Di bawah sinar matahari, gelombang di permukaan laut tampak bercahaya, seperti kelap-kelip mutiara yang tak terhitung jumlahnya.Leo berdiri di geladak menghadap angin. Sebuah titik hitam kecil muncul di pandangannya. Saat kapal terus bergerak maju, titik hitam kecil itu secara bertahap menjadi lebih besar.Levia yang mengenakan baju zirah, menunjuk ke titik hitam kecil di depan sambil berkata, "Ketua, di depan adalah Pulau Fasya."Leo mengangguk. Saat kapal masih berada sekitar sepuluh mil laut dari Pulau Fasya, Leo menghentikan kapalnya."Ketua, ini terlalu jauh dari pulau. Aku sudah menyiapkan perahu kecil. Mari kita tunggu sampai setelah gelap, lalu naik perahu kecil dan pergi ke sana dalam diam," saran Levia."Targetnya terlalu kelihatan kalau kita naik perahu ke sana, lalu akan mudah ditemukan oleh orang-orang di pulau itu. Kita berenang saja," kata Leo."Ah?"Levia terkejut. "Ketua, jaraknya sangat jauh. Selain itu, ada angin dan ombak. Nggak peduli seberapa tenang airnya, kita
"Bagus sekali!"Alvan mengangguk setuju, lalu dia memandang seorang lelaki tua di sebelahnya dan berkata, "Tetua Agung, untuk berjaga-jaga, mohon bersiaplah. Kalau dia nggak terbunuh, kamu akan memimpin seseorang menyerangnya. Nggak peduli apa pun yang terjadi, kamu harus membunuhnya."Tetua Agung itu menjawab sambil mengangguk, "Dia pasti akan mati hari ini, tapi jangan lupa apa yang kamu janjikan padaku.""Jangan khawatir, Tetua Agung. Aku telah mengirim orang untuk menangkap wanita itu. Selama kamu membunuh Leo dengan cara apa pun, Air Mata Malaikat akan menjadi milikmu. Untuk wanita itu, dia sangat cantik. Kalau Tetua Agung menyukainya, dia akan menjadi milikmu," janji Alvan."Aku nggak mau wanita itu. Aku hanya ingin Air Mata Malaikat." Setelah Tetua Agung berkata, dia memimpin sekelompok pria berbaju hitam untuk menyergap.Sebuah cibiran muncul di bibir Alvan. Kemudian, dia berkata di dalam hati, "Dasar tua bangka, kamu masih ingin merebut harta karun itu dariku. Kamu benar-benar
Leo seperti seekor citah yang kuat. Dalam sekejap, dia telah berlari sejauh seratus meter.Setelah Leo sampai di bawah bangunan kecil bergaya asing itu, dia mendorong pintu dengan ragu-ragu. Pintunya tidak terkunci. Begitu Leo mendorongnya, pintu itu langsung terbuka.Leo tidak berpikir panjang. Kemudian, dia berjalan masuk.Perabotan di dalamnya sangat sederhana. Setelah masuk, Leo langsung melihat ruang tamu.Hanya ada satu ruangan di lantai satu, yaitu ruang penyimpanan.Saat Leo menaiki tangga, tiba-tiba dia merasakan firasat buruk di dalam hatinya.Detik berikutnya, terdengar suara ledakan yang keras. Kemudian, energi mengerikan keluar dari bawah tangga.Energi itu begitu menakutkan sehingga bangunan kecil bergaya asing itu runtuh dalam sekejap. Bangunan itu berubah menjadi tumpukan reruntuhan dengan debu beterbangan di langit.Tetua Agung memimpin sekelompok orang keluar dari gedung yang tidak jauh dari sana. Saat mereka menyaksikan bangunan kecil bergaya asing berubah menjadi tu
Leo menunjukkan ekspresi kecewa. "Siapa Pak Kamal?""Kamal, tuan muda kedua dari Keluarga Kusnadi. Dia adalah sepupumu," jawab Tetua Agung.Mata Leo berkilat dengan cahaya dingin. Ada banyak hal yang mencurigakan tentang kematian orang tuanya. Mungkin itu kesalahan Keluarga Kusnadi. Sekarang, mereka ingin menyakitinya. Keluarga itu tidak bisa dimaafkan."Satu pertanyaan terakhir. Kenapa kamu mengkhianatiku?"Leo benar-benar tidak dapat memahaminya. Dia menciptakan Sekte Aksara dan merekrut banyak master. Tetua Agung adalah salah satunya bawahannya.Awalnya, Tetua Agung hanyalah seorang master Alam Guru Besar. Setelah bergabung dengan Sekte Aksara dan dibimbing oleh Leo, kekuatan Tetua Agung telah meningkat pesat. Dia juga direkomendasikan menjadi Tetua Agung. Statusnya itu setara dengan wakil kepala sekte. Bisa dikatakan status dari Tetua Agung sangatlah tinggi.Leo benar-benar tidak bisa memikirkan alasan Tetua Agung mengkhianatinya."Karena kamu sangat ingin tahu, aku akan memberitah
