"Tinggal sebulan lagi ... sepertinya aku harus siap-siap menyambut tahun baru," ucapku.
"Dan sebentar lagi, aku akan berulang tahun ... senangnya hatiku," ucapku sambil tersenyum sendiri.
"Aku minta hadiah apa ya dari Danny-kun? Ah, itu sih tidak masalah karena apapun hadiahnya aku akan dengan senang hati menerimanya," lanjutku lagi.
"Mei, sudah waktunya sarapan," ucap Danny-kun.
"Iya, sebentar ... aku akan kesana." jawabku.
Aku segera merapikan rambutku dan segera menuju meja makan. Aku duduk di depan Danny-kun dan aku memulai pembicaraan.
"Oya Danny-kun, sebentar lagi aku berulang tahun loh," ucapku dengan tersenyum.
"Oya? Aku tidak ingat," ucap Danny-kun dengan cuek.
"Huh? Masa' kamu tidak ingat sih sama ulang tahunku," ucapku yang mulai merajuk.
"Benar, aku tidak ingat ... lagipula, bukankah setiap hari adalah hari yang sama untukku," ucap Danny-kun semakin cuek.
"Yasudah kalau kamu tidak ingat ... aku pergi duluan ya," ucapku yang semakin merajuk.
"Iya ... hati-hati ya," ucap Danny-kun sambil tersenyum padaku.
Aku pun pergi ke sekolah, tapi sebelum aku keluar aku mengatakan ke Danny-kun.
"Danny-kun jelek, bodoh, tidak mengerti perasaanku," ucapku dengan kesal.
Aku pun langsung membanting pintu dan pergi dengan perasaan kesal.
"Ya ampun Mei ... bukan aku tak ingat hari ulang tahunmu, aku hanya mencoba untuk merahasiakan hadiah untukmu," ucap Danny-kun sambil tersenyum.
Dalam perjalanan menuju sekolahku, tetap saja aku terus merasa kesal dikarenakan Danny-kun tidak mengingat hari ulang tahunku. Padahal sebelumnya dia selalu ingat, dan dia adalah orang pertama yang mengucapkannya.
"Atau jangan-jangan dia sengaja biar aku kesal," pikirku.
"Kalau begitu, berarti Danny-kun sebenarnya ingat namun pura-pura tidak mengingatnya," gumamku mulai tersenyum.
"Danny-kun .... aku jadi semakin menyukaimu," gumamku sambil tersenyum dengan wajah yang memerah.
Saat istirahat
Aku pergi ke kantin untuk membeli yakisoba bread, karena aku tadi pagi belum sarapan dikarenakan aku kesal kepada Danny-kun.
"Aku harap masih ada rotinya ... karena tadi pagi aku belum sempat sarapan," ucapku sambil memegang perutku menuju kantin sekolah.
Ternyata masih ada terjual yakisoba bread yang kuinginkan lantas aku langsung membelinya. Aku memakan roti tersebut di halaman depan sekolah di bawah pohon rindang dan aku duduk di sana. Aku berpikir mungkin ucapanku sudah keterlaluan tadi pagi, dan aku harap Danny-kun tidak marah padaku dikarenakan sikapku yang masih kekanak-kanakan.
"Hummm?" gumamku ketika melihat Danny-kun sedang ngobrol dengan Karasu di kelas.
"Apa yang mereka bicarakan?" ucapku sambil mengunyah roti.
"Oya, aku lupa ... bahan makanan kan sudah mau habis ... hmmmm ... mungkin inilah saat yang tepat untuk kencan dengan Danny-kun," gumamku.
Aku pun menghabiskan rotiku dan aku langsung menghampiri mereka berdua.
"Hei, apa yang sedang kalian bicarakan?" tanyaku.
"Tidak ada kok ... hanya pembicaraan biasa," jawab Danny-kun dengan tenang.
"Benarkah?" tanyaku dengan menggembungkan pipi.
"Beneran loh Kanaya-san," ucap Karasu.
"Yasudah kalau begitu, oya Danny-kun bahan makanan kita sudah mau habis, bisa temani aku membelinya?" ajakku.
