Sudah 2 bulan semenjak dirinya tinggal bersama kami. Dan kelihatannya, dia sudah mulai terbiasa dengan keadaan kami. Dari mulai bangun pagi hingga tidur lagi, ternyata dia bisa membantu aku dan ibuku baik itu membersihkan kuil, memasak kue dan manisan, dan tak jarang pula di hari minggu dia mengajakku bermain, serta dia mau memperhatikanku menari Kagura yang terkadang membuatku salah tingkah. Jujur saja, kelihatannya aku tidak pernah melihatnya sebagai keluarga, tapi lebih dari itu mungkin lebih tepatnya sebagai teman.
"Mei, bukan begitu caranya, tetapi begini," Danny-kun melakukan tarian Kagura sambil memberiku contoh.
"Begini?" aku bertanya sambil menunjukkan padanya.
"Yup, benar sekali ... kamu pintar Mei," pujinya padaku.
"Hehehehe," aku tertawa tersipu malu.
Danny-kun pun membelai rambutku dan entah kenapa aku merasa senang, seakan aku ingin dia terus melakukannya lagi. Dan aku ingin mendapatkan hal itu lagi untuk yang lainnya yang aku lakukan. Mengapa? Entahlah.
"Danny-kun ... Mei-chan ... sudah waktunya makan," ibuku memanggil kami berdua.
"Yaaa," jawab kami kompak.
Kami pun pergi ke meja makan dan makan bersama, serta kami pun makan dengan lahap karena jujur saja masakan ibu itu enak sekali sehingga membuatku ingin belajar memasak seperti masakan ibu sehingga Danny akan membelai rambutku lagi seperti tadi.
"Kenapa tersenyum Mei-chan? Apa makanannya enak?" tanya ibuku.
"Enak banget loh bu ... oya bu, kapan-kapan ajarin aku masak seperti masakan ibu ya," jawabku dengan senyum manis.
"Ada apa nih, Mei-chan tiba-tiba minta begitu?" tanya ibuku dengan membalas senyumanku.
"Aku mau belajar masak saja, soalnya siapa tahu aku bisa membantu ibu memasak walau hanya membuat omelette," jawabku.
"Aku yakin kamu bisa Mei, soalnya aku yakin masakan kamu pasti enak," puji Danny-kun.
"Benarkah? Kalau begitu aku akan berusaha," ucapku dengan mata berbinar.
"Jangan-jangan Mei-chan ini suka ya sama Danny-kun," ibuku bergumam.
"Ada apa bu?" tanyaku.
"Kalau soal tarian bagaimana Mei-chan? Apakah kamu bisa melakukannya?" tanya ibuku.
"Dia sudah mulai bisa melakukannya bi, soalnya tadi aku sudah melihatnya," jawab Danny-kun.
"Bagus Mei-chan ... tetap terus berusaha ya," ibuku membelai rambutku.
Aku mengangguk merasa senang. Dan makan malam kami sungguh menyenangkan, walau tanpa ayahku dan aku yakin TUHAN sudah mengirimkan penggantinya untukku. Dan orang itu adalah anak laki-laki yang duduk di sebelahku ini. Kelihatannya sekarang dan seterusnya hari-hariku akan lebih menyenangkan lagi.
"Kamu ini mirip sekali dengan suami bibi," kata ibuku.
"Oya, dari semenjak aku tinggal disini aku tidak melihat ayahnya Mei ... paman kemana bi? Apa dia pergi jauh?" tanya Danny-kun.
Ibuku menjelaskannya bahwa ayahku sudah meninggal karena kecelakaan waktu kebakaran 4 tahun lalu. Dan sontak aku melihat Danny-kun menangis, matanya sungguh tidak cocok untuk menangis. Ya, Danny-kun tidak cocok menangis karena dia lebih cocok tersenyum daripada menangis. Dan untuk pertama kalinya aku melihat Danny-kun menangis, dan aku akan berjanji untuk tidak membuatnya menangis apapun yang terjadi.
"Ayo kita cuci mangkuk dan piringnya," lanjut ibuku memberhentikan obrolan.
"Ya," balas kami.
Esoknya
"Danny-kun ... Mei-chan ... bangun ... sudah pagi," ibuku membangunkan kami.
