Dani berjalan berkeliling dengan cemas. Anggota keluarga yang lainnya juga gelisah. Ekspresi mereka tampak gelisah."Kenapa nggak ada pergerakan di atas? Mungkinkah terjadi sesuatu pada Pak Bonar?"Saat gerakan di atas berhenti, Dani menjadi sangat khawatir.Jika sesuatu terjadi pada Bonar di kediaman mereka, Keluarga Wandyasti pasti tidak akan memaafkan mereka. Tiba saat itu, mereka semua akan tamat."Nggak akan, Pak Bonar sangat kuat, dia pasti akan baik-baik saja." Meskipun Anna berkata seperti ini, dia masih sedikit khawatir. Bagaimanapun, dia telah melihat kekuatan Phoenix dengan matanya sendiri. Bonar mungkin akan celaka."Anna, kenapa kamu nggak naik dan memeriksanya?" tanya Dani."Kakek, ini nggak baik. Perutku sedikit sakit. Sebaiknya kamu meminta orang lain." Anna buru-buru menolak. Dia tidak mau mengambil risiko.Dani melihat ke arah lain. Orang lain juga mundur. Bagaimanapun, gerakan barusan terlalu keras sehingga mereka semua ketakutan."Kalau begitu, mari kita lihat bersa
Bonar khawatir dia akan ditemukan oleh Ketua, jadi dia membawa Phoenix dan Febi ke dalam mobil, lalu melaju ke pinggiran kota.Pada saat bersamaan, Bonar menelepon ayahnya dan memberitahunya bahwa dia mungkin tidak sengaja menyinggung Ketua. Bonar meminta ayahnya untuk mengambil tindakan pencegahan.Setelah menerima kabar dari Bonar, Kepala Keluarga Wandyasti, Nico Wandyasti, menjadi gelisah.Meskipun Keluarga Wandyasti adalah keluarga pertama di Negara Cemara, mereka masih jauh di belakang Sekte Aksara.Jika Sekte Aksara ingin menghancurkan Keluarga Wandyasti, Keluarga Wandyasti pasti tidak akan bisa lepas dari bahaya kehancuran.Semakin Nico memikirkannya, dia menjadi semakin khawatir. Jadi, dia memanggil putrinya, Dinda Wandyasti.Dinda sangat cerdas. Begitu dia menghadapi masalah yang sulit, Nico akan meminta pendapatnya. Dinda tidak pernah mengecewakannya. Dia telah membantunya memecahkan banyak masalah."Ayah, ada masalah apa Ayah datang mencariku selarut ini?" tanya Dinda dengan
Dinda mengangguk, lalu keluar untuk menelepon Alvan.Beberapa hari yang lalu, Alvan telah menghubunginya. Dia ingin bekerja sama dengan Keluarga Wandyasti untuk megalahkan Ketua bersama-sama.Pada saat itu, Dinda menolak tanpa ragu-ragu, karena berita pengkhianatan Alvan terhadap Ketua telah menyebar. Alvan jelas bukan tandingannya Ketua. Alvan ingin menyeret Keluarga Wandyasti ke dalam masalah, Dinda tidak akan tertipu.Namun, sekarang itu menjadi satu-satunya pilihan. Semua ini berkat kakaknya, Bonar.Namun, saat ini, Bonar tidak merasa khawatir sama sekali. Lebih tepatnya dia tidak memikirkannya sama sekali.Dengan cepat, Bonar berkendara keluar kota. Akhirnya, dia memarkir mobilnya di jalan pedesaan.Kemudian, Bonar tidak sabar untuk membuka pintu belakang. Sebelumnya, Phoenix pingsan. Saat ini, dia masih tidak sadarkan diri.Meskipun Febi sadar, tangan dan kakinya diikat. Febi tidak bisa berbuat apa-apa.Bonar memandangi dua wanita cantik itu, napasnya tiba-tiba menjadi terengah-e
Awalnya, Bonar ingin menelanjangi Febi sedikit demi sedikit. Namun, dia tidak bisa menahannya lagi. Jadi, Bonar melepas bajunya dengan cepat, lalu mengulurkan tangan dan meraih atasan Febi.Bonar akan melepaskan pakaian dengan cara yang paling liar.Pada saat ini, dia tiba-tiba merasakan aura pembunuh yang menakjubkan. Bonar buru-buru berdiri dan melihat ke arah aura pembunuh itu datang. Bonar melihat bayangan hitam berlari ke arah ini dengan secepat kilat.Sosok itu secepat hantu. Saat pertama kali Bonar menyadarinya, sosok itu masih berjarak puluhan meter."Berhenti!"Bonar berkeringat dingin. Kemudian, dia meraih bahu Febi dan menariknya keluar."Lepaskan dia!"Sosok itu berteriak dengan kasar. Sosok itu memancarkan niat membunuh yang kuat.Saat ini, Bonar melihat orang yang datang. Dia langsung terkejut. "Kamu?"Bonar sangat terkejut. Dia mengira Ketua datang mencarinya. Namun, dia tidak menyangka orang yang datang adalah Leo.Sampai saat ini, Bonar tidak menyadari Leo adalah Ketua