"Boleh," Danny-kun mengiyakan.
"Yesssss," gumamku.
"Kalau begitu, nanti pas pulang sekolah tunggu aku di pintu gerbang ya," ucap Danny-kun.
Aku mengangguk.
Bel masuk pun berbunyi.
Pulang Sekolah
"Kami pulang duluan ya Karasu-kun," ucapku.
"Iya, hati-hati ya," ucap Karasu sambil melambaikan tangan pada kami.
Kami berdua menuju supermarket.
Di supermarket
"Danny-kun mau makan malam apa hari ini?" tanyaku.
"Yang biasa saja, lagipula tidak baik boros pengeluaran," jawabnya.
"Sasuga Danny-kun ... aku jadi ingin menikahimu kelak," ucapku dengan wajah memerah.
"Aku juga," ucapnya dengan wajah memerah juga.
Kami berbelanja dengan wajah malu-malu dikarenakan obrolan kami tadi.
"Oya Mei, boleh aku permisi sebentar?" ucap Danny-kun.
"Mau kemana?" tanyaku.
"Ke toilet ... soalnya sudah diujung," ucap Danny-kun.
"Ya sudah, aku tunggu di depan ya," jawabku.
Danny-kun pun pergi ke toilet.
"Sekarang apa yang kurang lagi ya?Hmmm," gumamku.
Aku pun mencari sambil berpikir apa saja yang mau dibeli. Setelah selesai membayar di kasir, aku menunggu Danny-kun di depan toko bahan makanan namun selama 10 menit dia belum muncul juga.
"Danny-kun pergi kemana sih? Masa' ke toilet saja lama sekali," ucapku dengan khawatir.
Namun seketika itu kulihat Danny-kun sedang masuk ke toko penjual kimono dan aku langsung mengikutinya.
"Ada perlu apa Danny-kun kesini? Apa jangan-jangan," gumamku dengan sedih.
Danny-kun pun keluar dari toko itu dengan membawa sebuah kado dan dia terkejut ketika melihatku.
"Mei ... sedang apa kamu disini?" tanyanya dengan gugup.
"Danny-kun sendiri ngapain disini .... dan kado itu untuk siapa?" tanyaku dengan penasaran.
"Untuk pacarnya Karasu .... soalnya dia minta tolong padaku untuk membelikan hadiah ini untuknya, tapi tenang saja uangnya dari Karasu sendiri kok," jawab Danny-kun.
"Seingatku Karasu-kun tidak punya pacar," ucapku dengan curiga.
"Punya kok, soalnya baru siang tadi dia memberitahuku," ucap Danny-kun.
"Owh, ya sudah kalau begitu ... tapi ngomong-ngomong, apa isi kado itu?" tanyaku penasaran.
"Aku tidak bisa memberitahumu ... maaf ya Mei ... soalnya Karasu menyuruhku untuk merahasiakannya," ucap Danny-kun dengan tersenyum.
"Ya sudah kalau begitu ... kita pulang saja," ucapku merajuk.
"Maaf ya Mei, aku tidak bisa memberitahumu kalau hadiah ini untukmu," gumam Danny-kun.
Malam tahun baru
Selama hampir sebulan ini, jujur aku masih galau dikarenakan kado tersebut. Karena aku merasa tidak percaya kalau Karasu-kun sudah punya pacar, disamping itu kadonya juga masih disimpan sama Danny-kun. Ada apa ini? Apa jangan-jangan Danny-kun suka sama gadis lain? Kayaknya tidak mungkin.
"Lama sekali datangnya anak itu," ucap Danny-kun memulai pembicaraan.
"Iya nih, padahal kan kita sudah janjian ... tapi dia masih belum datang juga," jawabku.
"Maaf, soalnya tadi aku ada urusan sebentar," ucap Karasu lalu menghampiri kami.
"Owh, ya sudah yuk kita cari tempat yang tenang .... soalnya disini ramai sekali," ucap Danny-kun.
"Aku tahu tempat yang cocok," ucapku.