Kami berdua pun membuka mata kami dan segera meregangkan badan dan bangkit dari tempat tidur kami.
"Sarapan sudah siap, yuk kita makan," kata ibuku.
Karena hari ini hari minggu, jadinya aku dan Danny-kun pergi bermain ke sungai dekat kuil kami, dan tentu saja kami melakukan hal ini setiap hari Minggu. Karena pada hari biasanya, aku dan Danny-kun membantu ibuku dan aku mesti latihan menari. Seandainya saja setiap hari adalah hari Minggu, aku bisa terus bermain bersamanya. Namun hal itu tidak mungkin terjadi.
CHAPTER 2 - My Daily Life
end
"Nyaaaaa," suara anak kucing itu terlihat senang dipangkuan Danny-kun."Kasihan sekali kamu ... pasti ditinggal sama orang tuamu ya?" kata Danny-kun sambil membelai anak kucing tersebut."Aku juga ingin dibelai rambutku seperti itu," aku bergumam.Jujur, aku iri sekali kalau bukan aku yang diperlakukan seperti itu. Rasanya hati ini panas. Jadi mulai sekarang, anak kucing ini adalah rivalku. Kamu ingin tahu bagaimana kami bisa memelihara anak kucing yang membuatku kesal ini? Silahkan dibaca.Seminggu lalu"Mei ... kamu dimana?" Danny-kun mencariku karena kami bermain petak umpet."Kamu pasti tidak bisa menemukanku," gumamku.Danny-kun terus mencariku selama setengah jam namun dia belum juga menemukanku. Dan jujur saja dalam hati aku ingin ditemukan olehnya. Namun, karena aturan permainan aku tidak bisa membiarkan dia menemukanku."Siapa yang membuat aturan ini sih? Lain kali aku mar
Kini usiaku sudah menginjak 7 tahun. Oleh karena itu, ibuku memasukkan aku dan Danny-kun ke SD Hachiko. SD ini terletak tidak jauh dari kuil kami, hanya berjalan 20 menit kami sudah sampai. Ibu menemani kami masuk ke sekolah namun tak sampai mengantarkan kami ke kelas karena ibuku mesti membuat kue dan manisan untuk dijual di hari sabtu nanti."Baik-baik ya, Mei-chan ... Danny-kun," ucap ibuku."Iya," jawab kami dengan kompak.Ibuku melambaikan tangan kepada kami dan kami pun juga melambaikan tangan kami. Setelah ibuku pergi, kami pun memasuki kelas."Danny-kun, mudah-mudahan kita sekelas ya." ucapku.Danny-kun mengangguk. Dan memang untuk kelas 1 SD, kami menjadi teman sekelas dan sebangku. Alangkah senangnya hatiku, karena salah satu mimpiku tadi malam menjadi kenyataan. Serta aku berharap untuk tahun berikutnya aku tetap sekelas walau tak sebangku."Hai, namaku Hatsuki ... siapa namamu?" ta
Aku menangis karena hal yang kusayangi telah pergi untuk kedua kalinya, yaitu adalah ibuku. Ibuku meninggal karena kecelakaan mobil yang dikendarai secara ugal-ugalan oleh pengemudi yang mabuk.Danny-kun berusaha untuk menenangkanku, namun air matanya tetap saja keluar dikarenakan ibuku juga berarti baginya. Danny-kun memelukku dengan erat seakan dia tidak ingin kehilanganku."Danny-kun .... sekarang aku sendirian," ucapku yang masih menangis."Kan masih ada aku," ucap Danny-kun yang mencoba untuk menenangkanku."Apa kamu akan pergi juga nanti?" ucapku sambil menatap Danny-kun dalam-dalam."Tidak akan, aku tidak akan pernah pergi dari sisimu," ucap Danny-kun meyakinkan aku."Janji?" tanyaku."Janji," jawabnya.Kami pun mengantar jenazah ibuku ke pemakaman disebelah kuburan ayahku. Setelah selesai, kami pun pulang dengan wajah sedih."Sekarang apa yang mesti kita lakukan Danny-kun?" tanyaku kebingu
