Share

aku sudah bilang

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jangan terlalu banyak bercanda, nanti orang yang lewat akan mengetahui bahwa sebenarnya kamu bukan orang yang tegas," ujarku sambil tertawa.

"Ketegasan ada tempatnya, aku tak mungkin akan bersikap serius dan tegas pada wanita anggun sepertimu, akh juga salut karena kau menjelma jadi nyonya yang terlihat disegani."

"Hentikan candaanmu, yang lama lama terdengar berupa olokan," balasku menepuk punggung tangannya.

"Siapa bilang mengolok, kau saja terlalu mudah salah paham," jawabnya.

"Begini, aku mau pamit dulu ya, kalo ada panggilan atau apa saja, silakan hubungi nomorku," ujarku sambil bagkit dan mengenakan tas.

"Maaf ya, aku tak bisa mengantarmu karena tumpukan tugas dan tanggung jawab."

"Oh tidak usah, aku akan baik-baik saja, lagipula kamu harus bekerja."

"Aku berharap kita bisa lebih sering berjumpa," balasnya menyunggingkan senyum khas.

"Ya, tentu. Selama aku berurusan di sini, aku akan terhubung denganmu."

"Kalo begitu, aku akan selalu membantumu," ucapnya sambil mengulurkan ta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eka Sari
Seru ceritamu thor..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    menuju sidang

    Ya, proses terus bergulir, setiap perkembangan yang terjadi, Didit selalu mengabarkanku. Ia juga banyak membantuku dalam mengarahkan cara memberikan keterangan terhadap pertanyaan pertanyaan polisi yang menjebak dan bisa membuat aku yang jadinya akan dihukum.Aku sangat beruntung, sahabatku itu hadir di saat terbaik dan meringankan langkahku, setidaknya setelah orang orang tahu aku terhubung dengannya, gangguan dan teror sedikit berkurang.Selagi duduk santai di sofa ruang tamu, tiba-tiba telepon berdering dan aku segera bangkit untuk mengambil ponselku dan menggeser tombol hijau."Halo, Assalamualaikum," sapaku."Waalaikumsalam Apa kabar Sakinah?" tanya suara khas dari seberang sana."Oh, Pak Polisi rupanya," gumamku sambil tersenyum kecil."Kenapa tiba-tiba kau berkata formal aku jadi merinding," ujarnya sambil tertawa."Aku senang karena kamu selalu membuatku tertawa, aku sungguh butuh hiburan akhir akhir ini," balasku. "Oh ya, ada kabar apa menelponku?""Begini, kami susah berkoo

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    sidang dimulai

    Kami beranjak melewati rombongan mertua dan Mas Yadi yang masih terbelalak melihat gestur percaya diri kami berdua. Sesampainya di kursi, Didit mempersilakan aku duduk sembari menunggu pembawa acara sidang mempersilakan kami masuk.Sidang pun dimulai dengan mempersilakan majelis hakim masuk, diikuti oleh kami dengan kuasa hukum masing-masing. Lalu Hakim anggota membacakan pendapat dan mencoba memberikan saran agar kami sebagai pihak tergugat dan penggugat saling damai dalam agenda mediasi mengingat kami pernah saling mencintai, memiliki dua oran anak dan mereka mengingatkan kembali makna dan hakikat sesungguhnya membina pernikahan."Saudara penggugat, Nyonya Sakinah, Apakah anda sudah yakin tetap ingin bercerai," tanya Hakim Ketua."Ya, saya yakin.""Dan kepada Anda Saudara Suryadi selaku pihak tergugat, sudahkah Anda menerima salinan berkas gugatan yang kami kirimkan ke alamat Anda?""Sudah."Setelah bertanya panjang lebar bagaimana pendapat kami masing-masing sebagai suami istri

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    mertua

    Mertuaku menelponku untuk memberitahu bahwa mereka dan rombongannya akan datang sore nanti, aku akan membuat kesepakatan dan menandatangani apa yang kami bicarakan.Sementara menunggunya aku akan memanfaatkan hal itu untuk pergi menemui Kolonel William, ketua majelis hakim yang menangani sidang perkara Mas Yadi.Kuparkirkan mobil di depan pintu gerbang rumah yang cukup mewah ini untuk ketiga kalinya. Kupencet bel dan penjaga datang, kuminta ia memberitahu bosnya bahwa aku datang untuk menemuinya dan itu penting.Tak lama kemudian satpam kembali dan mempersilakan aku masuk dan menungu di ruang tamu."Jadi katakan, ada apa?""Mohon izin sebelumnya jika boleh tahu, apakah anak dan menantu Bapak tinggal di sini?""Apakah ini tentang mereka?" tanya pria paruh baya itu dnegan nada tegas."Mohon izin, sebenarnya tentang saya, namun, ini berkaitan juga dengan mereka, saya ingininta tolong Pak William," ungkapku berhati-hati."Kalo begitu silakan," ujarnya sambil menyenderkan badan.Sebenarnya

