Zio terdiam membeku, apakah dugaannya selama ini benar kalau sang Nyonya berselingkuh? tetapi meskipun begitu Zio mengangguk tidak bertanya lagi karena tidak sopan untuk menanyakannya, dia segera pamit keluar untuk memerintahkan seseorang untuk mengawasi Bella mulai sekarang.
Keenan sendiri langsung masuk ke dalam kamar yang tersedia di ruang kerjanya, dia langsung merebahkan tubuhnya yang terasa begitu lelah.Baru saja akan memejamkan mata, ponselnya berdering. Keenan dengan malas mengambil di saku jasnya, matanya langsung berbinar ketika melihat panggilan video call dari Amanda.Tanpa pikir panjang Keenan langsung mengangkatnya."Enannnn." Suara tangisan Alvin langsung terdengar sambil menyebut namanya.Keenan tersenyum lebar, rasa lelahnya seketika langsung hilang melihat wajah Alvin yang sangat menggemaskan."Kenapa menangis, Sayang?" Dilihat dari layar, Alvin menangis di pangkuan Amanda, terlihat juga wajah Amanda yang sangat lelah, pasti karena Alvin menangis sedari tadi."Enann ahat, Avin di inggal." Bocah kecil itu terlihat sangat menggemaskan dengan air mata yang membasahi pipi gembulnya dan juga sedikit ingus yang belepotan di sekitar pipi dan bibir.Keenan tertawa. "Om bukannya meninggalkan mu, Sayang. Tetapi om harus bekerja terlebih dahulu di sini, nanti jika pekerjaan Om sudah selesai semua, Om akan bermain lagi bersama Alvin." Meskipun tahu Alvin tidak akan terlalu mengerti ucapannya, tetapi Keenan tetap menjelaskan.Benar saja, Alvin bocah umur dua tahun itu menangis kencang dia pasti tidak mengerti apa di maksud Keenan, jangankan untuk paham, berbicara saja Alvin masih tidak begitu jelas tetapi meskipun begitu ucapannya masih bisa dimengerti.Amanda terlihat membawa Alvin ke arah bahunya, dia kemudian menepuk-nepuk punggung kecil Alvin dengan lembut."Sudah ya, Sayang. Jangan menangis lagi, bukankah tadi Alvin bilang ingin melihat Om Keenan? Itu Om Keenan, Sayang," ucap Amanda lembut jarinya menunjukkan ke arah ponsel dimana adanya wajah Keenan."Alvin Sayang. Sini lihat Om," sahut Keenan.Amanda membalikkan lagi posisi Alvin, membuat wajah Alvin kini terlihat lagi."Alvin mau main lagi sama Om Keenan?" tanya Keenan.Alvin mengangguk. "Auu.""Nah, kalo Alvin mau bermain lagi, kita bisa bermain lagi, Sayang. Tapi untuk sekarang kita mainnya jauhan dulu yah. Nanti kalo Om sudah kesana, kita main bareng lagi, oke?" Keenan menjelaskan pelan pelan agar Alvin dapat mengerti."Apan Enan auu ke sini agi?" Alvin bertanya dengan ujung jarinya yang dia gigit, terlihat sangat menggemaskan, Keenan yang melihatnya saja serasa ingin menggigit pipi bapau anak itu."Secepatnya, Om pasti akan kesana dalam waktu dekat lagi," jawab Keenan.Amanda di belakang sana melayangkan tatapan protes. "Keenan! Jangan terlalu menjanjikan Alvin dengan harapan, dia selalu akan mengingatnya dan akan terus menagih," sahut Amanda kesal, dia tidak mau Alvin nanti nya akan selalu mengharap kedatangan Keenan.Bukannya tidak ingin Alvin dekat dengan sang mantan, tetapi Alvin ini tipakal orang yang akan selalu menagih janji dari ucapan yang kita janjikan."Aku tidak bohong, Manda. Mungkin dua Minggu lagi aku akan ke sana.""Jangan seperti ini Keenan, aku tau pekerjaanmu pasti sangat banyak, belum lagi kemarin kau di sini lumayan lama, pekerjaanmu