"Five""Six""Seven""Eight""Nine""Ten""Knockout"The winner is Kanaya MeissaSaat ini aku sedang mengikuti turnamen tinju, dan aku masih berada di pertandingan pertama. Lawanku juga lumayan berat tadi, namun aku masih bisa mengatasinya. Kamu mau tahu apa hadiahnya? Hadiahnya adalah piala serta sebuah cincin. Aku tidak masalah dengan pialanya hanya saja aku menginginkan cincin tersebut agar aku bisa menikah dengan Danny-kun.Untuk itu, aku berlatih dengan giat agar aku bisa memenangkan setiap pertandingan. Oya, aku lupa bilang kalau aku bukan seorang penari, tapi seorang petinju. Danny-kun adalah pelatihku, dia selalu memberiku saran, kritik, serta pelukan yang terkadang membuatku bangkit dari kegagalan."Hari ini pertandingan yang bagus Mei," puji Danny-kun."Terima kasih pelatihku," balasku dengan senyuman."Namun jangan sombong dulu, karena turnamen masih ber
"Tinggal sebulan lagi ... sepertinya aku harus siap-siap menyambut tahun baru," ucapku."Dan sebentar lagi, aku akan berulang tahun ... senangnya hatiku," ucapku sambil tersenyum sendiri."Aku minta hadiah apa ya dari Danny-kun? Ah, itu sih tidak masalah karena apapun hadiahnya aku akan dengan senang hati menerimanya," lanjutku lagi."Mei, sudah waktunya sarapan," ucap Danny-kun."Iya, sebentar ... aku akan kesana." jawabku.Aku segera merapikan rambutku dan segera menuju meja makan. Aku duduk di depan Danny-kun dan aku memulai pembicaraan."Oya Danny-kun, sebentar lagi aku berulang tahun loh," ucapku dengan tersenyum."Oya? Aku tidak ingat," ucap Danny-kun dengan cuek."Huh? Masa' kamu tidak ingat sih sama ulang tahunku," ucapku yang mulai merajuk."Benar, aku tidak ingat ... lagipula, bukankah setiap hari adalah hari yang sama unt
Seminggu setelah kepergiannyaCip ... cip ... cipSuara burung mengawali pagiku dan udaranya segar seperti biasanya."Danny-kun, sarapan sudah siap," ucapku sambil membuka pintu kamar Danny-kun.Namun kamar itu telah kosong dikarenakan Danny-kun diterima di Hope Peak's Academy lewat jalur undangan. Aku selalu merasa Danny-kun masih ada di rumah ini, canda tawanya, senyumnya, bahkan bau shamponya pun masih tercium. Kini aku tinggal sendiri disini, dan aku harus melakukannya sendiri karena aku tahu Danny-kun akan sibuk dengan sekolahnya disana."Apa yang harus kulakukan ya hari ini?" gumamku ketika duduk di kursi.Aku merasa kesepian karena dirinya sudah pergi menuju mimpinya. Sungguh kesepian yang kurasakan ketika hanya ada kesendirian. Mungkin dengan menulis surat untuknya aku bisa menghilangkan kebosananku. Namun aku terkadang merasa takut apakah dia akan membalasnya atau tidak kar
Sudah 3 bulan aku berkirim mail ke Danny-kun, walau hanya pesan singkat tetapi hal itu bermakna dikarenakan aku hanya bisa menghubunginya lewat smartphone saja. Karena kalau aku bertemu dengannya, mungkin bisa 3 hari kami mengobrol serta banyak ekspresi yang akan aku tampakkan padanya. Jarak antara aku dan Danny-kun hanya sebatas smartphone ini, dekat tapi tak tersentuh."Kalau begitu, bagaimana aku mengunjungi sekolahnya? Kuharap aku bisa melihat wajahnya walaupun dari kejauhan," ucapku sambil tersenyum tipis.Aku pun segera bersiap untuk esok hari mengunjungi Hope Peak's Academy yang sekarang Danny-kun bersekolah dan aku merasa deg-degan karena aku akan bertemu Danny-kun."Besok aku mesti pakai baju apa ya? Bingung," ucapku sambil mencoba mencocokkan baju.Namun selang beberapa lama, aku pun belum menentukan baju seperti apa yang akan aku pakai besok."Apa sebaiknya aku memakai pakaian yang biasa