Kami bertiga menuju ke tempat yang kusarankan dan ternyata adalah di tempat yang sudah tidak asing lagi bagi kami, yaitu di kuil Kanaya. Ya, di kuil inilah kami menunggu datangnya tahun baru karena di kuil yang biasanya selalu ramai dikunjungi.
"Oya, setelah ini kalian mau masuk SMA mana?" tanya Karasu.
"Kalau aku ke Hope Peak's Academy, dan tentu saja lewat jalur undangan," jawab Danny-kun.
"Kalau kamu Kanaya-san?" tanya Karasu lagi.
"Aku akan ke sekolah dimana Danny-kun bersekolah ... karena aku tak ingin jauh darinya," jawabku sambil malu-malu.
"Kalau begitu, kita semua sama .... aku juga akan ke Hope Peak's Academy .... dan kelihatannya kita bertiga akan bersama lagi untuk 3 tahun ke depan," ucap Karasu.
Aku dan Danny-kun mengangguk.
"Oya, apa hadiah yang sudah kamu beli sudah kamu berikan?" tanya Karasu kepada Danny-kun.
"Hadiah apa?" tanyaku.
"Lho, bukankah dia membelikan sesuatu untukmu?" tanya Karasu padaku.
"Bukannya hadiah itu untuk pacarmu?" tanyaku lagi.
"Sejak kapan aku punya pacar?" ucap Karasu dengan bingung.
"Danny-kun apa maksudnya ini? Bisakah kamu menjelaskannya padaku?" ucapku sambil menatap Danny-kun dengan curiga.
"Etto," ucap Danny-kun dengan gugup.
"Sudah, katakan saja Danny-san," ucap Karasu.
Aku menatap Danny-kun
"Sebenarnya, kado yang aku bawa kemarin itu untukmu .... hanya saja aku masih bingung hadiah apa yang mau aku berikan," ucap Danny-kun.
Aku terenyuh.
"Jadi, bukan untuk gadis lain?" ucapku.
"Tentu saja bukan .... lagipula, gadis yang aku sukai hanya kamu seorang," lanjut Danny-kun.
Wajahku memerah dan air mata bahagiaku keluar.
"Kamu kenapa Mei? Apa matamu kemasukan debu?" tanya Danny-kun.
Aku menggeleng.
"Oya, ini hadiahnya," ucap Danny-kun sambil memberikan sebuah kado padaku.
"Boleh aku buka?" ucapku sambil mengusap air mataku.
"Silahkan," jawab Danny-kun.
Aku membuka kado tersebut dan isinya adalah kimono yang bermotif mawar merah dan seketika itu aku langsung memeluk Danny-kun dan aku meminta maaf karena sudah mencurigainya selama sebulan ini.
"Ehem ... ehem ... aku masih ada disini loh," ucap Karasu.
"Maaf," ucap Danny-kun.
"Kalau begitu, aku pulang dulu ya," ucap Karasu pamit.
"Iya, hati-hati ya Karasu," balas Danny-kun.
Karasu pun pulang meninggalkan kami berdua. Aku memeluk Danny-kun dan berharap semoga malam ini tak cepat berakhir.
"Oya Danny-kun, ada yang lupa kukatakan," ucapku.
"Apa itu?" tanya Danny-kun.
"Di keluargaku, ketika ada seorang pria memberikan kimono kepada wanita yang disukainya, maka pria itu akan jadi suaminya kelak," ucapku dengan wajah memerah.
"Haaaaaaaaaaaaaaahhhhhh," ucap Danny-kun dengan kaget.
Aku memeluk Danny-kun kembali dan suara kembang api pun mulai bermunculan.
