"Ayah!"Saat Alvan bersiap untuk bersenang-senang, pintu tiba-tiba dibuka. Kemudian, seorang wanita muda berlari masuk.Wanita itu berusia sekitar tujuh belas hingga delapan belas tahun. Wajahnya terlihat agak kekanak-kanakan, tetapi penampilannya terlihat cantik dan anggun.Apalagi pinggangnya yang kecil dan seksi itu.Alvan bersiap untuk bersenang-senang, tetapi kesenangannya malah diganggu oleh seseorang. Alvan sangat marah. Namun, ketika dia melihat orang yang datang, dia menahan amarahnya. Orang yang datang adalah putrinya."Melati, kamu sudah dewasa. Tapi, kenapa kamu begitu ceroboh? Kamu masuk tanpa mengetuk pintu."Saat Melati Hernandes melihat Febi terbaring di tempat tidur, dia langsung mengerti apa yang sedang terjadi."Ayah, anggota Keluarga Sagara sudah datang," kata Melati."Keluarga Sagara yang mana? Apa itu keluarga dari Kota Bhanu?" tebak Alvan."Ya. Orang yang datang adalah putri sulung Keluarga Sagara, Nita," kata Melati."Ayo, ikut aku turun untuk menyambutnya!"Alv
"Sayangnya, aku nggak bisa membunuhmu dengan tanganku sendiri." Nita merasa sedikit menyesal.Kemudian, Nita memandang Febi. Matanya menunjukkan ekspresi cemburu.Dalam hal kecantikan, Nita tidak pernah terkesan oleh siapa pun. Namun, setelah bertemu dengan Febi, Nita harus mengakui bahwa dia memang sedikit kalah dari Febi."Pak Alvan menikahi istri secantik ini, bahkan aku yang sebagai wanita pun merasa cemburu," puji Nita."Nona Nita bercanda. Kecantikanmu nggak kalah darinya. Terlebih lagi, kamu adalah putri sulung Keluarga Sagara. Kamu memiliki kedudukan tinggi. Dia sama sekali nggak bisa dibandingkan denganmu."Alvan memuji dari lubuk hatinya.Meskipun Febi lebih cantik dari Nita, identitas Febi berbeda jauh darinya.Jika memungkinkan, Alvan lebih memilih untuk menikahi Nita. Jika Keluarga Sagara dapat menudukungnya, bahkan Sekte Bintang dan Asosiasi Naga Hitam pun tidak dapat menindas Alvan lagi.Namun, Alvan hanya bisa berangan-angan. Para wanita dari keluarga tersembunyi itu be
Sebuah peti mati tiba-tiba terbang dan mendarat di aula. Warna peti itu gelap seperti tinta dan memancarkan udara dingin, hingga membuat semua orang ketakutan."Lancang sekali! Siapa yang berani berbuat ulah di acara pernikahanku. Keluar sekarang!"Alvan berteriak dengan suara seperti guntur. Kemudian, dia memecahkan gelas anggur dengan tangannya dengan niat membunuh yang membubung ke langit.Di hari pernikahannya, seseorang bahkan berani membawa peti mati. Orang itu benar-benar ingin memprovokasinya. Alvan tidak bisa memaafkan orang itu sama sekali.Semua orang melihat ke arah pintu. Mereka ingin melihat siapa yang memiliki nyali untuk menantang Alvan.Di bawah tatapan semua orang, Levia, Phoenix, Lucas dan Tiara berjalan masuk bersama.Di belakang mereka, ada sekelompok pengawal yang mengenakan baju zirah berbagai warna. Semua pengawal itu menunjukkan ekspresi membunuh."Levia, Phoenix!"Saat melihat mereka, Alvan tertawa. Awalnya, Alvan merasa sedikit khawatir. Dia khawatir orang it
Anna yang selalu suka menyanjung pun ikut di antara kerumunan. Namun, kali ini dia tidak berbicara.Karena Anna tidak setuju dengan pernikahan antara Febi dan Alvan. Dia berharap seseorang datang untuk membuat onar."Cuih!"Phoenix berkata dengan marah, "Vani, sebelumnya kamu adalah pacarnya Ketua. Kamu juga merupakan bawahannya Ketua. Kamu mengkhianati Ketua secara terang-terangan. Kamu benar-benar nggak tahu malu!"Tiara berkata, "Benar kata Phoenix. Kamu benar-benar nggak tahu malu. Tindakanmu ini sangat memalukan.""Kalian cari mati!"Seketika, Vani marah. Dia berkata sambil menatap Alvan," Pak Alvan, orang-orang ini nggak bisa diajak kompromi dan keras kepala. Pak Alvan, tolong berikan perintah untuk membunuh mereka!"Alvan berkata dengan nada dingin, "Hari ini adalah hari bahagiaku. Aku nggak ingin melakukan pembunuhan besar-besaran. Sekarang, aku bertanya padamu untuk terakhir kalinya. Kamu mau tunduk padaku atau mati?""Dasar pengkhianat, kamu pantas dihukum. Kamu masih ingin k