Aku terus berlatih untuk menari Kagura yang sudah lama mendarah daging di tubuhku. Tak pernah kuperdulikan ocehan orang-orang di sekitarku karena belum tentu mereka mau melakukannya.Tapi aku tak memaksakan diriku karena Danny-kun akan marah padaku jika aku memaksakan diri. Karena baginya, yang penting sudah mencoba dan tahun berikutnya adalah kesempatan terakhirku untuk mengikuti ujian masuk atau lewat jalur undangan. Aku berharap hanya bisa lewat jalur undangan dikarenakan aku tak memiliki banyak uang untuk membayar ujian masuk, namun apabila hanya lewat ujian masuk Danny-kun akan membantuku membayar biaya ujian masuknya. Namun aku tersadar kalau ada cara lain untuk mendapatkan undangan tersebut, yaitu dengan film atau video ketika kita melakukan bakat kita. Namun siapa yang mau memfilmkan ketika aku lagi menari? Tidak mungkin Danny-kun yang melakukannya karena dia sudah ada kesibukan, sedangkan Karasu tidak tahu dia berada dimana setelah terakhir kudengar kabar kalau dia ju
Mimi POVAku bertemu dengan Danny onii-chan 3 tahun lalu saat aku masih menjadi seseorang yang pemalu diantara teman-temanku. Namun semua itu berubah berkat adanya Danny onii-chan yang telah merubahku menjadi lebih baik dari sebelumnya.Suatu hari Danny onii-chan sedang duduk di sebuah kafe dimana aku bernyanyi disitu."Suaramu bagus..," ucap Danny onii-chan sambil tersenyum."Te ... terimakasih..," balasku dengan gugup."Apakah kamu sering bernyanyi disini??" tanya Danny onii-chan.Aku mengangguk."Ini hadiah cincin untukmu..," ucap Danny onii-chan."Stooooopppp!!!" ucapku."Hei ... mengapa kamu berhentikan aku disaat sedang bagus-bagusnya bercerita..," ucap Mimi dengan kesal."Sejak kapan Danny-kun memberikan cincin kepadamu, huh?!?!" ucapku dengan nada kesal pula."Tentu saja sejak awal..," ucap Mimi dengan bangga."Baiklah kalau itu maumu ... aku akan melenyapkanmu sekarang juga..," ucapku sambil tersenyum dengan kepala berkedut."Ayo maju sini!?!" ucap Mimi dengan menantangku.Hi
Di sebuah ring tinju pada malam sebelum tahun baru, aku dan Mimi akan bertarung. MC tinju pun mulai memperkenalkan kami berdua. "Di sudut merah, dengan tinggi 158 cm, memakai pakaian santa, dan memakai sarung tinju berwarna pink, Kanaya Meiiiiisa..," ucap MC tinju. "Di sudut biru, dengan tinggi 148 cm, juga memakai pakaian santa, namun memakai sarung tinju berwarna pink, Tendou Mimi..," ucap MC tinju lagi. Lalu kami berdua menuju ke tengah ring untuk mendengarkan arahan dari wasit. "Baiklah, aku ingin pertarungan yang bersih ... tidak boleh menendang, tidak boleh menyikut, tidak boleh menyundul, dan tidak boleh menggigit..," ucap wasit. "Apakah kalian berdua sudah mengerti?" tanya wasit. Kami berdua mengangguk. "Sebelum dimulai pertandingannya, ada yang ingin kalian sampaikan?" tanya wasit lagi. "Pendek..," ejekku. "Bucin..," balas Mimi. "Setan kecil..," ejekku lagi. "Mata sipit..," balas Mimi lagi. Lalu kami pun menuju ke sudut ring untuk memasang mouth piece kami, dan ron
"Apa yang harus aku lakukan agar aku bisa berduaan dengan Da-kun?" gumam Hinada."Bukankah sebentar lagi Halloween?" gumam Hinada lagi."Aku rasa inilah saatnya untuk berduaan dengan Da-kun..," gumam Hinada lagi.Lalu 1 hari sebelum perayaan Halloween, Hinada memulai rencananya."Apakah aku bisa meminta tolong kepada kalian berempat?" tanya Hinada."Memangnya kamu mau minta tolong apa?" tanya Hatsuki."Aku ingin merayakan Halloween disini, tapi kita kekurangan bahan..," jawab Hinada."Mengapa tidak pakai yang ada saja?" tanyaku penasaran."Bukankah kalian ingin membuat Da-kun senang? Kalau iya, berarti kalian akan setuju dengan ideku ini..," jawab Hinada sambil tersenyum."Kelihatannya dia ini jujur..," gumam kami berempat secara serentak."Mana daftar bahannya?" tanya Nozomi."Sebentar..," jawab Hinada.Hinada lalu ke kamarnya untuk mengambil daftar bahan yang perlu dibeli, namun yang kami tidak tahu adalah, bahan tersebut sudah pasti sulit didapatkan, apalagi apabila bahan tersebut
