..."Dek, Mas mau ngomong," ajak Suaka saat dirinya baru sampai di rumah.Desy mengikuti suaminya ke kamar dengan rasa yang penasaran. Wajah suaminya terlihat datar dan menakutkan."Bagaimana persidangan tadi pagi, Mas?" Desy berkata dengan nada gugupnya. "Ba-ik?" tanya Desy mengurai rasa gugupnya."Baik, jika kamu bisa menjelaskan pada Mas. Tentang apa yang sudah kamu katakan pada media dan juga pada keluarga Mas," ucap Suaka.Desy kaget. Dia kira Suaka tidak akan tahu apa yang ia lakukan, tetapi kenyataannya Desy salah. Suaminya kini terlihat marah."Jawab!" Suaka sedikit meninggikan suara membuat Desy sangat takut."Mak-sud Mas apa? Desy nggak paham," kilah Desy.Ia tak bisa lagi bersabar. Kepergian Lyan yang sampai saat ini tidak pernah kembali, juga kemarahan ayah pada Lyan yang berimbas pada masalah keluarga yang bertambah runyam juga pemberitaan media yang pastinya kini membuatnya semakin pusing.Suaka menatap lekat wanita yang baru beberapa minggu ini ia nikahi. Bahkan pernika
..Suaka mendapati Desy yang sudah lelap di dalam dekapannya. Sengaja ia bangun tengah malam untuk melakukan Qiyamul Lail. Meminta petunjuk pada Sang Pencipta agar memudahkan jalannya yang terjal itu. Setelah berwudhu dan menggelar sajadah, Suaka mencoba khusyu ketika beribadah. Tetap saja, sholatnya begitu banyak masalah yang melintas. Barulah saat berdoa, dia bisa meneteskan air mata hingga bisa merasakan nikmatnya Qiyamul Lail yang dia lakukan kali ini.Entah kenapa selepas sholat, Suaka penasaran ingin membuka ponsel Desy yang tergeletak di atas meja. Diraihnya ponsel itu dan saat ingin membukanya, ternyata ponsel terkunci. Suaka mencoba memasukkan nomor sandi tanggal lahir, pernikahan dan juga hari bahagia mereka, namun sayangnya tak bisa terbuka. Akhirnya Suaka memiliki ide, membukanya dengan sidik jari Desy.Suaka meraih jari telunjuk dengan pelan dan menempelkannya pada ponsel Desy. Seketika ponselnya terbuka dan menampakan walpaper Desy saat menikah dengannya. Suaka membuka p
..."Kenapa mengajakku bertemu?" tanya Desy saat ia baru sampai di tempat yang sudah dijanjikan sebelumnya."Kenapa nada bicara kamu aneh sekali? Bosan dengan permainan yang sedang kita lakukan?" tanya Raisa dengan senyum menyeringainya. "Kamu mau menyerah?" tawar Raisa sekali lagi.Desy yang baru saja duduk merasa aneh dengan sekeliling tempat yang sepi dan juga lengang. Resto yang seharusnya ramai pengunjung itu, terlihat aneh dengan hanya ada dia dan Raisa seorang."Resto ini sengaja saya booking dia jam ini biar kita sama-sama aman. Tenang saja, saya selalu melakukan semuanya dengan rapi," ucap Raisa seakan sudah tahu kegelisahan yang dirasakan Desy."Apa yang ingin kita bahas di sini?" tanya Desy."Sepertinya kamu sudah tidak sabar mendengar apa ingin saya datang mengajakmu. Tentu saja ini tak lain tentang Lyan dan janda gatel itu. Saya mau, kamu membantu saya menyingkirkan janda itu dari kehidupan Suaka dan Lyan. Apa kamu tidak sadar? Selama ini dia hanya memanfaatkan kebaikan L