Kemunculan Leo bukan hanya membuat Alvan terkejut, dia juga membuat orang-orang terkejut.Sebelumnya, Alvan telah mengumumkan dengan yakin bahwa Leo telah mati.Namun, sekarang Leo berdiri di depan mereka hidup-hidup. Dia bahkan hanya mengeluarkan asap untuk membunuh seseorang. Tindakan Leo benar-benar mengejutkan seluruh penonton.Beberapa orang marah, ketakutan hingga bahkan ada yang senang. Awalnya, para tetua Sekte Aksara, serta para dewa perang tampak ketakutan. Beberapa orang juga merasa sangat menyesal.Banyak dari mereka yang mengikuti Alvan karena mereka percaya bahwa Leo telah mati.Namun, sekarang Leo masih hidup. Bagaimana pengkhianat seperti mereka berhadapan dengan Leo?Orang yang paling marah adalah Nita. Dia mengira Leo sudah mati. Namun, akhirnya dia menyadari bahwa kebahagiaannya itu sia-sia.Orang yang bahagia adalah Febi. Saat ini, dia menangis kegirangan.Dia telah lama jatuh cinta pada Leo. Sebelumnya, dia tidak punya pilihan selain menceraikan Leo.Febi merasa sa
Vani berkata sambil tersenyum sinis, "Leo, jangan sia-siakan usahamu. Kamu berada pada posisi yang sangat dirugikan sekarang. Kamu berkata seperti itu hanya untuk mencoba memenangkan hatiku. Tapi, aku nggak akan tertipu.""Siang dan malam telah berganti, masa kejayaanmu sebagai Ketua telah berlalu. Sekarang, Alvan telah naik takhta. Kamu sudah sepantasnya untuk tunduk kepada Alvan. Kalau aku jadi kamu, aku akan segera berlutut di hadapan Alvan dan menundukkan kepalaku. Mungkin Alvan bisa membiarkanmu tetap hidup!""Benar. Berlututlah dan tunduk pada Alvan!" teriak Dewa Perang Zeva dengan tegas.Leo menunjukkan senyuman getir. "Aku menyelamatkan hidupmu saat itu dan membantumu menjadi dewa perang. Apa kamu akan membalas air susu dengan air tuba? Di mana hati nuranimu?"Dewa Perang Zeva menunjukkan ekspresi malu. Namun, itu hanya sesaat."Justru karena kamu menyelamatkan hidupku, jadi aku menyarankanmu untuk menyerah. Aku ingin menyelamatkanmu!" bantah Dewa Perang Zeva.Leo menggelen
Febi tampak sangat khawatir. Meskipun dia tidak mengerti apa itu master yang hampir mencapai Alam Bawaan, tidak sulit untuk membayangkan dari kata-kata orang lain bahwa Alvan pasti sangat kuat."Leo, cepat pergi. Hari ini adalah hari bahagia untuk Alvan dan aku. Jangan datang membuat masalah. Anggap saja aku sedang memohon padamu, oke?"Alvan langsung marah. "Febi, pahami identitasmu. Kamu adalah istriku. Jangan memikirkan pria lain. Hari ini, dia nggak akan bisa pergi hidup-hidup."Febi berkata dengan tergesa-gesa, "Alvan, hari ini adalah hari bahagia kita. Kalau ada yang terluka, kita akan bernasib sial. Suruh mereka pergi saja."Alvan berkata sambil tersenyum sinis, "Aku adalah Alvan. Sial apaan? Darah malah akan menambah semangat dan kebahagiaan kita."Febi tahu dia tidak bisa menghentikan Alvan, jadi dia berteriak pada Leo, "Kenapa kamu masih berdiri di sana? Cepat pergi!""Ketua, kita pergi saja, ya?" bujuk Levia.Lucas juga buru-buru berkata, "Levia benar. Jumlah kita lebih sed
Dia menyerang dengan kejam tanpa berbelas kasih sama sekali.Levia, Phoenix dan yang lainnya sangat ketakutan hingga mereka berkeringat dingin. Namun, Leo malah tampak tenang. Dia mengisap rokok terakhir dengan tenang, lalu menjentikkan jarinya. Seketika, puntung rokok langsung terbang keluar.Dalam sekejap, puntung rokok itu terbang ke mulut Dewa Perang Zeva."Ah ...."Dewa Perang Zeva langsung menjerit kesakitan. Meskipun dia adalah seorang master Alam Guru Besar dan memiliki pertahanan yang kuat, pertahanan di mulutnya tidak berbeda dengan orang biasa. Dia kesakitan hingga air matanya hampir mengalir keluar.Kemudian, seorang tetua bergegas ke arah Leo. Dia mengangkat pedangnya dan hendak memenggal kepala Leo.Leo masih tidak berniat untuk bangun. Dia menunjuk ke arah tetua itu, lalu cahaya putih yang menyilaukan muncul dari ujung jarinya. Terdengar suara "pop", suara itu langsung menembus dahi tetua hingga darah menyembur keluar.Pedang di tangan tetua itu terjatuh ke tanah hingga