Share

65. cemas pada suamiku

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-01-07 05:08:44

Aku khawatir bukan untuk diriku sendiri, tapi aku khawatir pada bayiku. Semakin mendekam di sini, semakin cemas diri ini pada proses lahiran dan pastinya kami akan terpisah jika aku akan menerima hukuman.

Beberapa hari kemarin aku masih seorang istri dan menantu yang bahagia, tapi keadaan berbalik dengan cepat, aku kehilangan segalanya, sendirian, tidak punya siapapun di dalam sel ini. Aku menyesali perbuatan, dan harusnya, seseorang memang pantas menyesal dan menyalahkan kecerobohan dirinya.

Saat ini kurasakan kerinduan mendalam pada pria dengan senyum manis dan tatapan melelehkan hati, entah bagaimana keadaannya sekarang, apakah sudah membaik dan pulang atau masih sakit parah di ranjang rumah sakit, aku sangat galau akan dirinya. Perlahan air mataku meleleh, dadaku hampa dan pikiran liar ini membunuh rasa kantuk lalu mengajakku untuk tercenung sembari diri ini mengaitkan pegangan pada besi jeruji. Aku tiba tiba ingin pergi dari tempat ini.

"Kenapa kau tak tidur?"

"Memikirkan kenapa
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   66 gerbang

    "Aku membawamu ke ruang tertutup ini untuk bertanya sekali lagi apa kau membunuh wanita itu?" tanya kepala polisi yang kutaksir sudah berumur juga senior.Dia membawaku pada ruang tertutup yang kedap suara serta di atasnya dilengkapi cctv, jelas dia ingin mengulik informasi dan berusaha menyalahkanku. Jika aku salah bicara maka rekaman video itu akan menjadi bukti."Tidak, aku tidak tahu apa-apa dan aku tidak mau diintrogasi tanpa pengacara," balasku pelan."Jadi begini sikapmu sekarang? Apakah kamu tidak mau kooperatif lagi, Mbak Imelda?""Beberapa saat yang lalu saya mencoba memberi tahu Anda fakta sebenarnya, tapi setelah saya fikir, sudut pandang tersangka akan sangat berbeda dengan sudut pandang polisi. Saya berusaha untuk melepaskan diri sementara polisi akan mencari cara untuk meyakinkan bahwa orang yang mereka sangkakan adalah pelaku sebenarnya. Bagaimana pun keterangan saya, itu akan semakin memberatkan saya, makanya saya butuh pengacara.""Tapi bukti-bukti mengarah padamu!"

    Last Updated : 2025-01-08
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   67

    Malam ini kulewati dengan air mata yang tidak henti-hentinya menetes tubuhku kedinginan harus meringkuk di lantai lembab karena sangat berdekatan dengan WC. Perutku yang mulai membuncit terasa berkali-kali keram mungkin karena pengaruh pikiran dan beban yang sedang bergelayut di dalam benakku.Aku pikir aku akan tangguh berada disini, tapi rasa sedih dan tersisih itu membuat pikiran liar di dalam otakku berkelana ke mana-mana. Ternyata begini rasanya, ternyata sakit dan sepahit ini."Maafkan Mami ya, Nak, karena kecerobohan Mami kita harus mendekam di tempat sekotor ini. Tapi Mami percaya bahwa kamu kuat," mengelus perut sendiri.Tak terasa air mata ini kembali menetes jatuh ke lantai dingin di mana aku merebahkan kepala berbantalkan tangan.*Teeeet ....Bunyi alarm panjang khas penjara besar berbunyi, para sipir terdengar mendentang-dentangkan tongkat mereka ke pintu sel para napi."Bangun ... bangun!"Teeet ...Alarm sirine kedua menandakan bahwa pintu penjara sudah tidak dikunci s

    Last Updated : 2025-01-13
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   68

    Keesokan hari,Pagi pagi petugas sipir sudah menyuruh untuk bersiap-siap karena hari ini mobil kejaksaan akan datang menjemput untuk Pergi ke pengadilan menghadiri sidang pertama.Seusai sarapan dan merapikan kamar, dua orang petugas datang menjemput dan menyuruhku untuk ikut dengan mereka. Tanganku diborgol dan disuruh mengikuti mereka menyusuri lorong berjeruji di sebelah kanan dan kiri, lalu naik ke atas mobil tersebut.Kuperhatikan jalan yang dilewati mobil dengan perasaan gamang, ada gelisah dan ketegangan tersendiri mengetahui bahwa aku akan menghadapi meja hijau, duduk dan mendengarkan tuntutan jaksa, juga menyimak rentetan bukti-bukti yang mereka catat sebagai penghakiman.Ah, dunia ini kejam sekali untuk manusia sekecil aku.Di sisi lain, aku juga berpikir tentang Nyonya Erika, aku menebak-nebak apa yang terjadi padanya. Mungkinkah dia sudah dipindahkan ke lapas di luar kota atau malah dia sudah bebas dengan jaminan, aku tak tahu pasti.Seorang pengacara menghampiriku, dia Pa