..."Loh, kok dah balik?" tanya Suaka yang kaget melihat Desy sudah kembali dari rumahnya dengan cepat."Iya. Maaf, Mas. Soalnya tadi aku ke sana dan ketuk berulang kali bahkan tombol bel aku bunyikan berulang kali tak juga ada tanggapan. Lalu aku mencoba tanya satpam, katanya Mbak Almira sudah meninggalkan apartemen sejak pagi."Suaka begitu kaget dengan kabar yang Desy katakan. Ia sampai berdiri dan memandang wajah istrinya dengan sangat dekat."Kamu sedang tidak bohong, kan?" Suaka benar-benar tak percaya dengan apa yang istrinya katakan."Tidak, Mas. Sumpah demi apapun! Kalau Mas tidak percaya, Mas bisa ke sana dan tanya dengan petugas satpam yang tadi aku temui. Buat apa Desy berbohong, kalau faktanya begitu. Bahkan satpam tadi mengatakan, jika dia pergi dengan terburu-buru dan membawa dua koper besar di tangannya.""Kamu nggak tanya dia mau ke mana?""Sudah tanya, tapi satpam nggak tahu. Terus bagaimana ini, Mas?" Desy tidak begitu panik sebenarnya. Ia yakin Almira tidak mungkin
..."Bagaimana?" tanya Raisa saat menghubungi Desy yang sedang dinas malam ini dengan mengirimnya pesan."Dia sudah pergi dan kita sudah tidak ada urusan lagi. Jadi, sekarang juga hapus semua video yang kamu punya tentangku itu. Jangan ingkar Raisa, aku tak akan memaafkanmu jika itu terjadi.""Maafmu nggak akan ada gunanya bagi saya. Memaafkan atau tidak, tak penting! Saya akan simpan video ini sebagai bahan untuk membuatmu membantu saya.""Kurang ajar!"Setelah kalimat umpatan itu, Raisa tak membalas lagi. Nomornya juga tak aktif, membuat Desy merasa kesal. "Apa tidak bisa berlaku baik sedikit saja? Baru tahu ada artis kelakuan bar-bar seperti itu," batin Desy.Desy memasukkan ponselnya ke dalam saku dan ia menggosokkan telapak tangannya yang terasa dingin. Deringan ponsel membuatnya kaget karena saking seriusnya menatap ruangan yang sangat sepi itu."Assalamualaikum, Dek. Lagi ngantuk ya?" Ternyata kali ini Suaka yang menelpon. "Iya. Sepi banget rumah sakitnya malam ini. Biasanya
...Almira pandangi benda pipih pemberian Abbas. Pengacara Lyan sengaja memberikan ponselnya kembali agar dia bisa berkomunikasi dengan orang yang ada di kontaknya. Termasuk Meysila dan Suaka. Rindu karena selama ini, ia menjalankan butik dengan pantauan Lyan yang tidak ia ketahui keberadaannya. Abbas hanya mengatakan, jika Lyan mewariskan butik untuknya dikembangkan. Abbas mengatakan seolah-olah Lyan sudah mati dan Almira harus berjuang mewujudkan cita-cita Lyan yang tertunda. Jangan ditanya bagaimana perasaan Almira saat itu. Selain duka mendalam, Almira juga bingung apakah berita itu benar atau tidak. Karena sejauh pantauan media, pemberitaan Lyan hanyalah hilang dan tak kembali. Begitupun dengan dia, yang dikabarkan hilang karena tak diketemukan di manapun. Kemarin ia membuka ponsel miliknya dan iseng mengirim pesan pada sahabatnya, Meysila. Berharap nomor sahabatnya itu masih aktif. Saat mengirim pesan itu, hanya centang satu yang dia dapat sehingga ia mematikan kembali ponsel m
.....Lyan pandangi hamparan sawah nan hijau. Rindu ingin bertemu kian menggebu tapi ego seakan memaksa untuk tinggal. Jika saja semesta mendukungnya melakukan itu, sudah ia lakukan jauh-jauh hari."Den ada telepon penting. Harus disampaikan katanya."Lyan yakin ini dari Abbas. Pengacaranya itu pasti akan menanyakan kapan dia pulang ke Bogor."Kenapa dirimu susah sekali dihubungi? Aku diberondong Raffi dan Almira agar mau memberitahu mereka jika kamu ada di sini. Gimana dong?" tanya Abbas. "Jika saja ilmu teleportasi masalah itu ada, tidak perlu aku menggunakan jasa orang lain untuk menghandle semua masalahku."Abbas berdecak sebal. Selalu Lyan mengatainya dengan hal seperti ini. Nggak nyambung emang, tapi menyimpan rahasia terlalu lama juga beresiko padanya. Terlebih Raffi mengancam akan membuatnya diserbu wartawan kalau sampai tidak mau memberikan informasi pada dirinya."Apakah di dunia ini tak ada yang bisa membuat diriku tenang sebentar saja? Katakan pada mereka, aku akan pulan