CHAPTER 7 - My First Kimono
End
Seminggu setelah kepergiannyaCip ... cip ... cipSuara burung mengawali pagiku dan udaranya segar seperti biasanya."Danny-kun, sarapan sudah siap," ucapku sambil membuka pintu kamar Danny-kun.Namun kamar itu telah kosong dikarenakan Danny-kun diterima di Hope Peak's Academy lewat jalur undangan. Aku selalu merasa Danny-kun masih ada di rumah ini, canda tawanya, senyumnya, bahkan bau shamponya pun masih tercium. Kini aku tinggal sendiri disini, dan aku harus melakukannya sendiri karena aku tahu Danny-kun akan sibuk dengan sekolahnya disana."Apa yang harus kulakukan ya hari ini?" gumamku ketika duduk di kursi.Aku merasa kesepian karena dirinya sudah pergi menuju mimpinya. Sungguh kesepian yang kurasakan ketika hanya ada kesendirian. Mungkin dengan menulis surat untuknya aku bisa menghilangkan kebosananku. Namun aku terkadang merasa takut apakah dia akan membalasnya atau tidak kar
Sudah 3 bulan aku berkirim mail ke Danny-kun, walau hanya pesan singkat tetapi hal itu bermakna dikarenakan aku hanya bisa menghubunginya lewat smartphone saja. Karena kalau aku bertemu dengannya, mungkin bisa 3 hari kami mengobrol serta banyak ekspresi yang akan aku tampakkan padanya. Jarak antara aku dan Danny-kun hanya sebatas smartphone ini, dekat tapi tak tersentuh."Kalau begitu, bagaimana aku mengunjungi sekolahnya? Kuharap aku bisa melihat wajahnya walaupun dari kejauhan," ucapku sambil tersenyum tipis.Aku pun segera bersiap untuk esok hari mengunjungi Hope Peak's Academy yang sekarang Danny-kun bersekolah dan aku merasa deg-degan karena aku akan bertemu Danny-kun."Besok aku mesti pakai baju apa ya? Bingung," ucapku sambil mencoba mencocokkan baju.Namun selang beberapa lama, aku pun belum menentukan baju seperti apa yang akan aku pakai besok."Apa sebaiknya aku memakai pakaian yang biasa
Aku terus berlatih untuk menari Kagura yang sudah lama mendarah daging di tubuhku. Tak pernah kuperdulikan ocehan orang-orang di sekitarku karena belum tentu mereka mau melakukannya.Tapi aku tak memaksakan diriku karena Danny-kun akan marah padaku jika aku memaksakan diri. Karena baginya, yang penting sudah mencoba dan tahun berikutnya adalah kesempatan terakhirku untuk mengikuti ujian masuk atau lewat jalur undangan. Aku berharap hanya bisa lewat jalur undangan dikarenakan aku tak memiliki banyak uang untuk membayar ujian masuk, namun apabila hanya lewat ujian masuk Danny-kun akan membantuku membayar biaya ujian masuknya. Namun aku tersadar kalau ada cara lain untuk mendapatkan undangan tersebut, yaitu dengan film atau video ketika kita melakukan bakat kita. Namun siapa yang mau memfilmkan ketika aku lagi menari? Tidak mungkin Danny-kun yang melakukannya karena dia sudah ada kesibukan, sedangkan Karasu tidak tahu dia berada dimana setelah terakhir kudengar kabar kalau dia ju
Sudah 9 bulan aku menjadi murid Hope Peak's Academy yang merupakan salah satu cita-cita kami bertiga untuk berada di sekolah yang sama. Walaupun Danny-kun adalah seniorku di sekolah, namun di luar sekolah dia tetaplah tunanganku yang aku sayangi.Saat ini, aku berada di kelas dengan guru pembimbing kami yang bernama Takeshi Ueda. Guru yang penampilannya "seperti guru" adalah wali kelas kami. Kalau kamu ingin tahu siapa saja teman sekelasku, mereka adalah :1. Shiromi Ayako (Ultimate Designer)Gadis yang menyukai fashion ini hanya suka menjahit dan bisa meniru pakaian yang ada di toko merek terkenal.2. Akagi Ryuuta ( Ultimate Solo Artist)Pria berukuran small yang bisa bernyanyi, jujur aku suka dengan nyanyiannya yang menghibur itu. Ditambah lagi, dia ramah pada semua orang.3. Nala Yukina (Ultimate Matematician)Gadis penyuka matematika yang menurutku aneh ini sungguh menyebalkan, bahkan kehadirannya sungguh menyebalkan. Dan aku