    Last Updated : 2025-01-14
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   69

    Persidangan hari ini berakhir, para jaksa dan pengunjung ruang sidang nampak membubarkan diri. Dari sudut ruangan kulihat Irina nampak menatapku dengan mata penuh dendam dan air mata. Dia terlihat sangat murka dan mau melakukan apa saja demi menghukumku."Mari, Anda harus kami bawa ke mobil Tahanan," ucap seorang polisi. Aku yang kebetulan duduk di kursi pesakitan langsung diangkat menuju pintu utara demi meninggalkan ruang sidang. Sekilas kubalikkan badan dan melihat irina nampak berbisikan dengan jaksa yang baru saja menuntutku di depan sidang. Nampaknya jaksa itu memang mengenal Irina sehingga dia pun nampak sangat benci dan terus mengintimidasi diri ini.Ketika keluar ke pelataran pengadilan, aku disambut puluhan wartawan dan jepreten blitz kamera, berbagai pertanyaan mereka lemparkan membuat hati ini tersudut dan makin menciut."Nona Imelda, apa komentar Anda tentang sidang yang berlangsung hari ini?" tanya seorang wanita."Apa Anda sungguh membunuh seseorang demi dendam dan kec

    Last Updated : 2025-01-15
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   70 Irina

    "Apa apaan ini?" teriak sipir dengan mata membeliak."Mereka mencampur susu saya dengan pasir," ucapku sambil menumpahkan kotak susu ke hadapan sipir, melihat susu yang dipenuhi debu dan kerikil kecil membuat sipir menjadi melotot kepada ketiga perempuan yang ada di selku."Ini perbuatan kalian?""Tidak, Bu, kami tidak tahu apa-apa wanita ini memang mencari permasalahan agar dia bisa memukul kami dan melampiaskan jiwa psikopatnya," ujar seorang wanita membela diri."Sungguhkah?" wanita yang berseragam biru pudar itu melotot padaku."Seperti yang Anda tahu saya baru saja pulang dari persidangan sejak pagi tadi, kita makanan saya dimakan dan susu kehamilan saya dicampur dengan kerikil. Saya rasa sejahat apapun seseorang mereka tidak pantas diperlakukan dengan cara seperti ini?!" jawabku lantang."Hal itu pula yang ingin aku sampaikan padamu bahwa, sejahat apapun, menyiram orang lain dengan air panas adalah hal kejam dan tidak berprikemanusiaan!" Kelihatannya Ibu sipir lebih memihak pad

    Last Updated : 2025-01-20
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   71

    "Ron ... Roni, ya Allah ...." Orang yang kupanggil langsung mengalihkan tatapannya dan segera menghambur untuk memeluk diri ini wajahnya yang masih pucat dan langkah kakinya yang masih lemah tidak menyurutkan niatnya untuk tetap menyongsongku yang terduduk lemah, terkapar di dalam sel isolasi."Imel, maafin aku ya, aku telat," ucapnya sambil membenahi rambut yang berantakan menutupi wajahku dengan pelan disentuhnya perut ini yang mulai membuncit menunjukkan bahwa kehamilanku berkembang dengan baik."Bagaimana bayi?""Baik-baik saja," ujarku."Alhamdulillah," ucapnya membingkai wajah ini dengan kedua tangan, sedang aku langsung meringis menahan luka bakar yang baru saja Irina lakukan pada wajahku."Auh, Ron, Maaf, wajahku ..." Pria itu kaget, doa tersentak melihat darah dan lendir lengket bekas bakar di jemari tangannya, diperiksanya dagu ini dengan cepat, dan tentu meradanglah, suamiku melihat luka itu."Siapa yang lakukan ini?!" teriaknya, saking kerasnya, gema suara itu memantul ke

    Last Updated : 2025-01-22
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   72. bekecamuk