..."Bang."Prisil menyusul Lyan yang pergi ke taman yang biasa ia jadikan tempat biasa Lyan datangi."Jangan bujuk saya buat berbicara dengan ayah terlebih dahulu."Prisil tahu, kakaknya ini sedang marah. Karena Lyan menyebut dirinya 'saya' dan bukan sebutan 'abang' seperti biasanya."Nggak. Prisil hanya rindu Abang. Sudah banyak ya ikan yang dulu kita taruh hanya 6 biji itu, Bang?"Prisil hanya bisa menghembuskan nafasnya dalam. Berbicara dengan Lyan yang sedang dibalut emosi, memang tidak mudah. Tetapi ia yakin akan ada cara untuk membuat kakaknya itu luluh."Abang gak cari kak Suaka? Dia kasian, Bang."Masih tetap diam, tapi Prisil akan mencoba mendamaikan ketiganya yang berselisih. Ia tak ingin saat dirinya kembali, keadaan masih seperti ini."Dia mau bercerai dengan Mbak Desy karena ketahuan bersekongkol dengan Raisa. Prisil kira Abang kekasihnya Raisa, ternyata bukan. Hehehe, kekasihnya Mbak Almira ya? Kemarin Prisil ketemu di butik. Dia cantik," ucap Prisil. Lyan masih diam t
...Kehidupan Almira dan Lyan memang baru saja dimulai. Almira juga merasa bahagia sudah bisa dipertemukan dengan jodoh pengganti seperti Lyan. Namun, bukan berarti Almira juga akan mengikuti jejak Lyan sebagai selebritas. Almira memilih menggeluti dunia fashion dan kuliner daripada ikut dalam glamornya dunia entertain."Bang, beliin cilok yang ada sambal mayonaisenya," celetuk Almira saat Lyan baru saja pulang dari syuting jam 2 pagi."Jam berapa ini, Ai?""Tapi dede mau makan itu. Ya?""Nggak ada yang buka jam segini. Besok aja ya?"Lyan mencoba membujuk istrinya yang sedang dalam fase ngidam akut, agar mau mendengarkan kata-katanya. Nyidam Almira kali ini cukup membuat Lyan kerepotan. Pasalnya, Lyan tidak boleh pulang bekerja dengan baju yang berbeda seperti saat pergi dari rumah.Lyan tak marah dan justru ia senang. Di pernikahannaya yang menginjak 5 bulan, Tuhan memberikan kepercayaan seorang anak di rahim Almira. Meski banyak permintaan Almira yang kadang membuat pening kepala,
...Suaka dan Lyan, masuk ke dalam ruang persidangan. Sepanjang turun dari mobil, para wartawan memberondong dengan banyak pertanyaan yang sama sekali tidak mereka tanggapi. Abbas dan Farhan sudah bersiap untuk mengikuti sidang putusan perkara kasus Raisa dan Lyan yang berujung pada semua kasus yang sudah terjadi pada Almira dan Desy. Sebagai para suami, Almira dan Desy adalah kewajiban mereka untuk melindungi.Pembacaan surat pernyataan damai dari pihak Raisa dibacakan. Namun, pengacara Lyan tetap menolak dan meminta agar Raisa dimasukkan bui atas perbuatannya. Bahkan, kini semua saksi kasus Raisa datang. Ada Zaskia, Zidan dan juga beberapa orang yang sudah dibayar mahal untuk melancarkan aksi Raisa untuk mendapatkan hukuman yang setimpal.Ketukan palu menandakan sidang putusan selesai. Dan Raisa, dijatuhi hukuman penjara 5 bulan masa percobaan dan denda 1 miliar atas kasus yang ia sandang ini. Raisa memandang Lyan sinis. Bahkan dia sangat menyesal karena sudah membuang banyak uang