Sejak aku mengalahkan Nozomi di pertandingan tinju, kami pun mulai adu popularitas di media sosial. Kami saling ejek dan menghina satu sama lain dan Nozomilah yang memulainya terlebih dahulu, bukan aku."Kanaya is thrash," begitulah kalimatnya memulai pertengkaran kami. Aku pun membalasnya dengan kalimat "if you say i'm thrash, you're devil milk,". Begitulah hampir setiap hari aku membalas kata-katanya yang membuatku jengkel."Sudahlah Mei ... mengapa kalian mesti bertengkar terus sih? Aku capek tahu membaca setiap komentar kalian," keluh Danny-kun."Siapa suruh memulainya," kesalku."Kenapa sih kalian tidak berteman saja?" tanya Danny-kun dengan menghela nafasnya."Berteman? Aku hanya ingin memukul wajahnya saja yang menyebalkan itu," kesalku."Bukankah ada pepatah yang mengatakan "teman terdekatmu adalah musuhmu?" ucap Danny-kun."Benar juga ... kalau aku musuhan dengannya, berarti dia temanku," ucapku.
Akhirnya aku pun berhasil masuk ke Hope Peak's Academy lewat jalur undangan, dan akan kubungkam mulut gadis yang bernama Grace itu. Namun sebelum itu, pohon sakura di sepanjang jalan sekolah mulai berguguran seakan membuat orang yang melewatinya untuk membuka lembaran baru. Di depan pintu gerbang Hope Peak's Academy, Danny-kun sudah menungguku dan aku langsung menemuinya."Selamat ya Mei, atas diterimanya kamu ke Hope Peak's Academy ini," ucap Danny-kun bangga padaku."Terima kasih Danny-kun," ucapku dengan tersenyum."Sekarang kita bertiga bisa bersama lagi," lanjut Danny-kun"Oya, dimana Karasu-san? Bukankah seharusnya dia ada disini juga?" tanyaku."Maaf ya Mei, Karasu lagi sibuk ... tetapi dia juga mengucapkan selamat atas keberhasilanmu masuk ke Hope Peak's Academy," ucap Danny-kun."Danny-kun," ucapku dengan mata yang berbinar."Ada apa Mei?" Tanya Danny-kun dengan tersenyum."Akhirnya kita bisa bertatapan lagi setelah
Gas tidur yang menutupi bus yang kutumpangi dan teman sekelasku ini mulai menyelimuti seluruh area penumpang. Dan tak berapa lama kemudian, tibalah kami di tempat tujuan yang akan kami tuju, yaitu Lithemba Resort.Dari luar, hanya tampak resort biasa namun siapa tahu seperti apa yang terjadi didalamnya bahkan siapa tahu esok adalah hari bersejarah yang membuat kami tak mampu untuk melihat hari esok."Dimana ini?" ucap Mihosi yang terbangun pertama kali.Diikuti oleh teman-temanku yang lainnya dan begitu juga aku. Namun siapa sangka ternyata aku memeluk Nozomi ketika aku tertidur dan hampir saja aku menciumnya karena menyangka dia adalah Danny-kun."Waaaaaaaaaaaaaaaaaaa," sontak aku berteriak.PLAK!!!!!! PLAK!!!!!! PLAK!!!!!! PLAK!!!!Terdengar suara tamparan dariku ke pipi Nozomi bertubi-tubi sehingga pipi Nozomi seperti tomat dan Nozomi meringis kesakitan."Sakit," ucap Nozom