sekarang pasti sangat menumpuk."Keenan menggeleng. "Masalah itu jangan kau pikirkan, Manda. Aku pasti akan mengerjakan pekerjaanku lebih cepat agar bisa bermain dengan bocah tampan ini." Keenan tersenyum lebar ke arah Alvin sudah tidak menangis lagi.Amanda menghela napas panjang. "Aku tidak ingin merepotkan mu, Keenan.""Aku tidak merasa di repotkan, kamu tenang saja, Manda. Alvin juga anakku, dia anak dari sahabat baikku," jawab Keenan."Terserah kau saja, Keenan." Amanda tampak pasrah dengan kondisi yang lumayan lelah dia tidak bisa berlama-lama untuk berdebat dengan Keenan.Keenan mengajak Alvin bermain meskipun lewat video call seperti ini, sedangkan Amanda hanya melihat saja yang mereka berdua lakukan.Amanda menatap mereka berdua dengan haru, meskipun mereka tidak ada hubungan darah tetapi kedekatan mereka layaknya seorang ayah dan anak.Satu jam lebih Keenan bermain bersama Alvin, karena Amanda tahu jika di tempat Keenan sudah jam tidur jadi dia membujuk Alvin agar mau memutuskan sambungan mereka, untungnya Alvin tidak rewel jadi sesudah sambungan mereka selesai, Keenan langsung tertidur dengan lelap.* * * *Pagi harinya Keenan terbangun lumayan siang, dia melirik jam yang menunjukkan pukul sepuluh pagi, dengan cepat dia segera berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Usai mandi, Keenan mengerjakan tugasnya yang sudah sangat menumpuk, tak terasa waktu makan siang sudah datang.Pintu ruangan itu di ketuk, memperlihatkan Zio yang membawa sebuah paper bag makanan dari restoran terkenal."Tuan sudah waktunya makan siang," ujar Zio tanpa di suruh dia menata makanan di meja dekat sofa."Zio kapan pertemuan kita dengan Mr Alexander?""Sesuai perintah anda Tuan, pertemuan akan dilakukan malam ini," jawab Zio.Keenan memang memerintahkan Zio untuk menunda pertemuan dengan Klain pentingnya.Keenan terdiam sebentar, kemudian kembali bertanya."Apa yang dilakukan wanita itu hari ini?"Zio yang tau maksud dari Keenan segera menjawab."Nyonya Bella tadi pagi pergi keluar menuju rumah sakit, kata anak buah yang kita kirim. Nyonya memeriksa kandungannya Tuan."Keenan yang mendengar itu menyeringai kecil. "Apa lagi yang dia lakukan?""Nyonya sa'at ini sedang berada di pusat perbelanjaan, Nyonya membeli lumayan banyak barang dengan harga yang lumayan mahal."Keenan kali ini menyeringai tajam. "Apakah sifatnya sebentar lagi akan terbongkar?"Zio tidak paham dengan pertanyaan Keenan, oleh karena itu dia tidak menjawabnya."Zio sesudah makan siang, kita pulang."Zio mengangguk. "Baik tuan."Keenan kemudian beranjak dari kursi kebesarannya, menuju sofa untuk mengisi terlihat dahulu rasa laparnya.Sembari mengunyah, dia memikirkan Bella. Dia tidak menyangka dengan Bella yang terlihat seperti gadis lemah lembut dan juga sangat baik, tetapi di balik sifatnya itu ada sebuah kehinaan didalamnya.Keenan kini merasa jijik dengan dirinya sendiri yang terbuai dengan sifat polos Bella.Sesudah makan, Keenan langsung berjalan keluar. Dia ingin melihat situasi rumahnya sekarang.Di dalam mobil, Keenan membuka ponselnya, banyak panggilan masuk dari Bella tadi pagi, tetapi tidak ada sebuah pesan seperti biasanya.Keenan kemudian membuka pesan dari Amanda, dia mengirim foto Alvin yang sedang tertidur pulas dengan memeluk boneka pinguin