    *Aku dibawa ke ruang sel sendiri setelah selesai diobati di klinik, lalu aku diberikan sebuah kasur kecil untuk istirahat. Suamiku mengantar diri ini dengan penuh kasih lalu menyertaiku dan duduk di sampingku."Dengar ya, bertahanlah sedikit lagi, aku akan mengeluarkanmu dari tempat ini dan membebaskanmu," bisik Roni sambil mendudukkan diri ini di tempat tidur yang terbuat dari besi berukuran kecil.Aku yang telah lemah dan baru saja mendapatkan pengobatan di wajah hanya bisa meneteskan air mata, aku mengangguk pelan tanpa banyak bicara padanya."Bertahanlah demi bayi kita," bisiknya."Bagaimana jika aku dihukum mati karena terbukti bersalah?""Tidak ada bukti yang mengarah secara langsung padamu, hanya karena kau terekam di gerbang depan bukan berarti kamu pelaku.""Kalau begitu, harus ada orang yang bisa dijadikan pelaku, harus ada kambing hitam, karena polisi perlu menyalahkan seseorang dan membawa tersangka ke depan pengadilan.""Polisi sudah memintaku sebagai saksi," ucap Ro

    Last Updated : 2025-01-24
  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   73

    "Rupanya kau mulai menunjukkan taji ya. ..?" Seorang ketua kelompok geng wanita dari penjara sebelah timur yang kebetulan berpapasan denganku di lorong bui menyapa diri ini. Aku saat itu baru saja kembali dari ruang mandi tahanan. Dia nampak menyeringai dengan misterius dan tersenyum sinis. "Kita semua mencoba bertahan hidup," jawabku. "Caramu bertahan luar biasa juga," kuncinya sambil menepuk-nepuk punggung ini. "Maaf tolong jangan pukul-pukul saya dengan kencang, saya sedang hamil." Kutepis tangan wanita itu yang mulai terlihat ingin melecehkanku padahal dia sendiri adalah seorang wanita. Mungkin tersinggung kutepis demikian sehingga dia memelintir pergelangan tanganku, lalu menguncinya ke belakang punggungku. Lantas dia mendorong wajah ini ke dinding. "Dengar ... aku hanya memperingatkanmu, jangan coba-coba membantah atau melawan kami karena meski kau punya banyak pelindung, hidup ditempat ini tidak seaman yang kamu kira," gumamnya sambil menepuk pipiku. "Baiklah, jika

    Last Updated : 2025-01-25

Latest chapter

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   84

    Hari itu adalah ulang tahun Kakek William yang ke 74, kami sekeluarga sepakat untuk melakukan dinner ke sebuah restoran yang cukup berkelas di kota ini.Jadi, sejak pukul 8 malam semua orang sudah bersiap-siap, masing-masing berdandan cantik menggunakan gaun terbaik dan perhiasan yang apik. Pun aku dan Roni, sudah jauh-jauh hari menyiapkan pakaian yang pantas agar terlihat memukau di hadapan anggota keluarga dan kerabat jauh yang diundang datang."Kamu cantik Sayang," ucap Roni ketika dia menghampiriku ke kaca rias, dibantunya diri ini untuk menaikkan resleting belakang gaun malam. Lalu dia mendaratkan kecupan di bahuku."Aku tidak rugi memperjuangkanmu sebagai milikku, aku bangga mendapatkanmu Imel," ucapnya sambil menatap pantulan diriku di kaca."Kamu romantis dan pandai memuji, terima kasih ya," balasku sambil mendekatkan wajah dan mengecup pipinya."Awas lipstik itu menempel dan mengalihkan perhatian semua orang di pesta," ucapnya menggoda."Oh, jangan khawatir, lipstik ini trans

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   83

    "Uhm, Lit, kamu mau kemana?" tanya ibu mertua kepada istri Om Heri."Aku udah kenyang, kalian lanjutkan aja makannya," jawabnya ketus."Tapi, bahkan roti kamu belum habis," sanggah Tante Vina."Aku udah enggak lapar," jawabnya sambil menjauh."Kamu sih, bikin mood orang hancur," ucap Tante Vina serata menyenggol lenganku."Aku tidak bermaksud untuk menyakiti, aku hanya menyanggah argumen," balasku membela diri."kadang menyanggah seseorang yang lebih tua terlihat kurang sopan dan seperti sok pintar, tolong kendalikan dirimu untuk lain kali," ujar kakek sambil tersenyum tipis, lalu dia melanjutkan makannya."Aku menyesal dan minta maaf sekali," ucapku menunduk pelan."Ah, tidak apa apa, lupakan saja," jawab Tante Vina sambil melanjutkan makannya.Kadang aku merasa berada di lingkungan yang paling ideal untuk seorang gadis yang merindukan pernikahan apik dan keluarga besar, kudapatkan cinta dan perhatian dari banyak orang tapi di sisi lain kadang mereka terlalu kaku dan berpegang pada a