"Sekarang saatnya bicara, Akuma Milku..," ucapku.Nozomi masih mengunyah makanannya lalu menelannya."Kalau kamu mau berbicara denganku, tunggu aku selesai makan..," ucap Nozomi."Mengapa kita tidak berbicara sambil makan saja?" tanyaku sambil tersenyum."Apakah ibumu tidak pernah mengajarimu, kalau kamu berbicara sambil makan itu sungguh tidak sopan..," jawab Nozomi.Aku hanya diam saja mendengarnya. Aku duduk menunggunya hingga selesai makan. Setelah Nozomi selesai makan, maka obrolan kami pun dimulai."Ada perlu apa, Meigomi? tanya Nozomi."Apa kamu menyebarkan kabar hoax ke Danny-kun??" tanyaku."Apa maksudmu??" tanya Nozomi lagi.Aku berdiri lalu mendekati Nozomi sambil menatapnya dengan tajam."Kamu tidak usah berpura-pura ... aku ada buktinya..," ucapku."Apa buktinya..," ucap Nozomi membalas tatapanku.Aku pun memberitahunya apa yang aku tahu, lalu Nozomi pun keringat dingin. Lalu aku menarik kerah baju Nozomi."Ternyata kamu kurang ajar ya ... kamu memfitnahku sehingga membua
"Kita putus..," ucap Danny-kun.Aku bingung harus merespon apa yang baru saja dikatakan oleh Danny-kun. Danny-kun lalu meninggalkan ruang tamu. Aku hanya bisa terdiam karena tidak mengerti apa yang telah terjadi. Aku lalu mencubit pipiku untuk mengetahui apakah kejadian ini hanya mimpi atau tidak.Namun ternyata terasa sakit, hal ini menunjukkan bahwa aku masih sadar."Mungkin aku terlalu lelah, lebih baik aku beristirahat saja ... siapa tahu saja, esok Danny-kun mengatakan tadi hanya bercanda semata.," gumamku.Aku pun kembali ke kamarku dan tidur. Didalam mimpi, perkataan Danny-kun masih terasa sakit karena Danny-kun tidak mencintaiku lagi. Aku pun merasa gelisah karena perkataan Danny-kun tadi. Esok paginya, saat aku hendak sarapan, aku melihat Nozomi sedang ngobrol bersama Danny-kun. Aku pun duduk diantara Nozomi dan Danny-kun agar Danny-kun hanya melihatku saja."Selamat pagi, Danny-kun..," ucapku dengan tersenyum manis."Selamat pagi juga, Mei..," balas Danny-kun sambil tersenyu
Aku dan seorang wanita bernama Sekar sedang berada di tengah ring dengan saling berhadapan. Sebelum memulai pertarungan, kami memakai name tag yang dikalungkan di leher kami.Aku melihat name tag punya gadis itu.Nama : Sekar Maharani ZeskiUmur : 29 tahunTinggi : 172 cmBerat badan : 60 kgUkuran payudara : F cupWarna sarung tinju : merahDan dia pun juga melihat name tagkuNama : Kanaya MeissaUmur : 18 tahunTinggi : 158 cmBerat badan : 48 kgUkuran payudara : B cupWarna sarung tinju : biru"Ternyata kamu kecil dan kurus juga ya ... tinggi 158 cm dengan berat badan 48 kg..," ucap Sekar dengan nada mengejek."Disamping itu juga, ukuran payudaramu itu kecil ya ... mungkin lebih baik kamu minum susu dulu sana..," ucap Sekar sambil mengejekku lagi."Dan umurmu itu baru 18 tahun ... lebih baik, kamu pulang saja ... siapa tahu ibumu mencarimu..," ucap Sekar sambil mengejekku sekali lagi.Aku langsung tersenyum dengan kepala yang berkedut."Ternyata kamu tinggi dan gendut juga ya ...