pemberian dirinya.Keenan tersenyum, tanpa sadar matanya berkaca-kaca."Setidaknya meskipun aku tidak akan bisa mempunyai seorang anak, ada Alvin yang bisa memenuhi kekosongan hati ini," gumamnya sendiri.Satu bulan ini bersama Alvin, Keenan bisa sedikit menghilangkan rasa sakitnya yang di sebabkan oleh Bella, Alvin adalah obat baginya. Dia sudah menganggap Alvin anaknya sendiri.Tak terasa Keenan sudah sampai di rumahnya, dia menatap datar ke depan sana, jika biasanya Keenan selalu antusias untuk segera pulang, tetapi sekarang rasa itu sudah tidak ada lagi tergantikan dengan rasa jijik yang meruak.Keenan membawa langkahnya ke dalam, di lihatnya rumah itu sepi, tidak ada siapapun disana.Keenan mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu, sembari menunggu kedatangan Bella. Hampir sore hari dia menunggu Bella belum juga pulang."Sepertinya dia menikmati hari-hari tanpaku." Keenan menggelengkan kepalanya seolah tidak menyangka.Satu jam lagi menunggu, yang di tunggu akhirnya datang. Dia melihat Bella yang keluar kemudian di susul oleh supir yang membawa barang belanja Bella dengan merek terkenal yang pasti sangat mahal.Dia bisa melihat Bella yang terlihat tidak percaya melihat mobilnya yang terparkir di depan teras.Kemudian dia melihat wajah Bella yang terlihat antusias.Melihat wajah yang sudah satu bulan ini tidak dilihatnya, hati kecil Keenan merasakan rindu. Tetapi dia langsung menyangkal, pikirannya langsung bekerja lebih cepat.Kini dia melihat Bella yang sudah berada di depan pintu masuk, menatapnya dengan berkaca-kaca."Mas, kamu ..."Belum selesai Bella berbicara, dia sudah lebih dahulu memotongnya."Dari mana saja kamu, Bella?"Air mata tak bisa Bella tahan ketika melihat sebuah benda yang menunjukkan pengharapannya selama ini."Ini nyata? Aku hamil." Bella terlihat tidak percaya apa yang di lihatnya, tanpa sadar dia mengelus perutnya yang masih terlihat rata.Dia menangis dengan penuh bahagia, bola mata nya memandang haru ke arah tespact yang menunjukkan dua garis yang selalu di nantikan olehnya dan sang suami.Ketukan di pintu kamar, membuat Bella segera mengumpatkan tespect tersebut. dia dengan cepat membasuh wajahnya.Dengan mata yang masih terlihat sembab, karena menangis cukup lama di dalam sana. Bella segera keluar, membuka pintu kamar dengan cepat."Mas," sambut Bella dengan senyum penuh kebahagiaan.Pria yang di sebut suami Bella itu terlihat terkejut. "Sayang, kamu kenapa?" Keenan sosok suami Bella yang baru saja pulang dari kantor terlihat khawatir menatap Bella yang terlihat sembab.Bella menggeleng. "Aku nggak apa-apa, Mas. Tadi p
"Apa maksud mu, Mas?" Bella terlihat binggung mendengar pertanyaan Keenan.Melihat raut wajah binggung Bella, Keenan langsung tersadar apa yang baru saja dia ucapkan."M-maksudku, ini bener punyamu?" Keenan terlihat gugup dan Bella menyadari itu."Iya, Mas. Ini punyaku." Bella menatap manik mata Keenan yang tidak mau bersitatap."Aku mengeceknya lima hari yang lalu, awalnya aku pun tak percaya, tapi aku mengeceknya berulangkali dan hasilnya sama," lanjutnya.Keenan menatap Bella, kemudian menghela napas panjang."Terima kasih, Sayang." Keenan langsung memeluk Bella erat, yang di balas tak kalah erat oleh Bella.Entah kenapa Bella malah menangis, raut wajah Keenan yang seperti meragukan kandungannya, terekam jelas di ingatan Bella.Menyadari Bella menangis, Keenan melerai pelukan mereka. "Kenapa menangis, hm?" Keenan menangkup wajah Bella dengan kedua tangan kekarnya.Bella menggeleng. "Ini tangisan bahagia, Mas. Kamu bahagia kan, Mas?"Keenan tidak langsung menjawab melainkan mengecup