Menghadapi serangan Leo, Bonar tidak panik sama sekali. Dia mengulurkan tangan dengan perlahan dan meraih pergelangan tangan Leo.Namun, pada saat ini kecepatan Leo tiba-tiba meningkat pesat. Dia langsung mencengkeram leher Bonar.Mata Bonar tiba-tiba membelalak. Ekspresinya tampak kaget dan tidak percaya.Bonar diam-diam menyalahkan dirinya sendiri karena terlalu ceroboh."Aku benar-benar meremehkanmu, tapi jangan berpikir kamu kuat. Aku hanya ceroboh. Lepaskan aku. Kita bertarung secara terbuka," kata Bonar dengan bangga.Leo melepaskan cengkeraman di leher Bonar. Saat Bonar hendak bernapas lega, Leo tiba-tiba menyerang lagi. Dia meninju bahu Bonar dengan keras.Terdengar suara krek. Seketika, tulang belikat Bonar hancur."Ah ...."Bonar segera menjerit dengan keras. Dia merasa kesakitan hingga hampir menitikkan air matanya."Leo, sialan. Beraninya kamu memukulku. Aku bunuh kamu!"Bonar sangat marah. Dia mengangkat tangan kanannya, mengepalkannya dan meninju Leo.Bonar adalah master
Saat ini, dia bahkan menjadi mandul. Dia tidak bisa merasakan kenikmatan di dunia lagi. Dia hanya akan menderita."Aku nggak akan membunuhmu, aku akan membuatmu menderita seumur hidupmu." Kata-kata Leo terdengar penuh dengan kebencian.Pegasus mengikuti Leo berperang. Dia berhasil memenangkan perang yang tak terhitung jumlahnya. Akan tetapi, dia mati dengan sangat menyedihkan. Hal ini membuat Leo marah. Selain itu, Bonar bahkan ingin menindas Febi dan Phoenix. Hal ini secara serius telah menyentuh batasannya. Jika Leo membunuh Bonar, itu akan menguntungkan baginya.Leo tidak akan merasa kasihan sedikit pun pada orang yang lebih buruk dari binatang ini."Leo, cepat kabur. Keluarga Wandyasti pasti nggak akan melepaskanmu," bujuk Febi."Kalau aku bilang aku sama sekali nggak menganggap serius Keluarga Wandyasti, apa kamu percaya?" tanya Leo.Febi tidak menjawab. Dia jelas tidak memercayainya.Bagaimanapun, Keluarga Wandyasti adalah keluarga pertama di Negara Cemara. Mereka sangat kuat
Di dalam ruangan, Leo menatap Buku Surgawi dengan bingung.Jika dilihat, buku itu seperti sepotong logam biasa.Hal istimewanya adalah berat. Kekuatan Leo bahkan sulit untuk membengkokkan selembar kertas tipis itu.Keistimewaan lainnya adalah buku itu sangat padat. Buku itu tidak lebih besar dari telapak tangan, tetapi berbobot dua hingga tiga kilogram.Namun, hanya ada satu nama di atasnya. Buku itu tidak terlihat istimewa.Leo mencoba berbagai cara. Dia merendamnya dalam air, membakarnya dengan api dan melihat dengan kaca pembesar. Namun, dia tidak menemukan keanehan apa pun."Apakah perlu menggunakan darah?"Ide ini tiba-tiba muncul di benak Leo. Namun, menebak tidak ada gunanya. Leo harus mencobanya.Leo segera menyayat jarinya dengan belati dan menjatuhkan setetes darah ke atasnya.Namun, tidak ada keajaiban yang terjadi.Tepat ketika Leo hendak menyerah, dia tiba-tiba menemukan bahwa darah yang menetes di atasnya perlahan menghilang.Penemuan ini membuat Leo sangat bersemangat. N
Keterampilan yang dicatat di atas memang merupakan harta yang tak ternilai harganya. Namun, sayangnya Leo tidak dapat menggunakannya.Meskipun Leo sedikit kecewa, dia dengan cepat menenangkan emosinya. Leo membuka pintu dan berjalan keluar."Ketua, akhirnya kamu keluar."Lucas berada tepat di luar ruangan tempat Leo berlatih. Saat dia melihat Leo keluar, dia buru-buru melangkah maju dan berlutut di tanah."Ada apa?" tanya Leo dengan tergesa-gesa setelah melihat ekspresi cemas Lucas."Ketua, Heru baru saja menelepon. Dewa Perang Phoenix diculik," kata Lucas."Apa!"Leo terkejut. "Siapa yang melakukannya?""Orang itu bilang dia adalah Alvan," jawab Lucas.Alvan adalah panggilan yang diberikan oleh dirinya sendiri. Hanya segelintir orang yang mengetahuinya."Cari mati!"Leo sangat marah. Seketika, aura pembunuh yang menakjubkan muncul dari tubuhnya.Leo bergegas kembali ke Perusahaan Aksara. Dia mencari Heru untuk menanyakan situasi spesifiknya.Ternyata satu jam yang lalu, Phoenix menemu