Seperti di tahun-tahun sebelumnya, Hope Peak's Academy selalu mengadakan ujian untuk kenaikan kelas. Aku dan teman-teman sekelasku seperti biasa, merasa gugup ketika melakukan ujian tersebut."Aku gugup sekali..," ucap Mihoshi dengan gemetar."Tenang saja, ujiannya sama seperti tahun lalu kok..," ucap Canis untuk menenangkan Mihoshi."Kalau aku, aku sangat percaya diri..," ucapku sambil tersenyum."Kamu hebat sekali, Kanaya-san..," ucap Ramaru dengan kagum."Tapi tahun ini sepertinya suram sekali..," ucapku."Mengapa kamu berkata begitu, Kanaya-san?" tanya Mizuno."Karena aku tidak melihat Danny-kun lagi disini..," jawabku dengan bersedih hati."Danny senpai kan sudah lulus tahun lalu..," ucap Nala."Aku tahu ... hanya saja, sepi rasanya..," ucapku sambil menghela nafas.Aku melihat murid-murid lain, namun kali ini yang aku lihat adalah Nozomi dan Mimi. Aku langsung saja membuang muka ke arah lain dikarenakan aku tidak ingin melihat mereka. Setelah beberapa orang selesai melakukan uji
3 hari lagi, aku berulang tahun. Namun entah mengapa tahun ini adalah tahun terburuk untukku. Di kamarku, aku menulis apa saja yang ingin aku lakukan di tahun ini pada secarik kertas. Aku menulis :1. Aku harus membuat dadaku lebih besar dari para gadis hama itu;2. Aku harus lebih imut dari para gadis hama itu;3. Aku harus membuat Danny-kun tersenyum kepadaku setiap hari;4. Aku harus membuat tubuhku lebih seksi dari para gadis hama itu;5. Aku harus melayani calon suamiku setiap hari;6. Aku harus menghajar para gadis hama;7. Aku harus mencium Danny-kun didepan para gadis hama itu.Itulah daftar yang aku inginkan untuk tahun ini. Lalu setelah aku selesai menulisnya, aku keluar dari kamarku untuk belanja makan malam. Namun ada sesosok gadis misterius memasuki kamarku yang tidak aku kunci, karena aku hanya pergi sebentar saja. Dia melihat daftar yang aku inginkan, lalu ia memotretnya dengan smartphone miliknya. Lalu ia pun keluar dari kamarku dan menemui ketiga sosok gadis yang lain
"Sebentar lagi perayaan Halloween akan tiba, namun bagaimana caranya aku bisa merayakan Halloween berdua saja dengan Danny-kun?" gumamku."Kalau begitu, aku harus membuat mereka berempat menjauh terlebih dahulu..," gumamku lagi."Mengapa kamu bergumam sendiri, kucing bau?" tanya Hinada."Bukan urusanmu, rubah betina..," jawabku."Haaaaa..," ucap Hinada dengan nada kesal."Apa...," ucapku dengan nada menantang.Aku dan Hinada saling bertatapan dengan wajah kesal sehingga menimbulkan aliran listrik."Bukankah sebentar lagi itu ada perayaan Halloween?" tanya Mimi."Memangnya ada apa dengan perayaan Halloween?" tanya Hatsuki."Kebetulan sekali, aku ingin merayakan Halloween dirumahku..," ucap Hinada."Aku tidak ikut..," ucapku datar."Tidak ada yang mengajakmu kok..," ucap Hinada dengan ketus."Aku hanya mengajak, Hatsuki-san, Nozomi-san, Mimi-chan, dan Da-kun..," lanjutnya."Kalau begitu, aku ikut..," ucapku sambil tersenyum."Karena kalau Danny-kun ikut, berarti aku sebagai tunangannya