Alvan adalah orang yang sangat berhati-hati. Dia bersembunyi di kegelapan untuk mengamati dan memastikan bahwa Leo benar-benar terluka. Kemudian, dia tiba-tiba mengambil tindakan.Saat Tetua Agung melihat Alvan mengambil tindakan, Tetua Agung juga sangat bersemangat.Awalnya, Tetua Agung sedikit khawatir dia tidak akan bisa mengalahkan Leo. Namun, sekarang Alvan telah mengambil tindakan. Dia sangat yakin mereka akan menang.Dalam sekejap, pedang itu hendak mengenai Leo.Pada saat ini, Leo tiba-tiba mengeluarkan dengan energi yang kuat. Dia menampar dada Tetua Agung. Tetua Agung langsung muntah darah dan terbang mundur, ekspresi tampak sangat ketakutan.Segera setelah itu, Leo dengan cepat berbalik, menangkap pisau besar itu dan menendang perut Alvan.Begitu terdengar suara hantaman, Alvan langsung muntah darah. Dia meringkuk dan terbang mundur dengan ekspresi terkejut dan tidak percaya.Bang!Bang!Tetua Agung dan Alvan jatuh ke tanah dengan keras satu demi satu. Tubuh mereka membuat l
"Istrimu cantik sekali, seperti peri yang turun dari langit."Leo menenangkan dirinya dengan cepat. "Apakah menurutmu aku akan tertipu? Aku mengatur agar Phoenix melindunginya secara diam-diam. Bahkan kalau kamu mengutus seseorang ke sana, apa yang bisa kamu lakukan?""Aku tahu kamu nggak percaya, lihat saja ini." Alvan mengeluarkan ponselnya dari sakunya, lalu memutar video.Dalam video tersebut, dua wanita diikat di sebuah pilar. Satunya adalah Febi dan yang lainnya adalah Phoenix. Mereka dikelilingi oleh sekelompok pria bertopeng berpakaian hitam."Cepat lepaskan mereka!"Leo sangat marah. Dia tidak menyangka Alvan begitu hebat. Orang-orang yang dia utus benar-benar menangkap Phoenix.Harus diketahui Phoenix sangat kuat. Di Sekte Aksara, selain Leo dan Tetua Agung, hanya Alvan yang memiliki kekuatan seperti itu.Orang di depannya itu adalah Alvan.Tentu saja, dia sendiri yang memberinya nama Alvan.ALvan berkata sambil tersenyum sinis, "Mereka adalah jimatku. Aku bisa melepaskannya.
Di sebuah gudang terbengkalai di pinggiran Kota Kumara, Febi dan Phoenix diikat ke kursi. Mulut mereka ditutup dengan selotip dan mata mereka ditutup.Belasan pria bertopeng hitam menatap mereka berdua dengan saksama. Tatapan mereka sangat bergairah dan jakun mereka terus bergerak."Kedua gadis ini cantik sekali. Kulit mereka putih dan lembut. Kulit mereka pasti enak dielus.""Sosoknya juga sangat luar biasa. Lihat kaki mereka yang panjang ini. Lurus, berisi, halus dan lembut. Pasti asyik sekali dipegang.""Bos, wanita cantik seperti ini sangat langka. Sekarang, kesempatan ada di depanmu. Bagaimana kalau kita bersenang-senang?" kata seseorang."Yah. Bos, biarkan kita bersenang-senang. Wanita cantik seperti ini mungkin hanya akan dimiliki satu kali seumur hidup. Kalau kamu melewatkan kesempatan ini, kamu nggak akan memiliki kesempatan lain. Jangan lewatkan kesempatan ini," kata orang lain.Orang-orang lainnya juga menyetujuinya. Tatapan mereka tampak bergairah, seperti serigala lapar me
Lokasi itu tiba-tiba menjadi sangat sunyi. Semua orang hanya bisa mendengar napas berat satu sama lain. Mata mereka dipenuhi ketakutan yang tak terbatas. Mereka merasa seperti ada binatang tak dikenal di depannya, seolah-olah binatang itu akan menelan mereka di detik berikutnya.Sesosok tiba-tiba muncul di pintu gudang. Orang-orang berbaju hitam di dalam terkejut, hingga jantung mereka berdebar kencang.Tiba-tiba, muncul seorang pria jangkung dengan wajah tegas dan mata yang serius, seperti dua pedang tajam. Tatapannya itu seakan mampu menembus pikiran orang dan merebut hati mereka.Saat rombongan pria berbaju hitam melihat wajah laki-laki itu, pupil mereka tiba-tiba menyusut. Mereka ketakutan hingga kaki mereka mulai gemetar tanpa sadar.Pemimpin pria berbaju hitam juga gemetar ketakutan. Namun, dia tampak sedikit tenang. Dia buru-buru menempelkan belati di leher Febi. "Jangan mendekat. Kalau kamu berani mengambil langkah maju lagi, aku akan bunuh dia!"Orang lain juga buru-buru menar