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    jarak

    "Kau ini bicara apa?""Hanya bercanda," jawabnya sambil tergelak dan masuk ke mobilnya.Mobil membelah jalanan ramai, udara sore yang sedikit sejuk di tambah sinar mentari yang masih cerah sesaat membuat hati ini sedikit bahagia, namun kebahagiaan itu sedikit kurang sempurna dengan adanya kegelisahan akibat masalah rumah tanggaku. Jika bisa, aku ingin hidup tentram dan damai, aku ingin mendapatkan ketenangan batinku dan menyempurnakan hidup yang berharga ini dengan meraih semua mimpiku dan msmgantar kedua putriku menuju kesuksesan, hanya itu yang aku inginkan."Mudah-mudahan setelah masalah ini berakhir aku bisa hidup tenang," batinku sambil menghela napas pelan."Ada apa kamu?" tanya sahabatku itu."Tidak ada, sedang berfikir saja," jawabku."Apa yang sedang kamu pikirkan memangnya?""Diri sendiri."Sesaat ia mengernyit pelan, "Ada apa?" tanyanya."Tidak ada, aku hanya berdoa, semoga setelah semua ini selesai aku bisa membuka lembaran baru dan membenahi hidupku.""Amin," jawabnya s

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    tak tau serius atau tidak

    Satu setengah bulan berlalu,Kujalani hidupku seperti semula dengan damai. Atas inisiatif ingin menenangkan diri aku membeli sebuah rumah yang agak jauh dari pusat kota agar aku bisa tenang dan tidak lagi terkenang pada kehidupan pernikahanku sebelumnya.Kedua anakku juga terlihat lebih bahagia seiring berjalannya waktu. Hidup kami nyaris sempurna karena kini kami lebih punya banyak waktu luang untuk bersama. Biasanya di akhir pekan kami akan pergi jalan-jalan dan menghabiskan quality time dengan belanja dan makan dan kedua anakku selalu antusias untuk itu.Seperti sore ini, setelah puas berjalan jalan kami menikmati angin laut yang bertiup menyejukkan di bangku cafe sembari menikmati senja."Mama, aku senang karena saat ini Mama lebih ceria dan bahagia, kuharap kita sungguh berada dalam damai saat ini.""Amin, ya Allah, kita akan saling mendukung ya, Nak," ujarku."Oh ya, Ma, Om Didit sahabat Mama baik juga ya," ujar Imel."Iya, dia memang baik, " balasku sambil tersenyum."M

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    tiga serangkai

    Ketika asyik duduk menikmati suasana malam sambil mendengarkan musik dan membaca majalah, tiba-tiba pintu rumah diketuk."Masuk," suruhku tanpa beranjak dari kursi.Seorang wanita berperawakan sedang datang, duduk di hadapanku sambil mengusap sudut mata."Apa yang terjadi?""Aku minta maaf, aku ingin memohon ampun atas semua kesalahan saya karena membela Letkol Yadi.""Oh, ya, memangnya apa yang terjadi?""Suami saya terancam dipecat karena saya terlibat pada masalah Ibu," jawabnya."Lalu apa yag bisa saya lakukan? Semuanya sudah terjadi dan tidak bisa diperbaiki, meski saya mengampuni kamu proses peradilan tetap berjalan, dan Dika suamimu, tetap akan mendapat hukuma karena perbuatan istrinya," jawabku."Mohon bantu saya, apapun yang terjadi minimal dia jangan dipecat, kami punya anak yang harus kami hidupi," balasnya."Aku tak berwenang atas itu, Novita. Lagipula jika itu sungguh terjadi, maka itu di luar kendaliku. Kamu juga salah,itu akibat perbuatanmu mengkhianati orang yang tul