Malam hariMalam pun telah tiba, kami semua berkumpul di meja makan. Aku duduk ditempat yang agak sudut ruangan dan ketika aku hendak duduk disitu, tiba-tiba Nozomi menghalangiku."Kalau kamu mau cari gara-gara denganku, besok saja ya ... hari ini aku ingin istirahat," ucapku dengan tenang."Kamu kenapa Meigomi-san? Apa kamu takut kalau tunanganmu itu aku ambil?" ucap Nozomi dengan senyum."Coba saja kalau bisa ... palingan dalam satu detik kemudian kamu akan tertidur," lanjutku dengan menghela nafasku.Nozomi menatapku dalam-dalam dan begitu juga dengan mata sayuku. Dan pada akhirnya Nozomi mencari tempat duduk yang lain dan pada saat itu juga, Mononeko muncul ditengah-tengah kami dan berkata."Sarapan besok pagi akan dimasak oleh salah satu dari kalian ... nah, siapa yang bersedia melakukannya?" tanya Mononeko.Tanpa berpikir panjang, aku pun mengajukan diri."Aku saja
Mimi POVAku bertemu dengan Danny onii-chan 3 tahun lalu saat aku masih menjadi seseorang yang pemalu diantara teman-temanku. Namun semua itu berubah berkat adanya Danny onii-chan yang telah merubahku menjadi lebih baik dari sebelumnya.Suatu hari Danny onii-chan sedang duduk di sebuah kafe dimana aku bernyanyi disitu."Suaramu bagus..," ucap Danny onii-chan sambil tersenyum."Te ... terimakasih..," balasku dengan gugup."Apakah kamu sering bernyanyi disini??" tanya Danny onii-chan.Aku mengangguk."Ini hadiah cincin untukmu..," ucap Danny onii-chan."Stooooopppp!!!" ucapku."Hei ... mengapa kamu berhentikan aku disaat sedang bagus-bagusnya bercerita..," ucap Mimi dengan kesal."Sejak kapan Danny-kun memberikan cincin kepadamu, huh?!?!" ucapku dengan nada kesal pula."Tentu saja sejak awal..," ucap Mimi dengan bangga."Baiklah kalau itu maumu ... aku akan melenyapkanmu sekarang juga..," ucapku sambil tersenyum dengan kepala berkedut."Ayo maju sini!?!" ucap Mimi dengan menantangku.Hi
Di sebuah ring tinju pada malam sebelum tahun baru, aku dan Mimi akan bertarung. MC tinju pun mulai memperkenalkan kami berdua. "Di sudut merah, dengan tinggi 158 cm, memakai pakaian santa, dan memakai sarung tinju berwarna pink, Kanaya Meiiiiisa..," ucap MC tinju. "Di sudut biru, dengan tinggi 148 cm, juga memakai pakaian santa, namun memakai sarung tinju berwarna pink, Tendou Mimi..," ucap MC tinju lagi. Lalu kami berdua menuju ke tengah ring untuk mendengarkan arahan dari wasit. "Baiklah, aku ingin pertarungan yang bersih ... tidak boleh menendang, tidak boleh menyikut, tidak boleh menyundul, dan tidak boleh menggigit..," ucap wasit. "Apakah kalian berdua sudah mengerti?" tanya wasit. Kami berdua mengangguk. "Sebelum dimulai pertandingannya, ada yang ingin kalian sampaikan?" tanya wasit lagi. "Pendek..," ejekku. "Bucin..," balas Mimi. "Setan kecil..," ejekku lagi. "Mata sipit..," balas Mimi lagi. Lalu kami pun menuju ke sudut ring untuk memasang mouth piece kami, dan ron
"Apa yang harus aku lakukan agar aku bisa berduaan dengan Da-kun?" gumam Hinada."Bukankah sebentar lagi Halloween?" gumam Hinada lagi."Aku rasa inilah saatnya untuk berduaan dengan Da-kun..," gumam Hinada lagi.Lalu 1 hari sebelum perayaan Halloween, Hinada memulai rencananya."Apakah aku bisa meminta tolong kepada kalian berempat?" tanya Hinada."Memangnya kamu mau minta tolong apa?" tanya Hatsuki."Aku ingin merayakan Halloween disini, tapi kita kekurangan bahan..," jawab Hinada."Mengapa tidak pakai yang ada saja?" tanyaku penasaran."Bukankah kalian ingin membuat Da-kun senang? Kalau iya, berarti kalian akan setuju dengan ideku ini..," jawab Hinada sambil tersenyum."Kelihatannya dia ini jujur..," gumam kami berempat secara serentak."Mana daftar bahannya?" tanya Nozomi."Sebentar..," jawab Hinada.Hinada lalu ke kamarnya untuk mengambil daftar bahan yang perlu dibeli, namun yang kami tidak tahu adalah, bahan tersebut sudah pasti sulit didapatkan, apalagi apabila bahan tersebut