..."Kamu bersiap, Ai. Hari ini kita akan hadir di persidangan terakhir kasus kamu yang diajukan kembali. Kali ini kamu harus kasih hadiah spesial kalau Abang bisa menangin kasus Desi dan kamu sekaligus," ucap Lyan saat sedang dipakaikan kemeja oleh Almira."Hm … harus ikut ya?" "Kenapa? Kamu takut sama Zidan? Tenang saja. Dia sudah jinak sama Abang."Almira tersenyum dan membuat Lyan semakin gemas. Keduanya keluar kamar dalam keadaan yang tentunya sangat bahagia setelah 3 hari bulan madunya ke SIngapura. Baru malam ini, mereka kembali karena ada panggilan sidang akhir dari banding yang Raisa ajukan."Sudah seger aja, Bang. Berangkat ke pengadilannya sekarang?" tanya Suaka."Iya, Ka. Katanya Bang Lyan, jam 9. Tapi dia sudah berkemas dari jam 7 tadi," ujar Almira."Oh. Pasti nggak sabar ya lihat Raisa dihukum berat. Selama ini ternyata dia bersembunyi dibalik topeng dan perisai hukum juga. Payah banget, untung gak jadi sama kamu, Kak," ucap Prisil ikut menimpali."Ibu mana?" tanya Lya
.."Brengsek!"Raisa geram tidak kepalang. Pengacara Lyan berhsail membuktikan dirinya bersalh di depan hakim dengan membawa bukti yang kuat. Bahkan ia tidak menyangka jika kii dirinya harus terjebak dalam masalah yang ia buat sendiri.Besok adalah sidang putusan terakhir. Jika kali ini ia gagal juga, pupus sudah harapannya bisa kembali bersama Lyan. Yang ada dirinya harus merasakan dinginnya hotel prodeo."Pokoknya kita nggak boleh nyerah. Saya sudah bayar mahal kamu, buat bisa perjuangkan hak saya agar bisa hidup tenang bersama Lyan! Bukan bikin dia bahagia dengan wanita udik itu," ucap Raisa pada Holid Sikampul."Tapi di sana mempunyai bukti yang kuat. Kita hanya bisa meminta mediasi ulang dan mengajukan secara pribadi untuk berdamai. Semoga dia bisa memaafkan. karena itu adalah satu-satunya jalan agar Anda bisa bebas dari tuntutan yang Lyan ajukan," tutur Holid."Jangan ngasal, ya? Saya bayar kamu mahal buat ngebantu saya! Bukan malah membuat saya kalah di persidangan."Holid han
..."Sebetulnya waktu itu ibumu datang dan meminta balikan sama ayah. Tapi kamu tahu sendiri, pantang bagi Ayah kembali pada wanita yang sudah menyakiti Ayah. Kita akan cari Ibumu dan Ayah akan bantu menyelesaikan semuanya."Kali ini Zidan tersenyum dan memeluk Zinaid. Selama ini dia sudah salah menilai sang Ayah. Jika saja dulu ia datang pada Ayahnya, pasti saran sang ibu tidak akan bisa menjerumuskannya. Zinaid mengajak Zidan ke kantor polisi. Mencari dengan bantuan pihak berwajib lebih mudah dan ia juga akan mencarinya di sekeliling kota Bogor. "Kamu dengan Almira pisah karena apa?" tanya Zinaid saat sedang perjalanan pulang."Itu luka lama yang Zidan malas untuk mengungkitnya.""Intinya saja. Kenapa?" Terdengar helaan napas panjang yang Zidan lakukan. Mencoba menceritakan kembali masalahnya dengan Almira membuat hatinya seakan dirundung dengan penyesalan mendalam."Dia mengidap Gonore karena Zidan dan …."Zinaid menengok ke arah Zidan yang nampak menyesali perbuatannya pada Al
.."Saya akan membebaskanmu, asal kamu mau membantu klien saya. Dan ini semua tidak gratis dan juga instan. Saya akan melihat kamu benar-benar berpihak pada kami, sebelum kamu menginginkan bebas itu," ucap Abbas pada Zidan yang sudah mendekam di penjara.Akhirnya Lyan memutuskan menyetujui saran Abbas untuk meminta bantuan pada Zidan. Namun untuk hal itu, Lyan sudah memasrahkannya pada Abbas untuk bisa menyelesaikan semuanya tanpa harus membuat Lyan turun tangan karena pernikahannya hanyalah menunggu hari dan itu akan membuatnya sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk mengurus hal yang rumit itu."Apa yang harus saya lakukan?" tanya Zidan bersemangat. "Apapun itu, akan saya lakukan. Saya ingin kebebasan, Ibu saya sendirian di rumah dan saya khawatir kejadian buruk menimpanya," imbuh Zidan."Baiklah. Kamu selama ini di pihak Raisa, bukan?" Zidan begitu kaget dengan pernyataan Abbas dan ia begitu gugup sekarang."Tidak usah berdusta di depan kami. Kami sudah tahu semuanya. Sebenarnya si