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    tentang aku

    Sepulangnya dari persidangan Mas Yadi, aku langsung masuk ke dalam rumah, lalu merebahkan diri di kamar dan melepas penat.Aku menerawang sambil berbaring pada dinding dan langit-langit kamar lantas memindai keadaan ruangan ini yang masih sama seperti dulu, masih ada foto pernikahan kami dan foto ketika mendampinginya sesudah acara kenaikan pangkat.Entah kenapa aku belum menyingkirkan bingkai itu dari dinding, mungkin karena terlalu sibuk atau belum sempat melakukannya namun aku merasa lucu mendapati gambar mengamabadikan momen kebahagiaan usang kami.Kuhela napasku berkali-kali hingga di dalam dada merasa sedikit lebih baik. "Inikah suratan takdir yang Kau gariskan untukku ya Allah. Aku tak menyangka," desahku pelan.Siapa yang mengira pernikahan langgeng dan mesra kami akan berakhir begitu saja oleh orang ketiga. Kupikir kami sudah punya pondasi yang kuat berupa cinta dan kepercayaan satu sama lain tapi ternyata itu semua hanya ilusi semata. Dan pada akhirnya aku harus melepas

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    ada yang pergi

    Hari Minggu yang cerah ketika sinar mentari berpendar dengan begitu hangatnya.seusai berolahraga dan membantu meringankan tugas si Bibi sejenak, kami lalu menikmati sarapan dan bersantai di taman belakang."Selamat pagi," sapa suara yang familiar kudengar akhir akhir ini."Oh, Kompol Didit selamat pagi," sapaku sambil tersenyum.Kami sekeluarga lantas menyambut Pak Wakapolres bersama putrinya dan mempersilakan ia duduk di kursi yang tersedia."Kelihatannya kalian sedang bersantai," ucapnya ketika sudah di posisi duduk."Iya, nih, kalian dari mana?""Aku dan Bella habis berolahraga dan menikmati udara pagi, karena merasa dekat aku jadi mampir kemari. Jadi bagaimana kabar kalian anak-anak.""Baik, Om. Bella gimana kabarnya?" tanya Imel pada anak Sahabatku itu."Baik, Kak." Gadis itu terlihat pendiam dan agak pemalu."Sebaiknya kamu aja Bella masuk dan kalian bisa mengobrol dengan gembira di depan TV," suruhku."Oh, oke, Ma." Mereka pun bangkit dan pergi mengobrol ke dalam rumah sambil

Bab terbaru

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    ketika

    Ketika mereka membalikkan badan, Kartika dan pria itu terkejut, bukan main kaget, sampai salha tingkah, sedang aku langsung menutup mulut dengan kedua tangan, menyembunyikan rasa terpana yang tidak terkira. Aku tak tahu apa harus marah atau menangis dengan pemandangan miris di depan sana, bersamaan dengan rasa iba pada Mas Yadi."Astaghfirullah, apa-apaan kamu Kartika?!' Mas yadi menggeram, mengepalkan tangan dan mendekat, ia maju dan bersiap memukul pria yang jadi pasangan selingkuh Kartika."Beraninya kau menggoda istriku," ujar Mas Yadi sambil melayangkan pukulan."Kau juga sedang bersama istriku, kau telah mempengaruhinya!" Balas pria yang jijik kusebut suami itu."Keterlaluan kau Didit, apa hubunganmu dengan istriku?""Tidakkah harusnya aku yang bertanya apa hubungan yang kau bangun dengan kantan istrimu?!" Mas Yadi membalikkan badan dan terkejut melihatku di belakangnya."Sakinah .....""Apa kau mau mengelak sekarang?" Pria jahat itu terkekeh sinis."Kartika teganya kamu, buru b

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    jadi

    "Jadi kau izinkan aku pergi?""Begini saja, pergilah kau sendiri menemui istrimu aku akan memindahkan anak-anak bersama si Bibi ke perkebunan, anak buah Bendi akan mengawal mereka dan memastikan mereka selamat. Kurasa itu adalah jalan terbaik daripada harus mengikuti kau kesana kemari sementara mereka juga harus menjalani aktivitas belajar dan ujian mereka.""Kurasa masuk akal juga apa yang kau katakan, aku akan pergi kalau begitu," ujar pria itu sambil mengambil tasnya.Sebelum sempat keluar dari kamar, ia mendekat dan tanpa aba-aba dia mendaratkan sebuah kecupan hangat di keningku."Terima kasih masih menyimpan pakaianku," bisiknya lembut.Detik berikutnya, pria itu meninggalkanku begitu saja di dalam kamar ini, kamar yang dulu begitu penuh cinta dan aroma kerinduan. Aku jatuh terduduk di atas ranjang, meremas sprei yang dulu pernah menjadi saksi, betapa kami saling mencintai."Pada akhirnya sebagai suami, dia harus tetap bertanggung jawab kepada wanita yang sudah dia terima nika