"Sekarang saatnya bicara, Akuma Milku..," ucapku.Nozomi masih mengunyah makanannya lalu menelannya."Kalau kamu mau berbicara denganku, tunggu aku selesai makan..," ucap Nozomi."Mengapa kita tidak berbicara sambil makan saja?" tanyaku sambil tersenyum."Apakah ibumu tidak pernah mengajarimu, kalau kamu berbicara sambil makan itu sungguh tidak sopan..," jawab Nozomi.Aku hanya diam saja mendengarnya. Aku duduk menunggunya hingga selesai makan. Setelah Nozomi selesai makan, maka obrolan kami pun dimulai."Ada perlu apa, Meigomi? tanya Nozomi."Apa kamu menyebarkan kabar hoax ke Danny-kun??" tanyaku."Apa maksudmu??" tanya Nozomi lagi.Aku berdiri lalu mendekati Nozomi sambil menatapnya dengan tajam."Kamu tidak usah berpura-pura ... aku ada buktinya..," ucapku."Apa buktinya..," ucap Nozomi membalas tatapanku.Aku pun memberitahunya apa yang aku tahu, lalu Nozomi pun keringat dingin. Lalu aku menarik kerah baju Nozomi."Ternyata kamu kurang ajar ya ... kamu memfitnahku sehingga membua
"Kita putus..," ucap Danny-kun.Aku bingung harus merespon apa yang baru saja dikatakan oleh Danny-kun. Danny-kun lalu meninggalkan ruang tamu. Aku hanya bisa terdiam karena tidak mengerti apa yang telah terjadi. Aku lalu mencubit pipiku untuk mengetahui apakah kejadian ini hanya mimpi atau tidak.Namun ternyata terasa sakit, hal ini menunjukkan bahwa aku masih sadar."Mungkin aku terlalu lelah, lebih baik aku beristirahat saja ... siapa tahu saja, esok Danny-kun mengatakan tadi hanya bercanda semata.," gumamku.Aku pun kembali ke kamarku dan tidur. Didalam mimpi, perkataan Danny-kun masih terasa sakit karena Danny-kun tidak mencintaiku lagi. Aku pun merasa gelisah karena perkataan Danny-kun tadi. Esok paginya, saat aku hendak sarapan, aku melihat Nozomi sedang ngobrol bersama Danny-kun. Aku pun duduk diantara Nozomi dan Danny-kun agar Danny-kun hanya melihatku saja."Selamat pagi, Danny-kun..," ucapku dengan tersenyum manis."Selamat pagi juga, Mei..," balas Danny-kun sambil tersenyu
Aku dan seorang wanita bernama Sekar sedang berada di tengah ring dengan saling berhadapan. Sebelum memulai pertarungan, kami memakai name tag yang dikalungkan di leher kami.Aku melihat name tag punya gadis itu.Nama : Sekar Maharani ZeskiUmur : 29 tahunTinggi : 172 cmBerat badan : 60 kgUkuran payudara : F cupWarna sarung tinju : merahDan dia pun juga melihat name tagkuNama : Kanaya MeissaUmur : 18 tahunTinggi : 158 cmBerat badan : 48 kgUkuran payudara : B cupWarna sarung tinju : biru"Ternyata kamu kecil dan kurus juga ya ... tinggi 158 cm dengan berat badan 48 kg..," ucap Sekar dengan nada mengejek."Disamping itu juga, ukuran payudaramu itu kecil ya ... mungkin lebih baik kamu minum susu dulu sana..," ucap Sekar sambil mengejekku lagi."Dan umurmu itu baru 18 tahun ... lebih baik, kamu pulang saja ... siapa tahu ibumu mencarimu..," ucap Sekar sambil mengejekku sekali lagi.Aku langsung tersenyum dengan kepala yang berkedut."Ternyata kamu tinggi dan gendut juga ya ...