....."Sudah lebih baik?" tanya Lyan saat dia akhirnya memilih singgah di kebun teh. Kebun teh yang berada di Cisarua ini, adalah tempat langganan Lyan sering menghabiskan waktu untuk menyendiri di tempat terdekat. Namun, jika masalahnya berat maka Jogja menjadi tujuan utamanya."Kebun teh ini, terlihat indah.""Pasti. Sebentar lagi akan banyak kunang datang karena hari sudah mulai gelap. Kamu senang, Ai?"Almira mengangguk. Lalu menyandarkan kepalanya di bahu Lyan. Mereka duduk di atas jembatan yang ada di sekitar kebun teh itu. Bahkan aroma segar karena kabut yang mulai menyelimuti, membuat Almira benar-benar merasa damai."Jadi kenapa tadi tiba-tiba sedih? Apa yang dilakukan tamu tak diundang itu?" tanya Lyan."Ibunya Zidan memohon agar aku melepaskan Mas Zidan keluar penjara. Dia memohon dengan bersujud seperti awal dulu aku membantu Mas Zidan sembuh. Tapi belajar dari pengalaman, akhirnya aku menolak membantu karena aku juga tahu, semua ini hak kamu buat keluarin dia atau enggak
...Dua hari pasca lamaran, Almira sudah melakukan aktivitas seperti biasanya. Sore ini, dia sengaja pulang lebih awal dari cafe. Saat mobil sampai di depan pintu, Almira melihat Lilis yang sedang berdiri di depan gerbang rumah Meysila.Satpam membukakan pintu dan Lilis ikut masuk menghampiri mobil Almira."Ibu jangan masuk. Rumah ini dilarang dimasuki sembarang orang," cegah satpam. Almira yang baru saja turun, memanggil satpam untuk mendekat."Pak Toto, biarkan Ibu itu saya yang tangani," ucap Almira.Almira pandangi penampilan Lilis yang seperti tidak terawat dengan baik. Bahkan wajah yang dulu glowing dan terawat, kini berganti dengan keriput dan noda hitam di mana-mana."Almira. Tolong Ibu, Almira," isak Lilis menghiba. Persis sama saat dirinya meminta agar Almira mau menjenguk ZIdan."Ada apa, Bu?" tanya Almira dengan wajah datarnya. Kejadian waktu itu, membuat Almira mencoba mengambil pelajaran. Meski hatinya sungguh tak tega melihat kondisi Lilis yang sekarang."Almira. Tolong
..Malam yang ditunggu-tunggu tiba. Keduanya sudah tidak sabar melewati malam ini dengan suka cita. Kali ini, Lyan berangkat ke rumah Almira dengan ditemani keluarganya. Tak ada yang tahu kecuali orangtua dan adiknya itu, karena sengaja ia melakukannya secara diam-diam agar tidak menimbulkan berita heboh.Di rumah Meysila. Seorang penata rias sedang sibuk merapikan riasan Almira. Meysila juga turut membantu menyiapkan tempat lamaran yang didekor secara sederhana di dalam rumahnya. Di dalam rumah Meysila, ia sengaja meminta secara khusus agar pendekor memprivacy acara ini, begitu juga dengan penata rias. Ada Abbas dan juga Raffi yang turut membantu jalannya lamaran di rumah Meysila. "Bagus, ya, A?" tanya Meysila saat dekor sudah siap dan sedang menunggu kedatangan rombongan Lyan."Yoi. Kamu mau gini juga nikahannya?""Enggak lah. AKu mau nanti di hotel atau gedung yang dihadiri banyak keluargaku dan kamu. Jadi nggak sepi kayak gini. Kamu mau kan? Kalau nanti nikahnya dihadiri banyak