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    sesampainya di rumah

    Sesampainya di depan rumah berlantai dua milik kami, Bendi memasukkan mobilnya ke garasi dan langsung menurunkan rolling door garasi dengan rapat.Aku dan Mas Didit saling pandang namun tak berani banyak bertanya, dia lalu meminta Imel untuk menarik cat mobil yang merupakan tempelan untuk membantunya sehingga mobil yang tadi berwarna biru gelap sudah berubah menjadi putih.Setelah selesai ia mengganti pakaiannya dan masuk kembali ke mobil."Kamu gak mampir dulu?" tanya Imel."Aku harus pergi, sebelum polisi tahu bahwa kekacauan di tol tadi adalah perbuatanku," balasnya."Kau akan baik-baik saja?" untuk pertama kalinya pria itu terlihat mengkhawatirkan orang."Iya, Pak, saya akan baik baik saja.""Oh, aku lupa kau punya banyak pengawal," balas Mas Yadi.Pria itu hanya menggeleng pelan sambil tersenyum lalu berpamitan denganku dan anak perempuanku."Hati-hati ya," ujar Imel."Kenapa kau tidak menambahkan kata sayang di belakang kalimat hati-hati?" tanya pemuda itu mengulum senyum mem

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    itu papa

    "Itu Papa!" Seru anakku gembira dia membuka mobil dan langsung berlari ke arah papanya.Anak gadisku begitu gembira dan langsung menghambur memeluk papanya, pria itu juga bahagia dan langsung memeluk putrinya."Akhirnya Papa kelur juga, aku rindu," kata Imel, "tapi kenapa tangan dan kaki papa? Kenapa Papa jalannya pincang?"Tanya Imel yang mengomentari gerakan tubuh Mas Yadi, untungnya dia tak tahu bahwa pria itu habis tertembak dua minggu lalu."Apa kabar, Mas?" Sapaku sambil mengulurkan tangan menyalaminya, tanpa kuduga ia memelukku lalu menepuk belakang punggungku perlahan."Alhamdulillah aku baik sekarang," jawabnya tersenyum, sedang aku terbengong dengan sikapnya."Oh be-begitu ya, ba-baguslah." Sial, aku gugup dan canggung, sementara Bendi dan Imel saling melirik dan tersenyum."Kalo begitu ayo kita pulang," ajak Bendi."Lho, kamu siapa?" tanya Mas Yadi pada Bendi."Dia adalah orang yang sudah menolongku dan Imel dari penyekapan Mas, dia juga sering menjengukku ke rumah sakit d

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    tuan william

    Setelah mengambil semua surat menyurat yang sudah dibuat ulang dari kantor kuasa hukum kami, aku segera mengajak Bendi untuk pergi menjemput Mas Suryadi ke gerbang Rutan Pondok kopi.Mobil kami meluncur di jalan aspal yang mulus lalu berputar di lingkar Selatan dan menuju pinggir kota dimana pusat lembaga pemasyarakatan itu berada."Kamu yakin bahwa papa akan keluar jam 1 siang?""Iya mah begitu informasi yang aku dengar dari Pak Efendy dan petugas sipir yang menelponku," balasnya."Mudah-mudahan lancar ya," gumamku sembari berharap semoga berita tentang kebebasan Mas Yadi bukan hanya lobi semata antara polisi dan TNI, sementara pada kenyataannya hal itu tidak pernah terjadi."Apa semuanya akan aman bendi?""Kita harus tetap waspada nyonya, anda pun sekarang berada dalam incaran," balasnya."Apa? Apa maksudnya?""Lihat mobil Chevrolet hitam yang sedang mengikuti di belakang kita? Sejak dari rumah sakit tadi mobil itu terus mengikuti dan mengawasi, aku rasa mereka memang sudah mengi