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   82

    Setelah matikan kepergian cathrine aku masuk lagi ke dalam rumah, melanjutkan kegiatanku bersama keluarga dan suamiku tercinta.*Pukul tujuh aku naik kamar lalu merebahkan diri di tempat tidur, entah kenapa pikiran yang menggelayuti perasaan dan kepalaku ini terus menerus bekerja tentang Catherine dan Bendi.Aku bingung, aku juga yakin bahwa dia dalang utamanya, yang jadi pertanyaan mengapa dia melaporkan hal ini pada Bendi Jika dia memang berupaya untuk membunuhku.Apakah itu hanya alibi saja, agar nanti jika aku meninggal, dia tidak akan disalahkan dimata hukum dan kepolisian? Jika iya begitu, maka Catherine adalah wanita berhati jahat yang mengerikan, bahkan lebih jahat dari Kartika mantan istri Ayah dan Erika mantan ibu mertuaku."Oh, Tuhan, entah mengapa dalam lika-liku dan kisah hidupku... Kenapa kami harus ditimpa kesialan dan selalu berhubungan dengan wanita-wanita yang jahat. Tidak bisakah Engkau melepaskan kami dari cengkraman dan kelicikan mereka?" Aku mengeluh pada Tuhan

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   81

    Mobil polisi tiba dan langsung menggelandang ketiga penjahat yang sejak tadi mengancam kami ke dalam mobil patroli. Ketika pria yang dibekuk nampak ingin meronta dan tidak terima dengan apa yang menimpa mereka namun nasi sudah menjadi bubur.Wanita tinggi semampai dengan model rambut mengembangkan dekat telinga, menghampiriku dengan senyum manisnya."Nyonya Imel, Apa yang kamu lakukan berlama-lama dalam fitting room. Apa kamu mengetahui bahwa kamu sedang diuntit?""Sebenarnya aku tidak begitu yakin, tapi karena aku sedang hamil dan tidak mau cari masalah, karena itulah aku berusaha melindungi diri dan jaga jarak.""Untungnya aku segera menyadari karena suamimu menghubungiku sesaat setelah mendapatkan laporan dari sepupunya. Aku berada di lokasi ini ketika dia menelepon sehingga aku tidak terlambat.""Terima kasih untuk datang tepat waktu aku benar-benar merasa diselamatkan," ucapku pada wanita dengan bibir seksi itu."Sebagai mantan napi dan orang yang pernah terlibat dengan mafia, i

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   80. lolos

    Jika aku hanya bertahan diam di tempat ini, maka mereka akan tetap di sana untuk menungguku, mereka akan menembak begitu aku keluar, aku harus cari cara.(Ki, kita keluarga yuk, Ki.) ajakku pada Kiki via pesan.(Gak Mbak, aku takut, aku gemetar lho, Mba.) (Kalau begitu berdirilah dengan aman, karena aku akan mencoba memantau.)(Caranya gimana?)Aku tidak menjawabnya, tapi karena fitting room terbuat dari triplek dan kusen yang dicat sehingga aku bisa pelan pelan memanjat dan melihat keadaan dari atas.Ternyata ketiga preman itu berdiri dengan waspada, mata mereka tertuju ke arah fitting room di mana aku berada, sempat hampir bertemu mata dengan salah satu dari mereka tapi untungnya aku segera menyembunyikan diri.Perlahan aku turun dengan napas tertahan lalu berdiri dengan tubuh gemetar, sementara ada suara langkah kaki mendekat lalu mengetuk pintu kamar ganti tempatku.Tok .. Tok ...."Siapa ya, bentar ...." tanyaku dengan intonasi seakan aku tak tahu apa apa.Tok ....Sekali lagi

