pengganti kakiku seandainya aku benar-benar kehilangan kemampuan untuk berjalan, dia juga mengatakan akan menggendongku ke manapun aku ingin pergi. Sungguh sebuah kalimat yang romantic dan puitis dan akan membuat hati setiap wanita meleleha saat mendengarnya. Dan seandainya aku mendengar kalimat itu sepuluh atau lima belas tahun lalu, hatiku pun akan meleleh dan luluh. Namun sayang, dia mengucapakan kalimat itu di saat yang tidak tepat, di saat aku tidak ingin mendengar apapun selain kabar baik tentang kesehatanku, juga kasus tabrak lari yang kualami. Aku ingin sekali melihat mereka, para pelaku dan juga dalang di balik semuanya, tertangkap dan meringkuk di balik jeruji besi.Drtt … drtt ….Lamuna

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    104. Akan Menjadi Pengganti Kakimu

    Akan Menjadi Pengganti Kakimu.----“Irna … telah kehilangan bayinya,” sahut Al lirih.Aku kembali menghela napas dalam, meskipun aku belum pernah merasakan hamil sebelumnya, namun mendengar berita kalau Irna telah kehilangan bayinya, membuatku merasa sedih, seperti ada sesuatu yang ditarik paksa dari dalam hatiku. Karena aku tahu kalau Irna benar-benar menginginkan bayi itu, seorang anak yang telah lama dia dambakan, namun dia harus kehilangan bayi itu sebelum dia sempat melihat wajahnya, sungguh menyedihkan.“Bagaimana Irna bisa kehilangan bayinya? Apakah dia keguguran?” selidikku.“Iya, dia keguguran. Namun sebenarnya dia bisa mempertahankan bayinya andai saja ….”Alvaro menggantung kalimatnya hingga membuatku penasaran. Karena dari yang aku ketahui, Irna pasti akan melakukan apapun untuk menyelamatkan kandungannya, namun kenyataannya dia justru harus keguguran. Pasti ada sesuatu hal yang menimpa Irna saat itu.“Dia terlambat untuk mendapatkan perawatan dari dokter sehingga bayinya

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    103. Mencoba Ikhlas

    Mencoba Ikhlas----Hari ini dokter datang membawa kabar baik, aku sduah diperbolrhkan untuk pulang. Ibu dan bapak terlihat sangat bahagia mendengarnya, namun aku tahu, di balik senyum bahagia mereka berdua. Tersembunyi kesedihan yang luar biasa. Aku tahu, mereka berdua selalu berusaha untu tetap tersenyum di depanku, namun aku yakin kalau sebenarnya mereka sangat bersedih, mengetahui fakta kalau aku tidak bisa lagi berjalan. Meskipun dokter berulang kali meyakinkanku dan kedua orang tuaku, kalau aku akan bisa berjalan lagi seperti semula, namun tetap saja kenyataan pahit kalau saat ini aku harus menggunakan kursi roda sebagai pengganti kakiku, dan itu tidak mudah bagiku untuk menerimanya.Keyakinanku semakin kuat ketika tanpa sengaja aku terbangun di malam hari dan mendapati ibu dan bapak sedang berbicara dengan suara lirih dalam remang cahaya lampu. Aku mencoba menajamkan pendengaran untuk bisa mengetahui apa yang saat itu kedua orang tuaku bicarakan. Mereka berdua sedang membicarak

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    102. Cobaan Kedua [Marina]

    Cobaan Kedua [Marina]----Kurasakan tubuhku terasa begitu sakit, seolah seluruh tulang di tubuhku remuk. Ingin sekali aku menggerakkan tubuh, namun tidak mampu. Jangankan menggerakkan tubuh, sekedar membuka keedua mata pun aku tidak bisa. Apakah aku sudah mati? Kalau memang aku sudah mati, kenapa aku bisa mendengar suara orang-orang yang ada di sekitarku? Aku bahkan bisa mendengar suara Alvaro, meskipun itu samar-samar. Aku juga bisa mengenali suara Devan dan Rahma yang sedang berbicara di dekatku.“Marina, bangunlah, Nak. Sudah lama sekali kamu tertidur, tidakkah kamu ingin melihat ibu dan bapak? Bapak ada di sini, sudah beberapa hari ini bapakmu menemani ibu di sini, menunggumu bangun.”Suara itu, aku tahu siapa pemiliknya. Wanita yang suaranya selalu mampu membuatku merasa nyaman dan tenang setiap kali berbicara dengannya. Iya, itu suara ibu.“Bu, Marina juga kangen sama ibu,” ucapku. Namun suaraku tidak pernah keluar dari mulutku.Lalu, kurasakan sentuhan lembut di tanganku, se

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status