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    kubenahi

    Kubenahi rambut dan wajahku yang berantakan, aku merutuk karena pria itu menyakiti rahangku, demi Tuhan aku akan bersumpah bahwa dia akan membayarnya.Kini aku harus mencatat daftar panjang orang-orang yang akan aku tuntut dengan pembalasan. Ada William, Didit, Heri, dan sinoembuat masalah Kartika. Mereka bertiga sahabat yang harus dihancurkan.Tiba tiba muncul sesuatu dalam benakku, ide untuk mengadu domba mereka semua dan membuat mereka saling berselisih paham dan saling mencurigai. Perlahan kepercayaan satu sama lain akan tergerus dan hancur tak bersisa, lalu setelahnya, kuhancurkan mereka semua secara hukum juga.Tapi sejujurnya aku pun belum tahu akan memulai dari mana, sulit menentukan mana orang yang benar-benar bisa dipercaya dan mana yang tidak, mana yang tulus dan mana yang hanya modus, mana yang kawan mana yang berpura-pura menjadi kawan lalu menusuk."Aku harus segera menghubungi pengacaraku," batinku sambil meraih ponselku.Tak lama sambungan terhubung, pria yang sudah

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    dia membesuk

    Kedatangan orang itu memang mengejutkan, dia yang pernah melayani keluargaku dengan baik dan sempat berkonflik denganku karena membela Suryadi kini sudah berdiri di sini menyapa sopan lalu mengambil tempat duduk."Apa kabar Ibu?""Baik, Hendra, aku tak pernah menyangka kau akan datang, entah harus senang atau heran, tapi aku bersyukur atau kemurahan hatimu," balasku pelan."Saya merasa prihatin atas kabar yang terdengar terakhir kali, terlebih mengetahui bahwa Ibu yang sedang hamil disakiti," jawabnya."Terima kasih atas perhatianmu, bagaimana kabar istri anakmu?" tanyaku."Baik, Nyonya.""Oh, syukurlah."Sesaaat suasana menjadi hening dan kaku, aku dan Hendra sama sama diam, tak tahu harus membahas apa."Bagaimana kabar Letkol Suryadi sekarang?""Dia masih ditahan di kantor polisi," balasku."Bukannya beliau sudah bebas?""Iya, tapi ditahan lagi, itu juga karena aku," jawabku menerawang jauh."Pak Yadi tidaklah jahat, dia hanya salah langka karena menyukai Nyonya Kartika, Tapi saya

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    jamin dia

    "Aku kenal seorang polisi korup, dia cukup dekat dengan Kapolda, jika Nyonya mau, mungkin aku bisa menjaminkan Suryadi dengan menemuinya." Pria itu terlihat memicingkan mata meminta pendapatku."Itu ide bagus, tidakkah mereka curiga kenapa seorang preman mau menjamin Suryadi?""Kenapa tidak, memangnya Anda pikir aku akan menggunakan identitas asli, sebagai seseorang yang kerap menjadi buruan polisi, Aku tidak bisa hidup tanpa menggandakan identitas Nyonya," bisiknya sambil tertawa miring."Kau benar, kadang aku pun ngeri dengan berurusan denganmu, salah langkah atau kurang uang selembar saja resikonya jauh lebih mengerikan daripada penjara," balasku tertawa."Sebetulnya aku melakukan bisnis ini demi uang namun ada beberapa hal yang tidak aku lakukan untuk keuntungan semata," jawabnya sambil mengedarkan pandangan ke segala arah."Jika begitu, lakukan apa yang menurutmu baik," balasku.Tiba tiba dari monitor kamera koridor yang terlihat dari balik panel kaca kamarku, kami dapat mel

  • Karma : Kupermalukan di Akad Nikahnya    Tante

    "Tante ... aku cariin Tante sejak pertama kali Tante gak pulang, kemana aja," ujarnya sambil menangis."Aku ada masalah dengan Papamu," jawabku."Papa?" Gadis itu langsung menghentikan tangisannya dan nampak amat terkejut."Iya, dia yang sudah membuatku terbaring di sini, nyaris melumpuhkan dan membunuhku," "Ta-tapi kenapa? Bukankah Tante istrinya Papa, lalu kenapa bisa begitu?""Entahlah, hanya dia dan Allah yang tahu.""Aku menyayangi Tante seperti Mamaku, kenapa Papa harus berbuat setega itu?""Memang dia bilang apa denganmu tentangku?""Dia bilang Tante ssakit, tapi aku curiga karena Imel dan Siska ikut menghilang sannpergi dari rumah, balasnya mengusap air mata."Mungkin kita tak bisa serumah lagi, Nak,," ujarku sambil menggenggam tangannya."Kenapa, Tante sama Papa mau cerai?""Iya, dia bahkan hendak memenjarakannaku tanpa alasan andai tidak ada yang turun tangan menegaskan masalah ini, sekali aku minta maaf karena kita tak akan bersama lagi," balasku sambil mengusap wajahnya

DMCA.com Protection Status