Seperti di tahun-tahun sebelumnya, Hope Peak's Academy selalu mengadakan ujian untuk kenaikan kelas. Aku dan teman-teman sekelasku seperti biasa, merasa gugup ketika melakukan ujian tersebut."Aku gugup sekali..," ucap Mihoshi dengan gemetar."Tenang saja, ujiannya sama seperti tahun lalu kok..," ucap Canis untuk menenangkan Mihoshi."Kalau aku, aku sangat percaya diri..," ucapku sambil tersenyum."Kamu hebat sekali, Kanaya-san..," ucap Ramaru dengan kagum."Tapi tahun ini sepertinya suram sekali..," ucapku."Mengapa kamu berkata begitu, Kanaya-san?" tanya Mizuno."Karena aku tidak melihat Danny-kun lagi disini..," jawabku dengan bersedih hati."Danny senpai kan sudah lulus tahun lalu..," ucap Nala."Aku tahu ... hanya saja, sepi rasanya..," ucapku sambil menghela nafas.Aku melihat murid-murid lain, namun kali ini yang aku lihat adalah Nozomi dan Mimi. Aku langsung saja membuang muka ke arah lain dikarenakan aku tidak ingin melihat mereka. Setelah beberapa orang selesai melakukan uji
3 hari lagi, aku berulang tahun. Namun entah mengapa tahun ini adalah tahun terburuk untukku. Di kamarku, aku menulis apa saja yang ingin aku lakukan di tahun ini pada secarik kertas. Aku menulis :1. Aku harus membuat dadaku lebih besar dari para gadis hama itu;2. Aku harus lebih imut dari para gadis hama itu;3. Aku harus membuat Danny-kun tersenyum kepadaku setiap hari;4. Aku harus membuat tubuhku lebih seksi dari para gadis hama itu;5. Aku harus melayani calon suamiku setiap hari;6. Aku harus menghajar para gadis hama;7. Aku harus mencium Danny-kun didepan para gadis hama itu.Itulah daftar yang aku inginkan untuk tahun ini. Lalu setelah aku selesai menulisnya, aku keluar dari kamarku untuk belanja makan malam. Namun ada sesosok gadis misterius memasuki kamarku yang tidak aku kunci, karena aku hanya pergi sebentar saja. Dia melihat daftar yang aku inginkan, lalu ia memotretnya dengan smartphone miliknya. Lalu ia pun keluar dari kamarku dan menemui ketiga sosok gadis yang lain
"Sebentar lagi perayaan Halloween akan tiba, namun bagaimana caranya aku bisa merayakan Halloween berdua saja dengan Danny-kun?" gumamku."Kalau begitu, aku harus membuat mereka berempat menjauh terlebih dahulu..," gumamku lagi."Mengapa kamu bergumam sendiri, kucing bau?" tanya Hinada."Bukan urusanmu, rubah betina..," jawabku."Haaaaa..," ucap Hinada dengan nada kesal."Apa...," ucapku dengan nada menantang.Aku dan Hinada saling bertatapan dengan wajah kesal sehingga menimbulkan aliran listrik."Bukankah sebentar lagi itu ada perayaan Halloween?" tanya Mimi."Memangnya ada apa dengan perayaan Halloween?" tanya Hatsuki."Kebetulan sekali, aku ingin merayakan Halloween dirumahku..," ucap Hinada."Aku tidak ikut..," ucapku datar."Tidak ada yang mengajakmu kok..," ucap Hinada dengan ketus."Aku hanya mengajak, Hatsuki-san, Nozomi-san, Mimi-chan, dan Da-kun..," lanjutnya."Kalau begitu, aku ikut..," ucapku sambil tersenyum."Karena kalau Danny-kun ikut, berarti aku sebagai tunangannya