Suara musik terdengar sangat keras, banyak sekali orang yang sedang berjoget tak tentu arah, pria dan wanita berciuman di mana saja, bahkan tak sedikit orang yang berhubungan badan, seolah-olah di tempat ini hanya ada mereka.Di sebuah meja paling pojok, terlihat sosok Keenan yang sedang mabuk di temani oleh sang sekertaris. Mulut Keenan terus meracau tidak jelas sedangkan Zio, dia memang tidak minum karena memang hanya menemani bosnya itu."Tuan, sebaik kita pulang, anda sudah mabuk berat." Zio sudah berulang kali menahan tangan Keenan yang terus meminum cairan keras itu."Diamlah!! aku tidak mabuk bodoh!" sentak Keenan, kemudian meminum kembali.Zio menatap sang Tuan dengan khawatir, dia sendiri tidak percaya dengan sosok Keenan yang sekarang. Semenjak pernikahan mereka, Zio baru kali ini lagi menemani Tuannya ketempat seperti ini, dan yang membuatnya tak menyangka lagi, Keenan bahkan berbohong kepada Nyonya Bella.Pagi tadi ketika Zio diperintahkan untuk kerumah Keenan, dia sebenar
Satu bulan kemudian, kini hari- hari di lalui oleh Bella hanya dengan tangisan, air mata sudah menjadi temennya setiap saat, kehampaan dia rasakan selama satu bulan terakhir ini.Tadinya Bella menyangka kehamilannya ini membawa kehidupannya untuk jauh lebih bahagia lagi, tetapi ternyata itu salah besar, nyatanya semenjak kehamilan Bella hanya merasa kehampaan, kesedihan, dan kesepian.Keenan yang berjanji hanya akan dua minggu di Jerman, kini sampai satu bulan, belum pulang-pulang. Rasa cemas bertambah karena Keenan yang jarang memberinya kabar, bahkan Keenan mengabari Bella setelah satu minggu Keenan di sana, dan hal itu membuat Bella sangat frustasi.Setiap malam, dirinya terus berpikir apa yang membuat Keenan berubah dalam sekejap ini, pikirannya berbicara jika Keenan berubah dikarenakan kehamilannya, tetapi hatinya menolak pemikiran itu, karena dia tahu sang suami sangat menanti kehadiran buah hati mereka.Bella menatap perutnya yang belum terlihat besar, dia menatap sendu ke arah
"Alvin, om Keenan harus pulang Sayang. Nanti kita pasti bakal bertemu lagi kok Sayang," ucap seorang wanita dengan sangat lembut.Pria yang disebut Alvin itu menggeleng dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Ndak mau mommy, avin mau sama Enan." Seseorang yang disebut Alvin adalah anak dari Amanda.Amanda menghela nafas lelah, sudah satu jam Alvin merengek terus tidak ingin di tinggalkan oleh Keenan yang sudah harus pulang ke negaranya.Keenan yang menjadi tahanan sedari tadi, kini menunduk mensejajarkan tubuhnya dengan bocah kecil yang berusia dua tahun itu."Alvin, Om harus kerja dulu Sayang, nanti kalo ada waktu om pasti kesini lagi, oke." Keenan dengan lembut mengusap puncak kepala Alvin.Alvin menggeleng lagi. "Alvin ndak mau ditinggal Enan, Avin mau sama Enan." Alvin kini malah memeluk Keenan dengan erat.Amanda yang melihat itu menatap Keenan dengan merasa bersalah. Tak dipungkiri dia pun merasa bersedih Keenan akan kembali,