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   79

    Hari itu aku dan sepupu Roni berjalan bersama pergi ke butik dan salon untuk perawatan, Setelah berbelanja di beberapa otlet barang khusus wanita, kususuri jalan untuk pergi ke salon perawatan yang hanya berjarak satu blok dari tempat kami semula. Kunikmati setiap sisi jalan yang ditumbuhi pohon rindang di mana daunnya yang menguning berguguran. setiap sudut jalan tertata rapi dan bersih, gedung-gedung butik bernuansa Eropa berjajar seakan kami sedang berada di kota Paris, juga suasana kota yang cukup menyenangkan dan sejuk membuat aku semangat untuk berjalan kaki menikmati kebebasanku."Eh, ada merasa aneh gak sih?" tanya Kiki sepupu Mas Roni dari adik ayahnya."Gak ada tuh ..." "Lihat itu mobil klasik merah yang sejak tadi terlihat mengikuti kita. Kita berada di outlet di blok sebelah dan mobil itu di sana, sekarang kita di sini dan mobil itu juga mengikuti, apa itu anak suruh Bendi?""Masak sih?" bisik Catherine dengan wajah cemas. Seketika saja wanita yang bekerja sebagai seora

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   78

    Keesokan hari, suara burung berkicau, matahari menyembul dari balik tirai dan membias dari kaca, ke tempat tidur juga wajahku.Perlahan kukerjabkan mata, mengumpulkan kesadaran dan ingatan lalu terbangun sempurna sembari mengedarkan pandangan."Ya, yang kemarin itu bukan mimpi aku memang sudah dibawa pulang, sudah berada di tengah keluarga dan kini dalam pelukan suamiku."Kutatap pria tampan dengan hidung mancung yang kini terlelap, bibirnya terlihat menggoda untuk dikecup namun dengkuran halus itu menahan diriku. Ada iba, karena jika aku mengganggunya maka dia akan terganggu dan terbangun. Dia baru saja sehat dari rangkaian luka panjang, bahkan mungkin luka itu masih terasa perih di bagian dalam. Aku tak mau mengganggunya, ingin membuat dia terjaga karena ciuman ku. Perlahan kuturunkan tangannya dari perutku, lalu dengan gerakan halus kuturuni tempat tidur dan beranjak ke kamar mandi. Namun baru saja hendak bangkit, suami menarik tali bahu lingerie yang kukenakan."Mau kemana?" tany

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   77

    Ternyata dia tidak ditangkap, kudengar bahwa Bendi masih berkeliaran dan memimpin gangsternya meski polisi mengawasi. Dari percakapan di makan malam kemarin anggota keluarga membahas tentangnya dan sepak terjang pria itu."Kenapa dia tidak ditahan jika terbukti bersalah?""Ibunya mengakui kesalahannya dan mengatakan bahwa anaknya tidak terlibat."Sungguhkah? Tapi polisi pun tahu kan bahwa pria itu sangat berbahaya?""Kamu sudah tahu bahwa ketimpangan hukum itu benar-benar terjadi di negara ini, segala sesuatu bisa dibeli dengan uang di zaman sekarang," jawab kakek William sambil memotong medium rare steak dan menikmatinya."Tapi bukankah membela pemuda itu akan menimbulkan kehebohan publik sekarang pun semua orang bisa menilai ...." Catherine menimpali sambil menatap kakeknya."Dengan alasan kesopanan seseorang bisa diringankan dari jerat hukum bahkan bebas. Aku yakin mereka sudah menjamin ratusan juta untuk sebuah kebebasan."Aku mau menyesal sekali mengapa Roni bisa berteman dengan

  • Karma 3 Kubalaslah Sakit yang Kau Berikan.   76

    *Pagi itu pintu selku dibuka dengan kencang, terali digeser lebar, beberapa sipir datang menemuiku dengan wajah dingin mereka yang tanpa ekspresi. Mereka berempat berdiri sementara aku meringkuk di sudut ruangan melindungi diri dari dingin dan serangan nyamuk yang tanpa ampun terus menerus datang dan menghisap darah ini."Kamu ...!" Mereka menudingku dengan tongkat kayu dan menatapku dengan pelototan tajam.Aku yang merasa kaget dan sadar tidak melakukan kesalahan apapun, mulai was-was dan khawatir, takut mereka menyeretku ke sel isolasi atau menyiksa diri ini dengan siksaan yang pedih."Ada apa?""Keluar dan ikut bersama kami!""Ke-kemana?""Ikut saja," ujar salah seoranh sipir sambil menghampiri dan menyeret lengan bajuku."Iya-iya, saya akan ikut, jangan seret saya, nanti saya terjatuh," jawabku sambil berusaha menetrasilir kekhawatiran dalam hati. Apa gerangan yang terjadi ketika pada sipir kejam berhati dingin ini mencariku, membawaku dengan pengawalan ke arah gerbang tanpa men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status