"Gila, gila. Bocah ini benar-benar gila. Dia berani duduk di kursi Dewa Perang Zeva. Ini adalah kejahatan besar. Bahkan Nona Rosa pun nggak bisa menyelamatkannya.""Karena nggak menghormati Dewa Perang Zeva, kamu akan dihukum mati. Jangankan Nona Rosa, bahkan Raja Surga pun nggak akan bisa menyelamatkanmu."Febi berkata dengan cemas dan marah, "Leo, bisakah kamu berhenti membuat onar? Cepat turun."Leo berdiri, lalu dia berjalan menuju penonton.Raka mengira dia takut, kemudian dia berkata sambil tersenyum sinis, "Nak, kamu baru saja duduk di atas. Semua orang yang hadir sudah melihatnya. Bahkan kalau kamu turun sekarang, itu sudah terlambat.""Tapi, aku bisa memberimu kesempatan. Selama kamu berlutut dan memohon padaku sekarang, aku akan memohon pada ayah angkatku untuk mengampunimu nanti."Raka menunjukkan ekspresi main-main. Bahkan jika Leo berlutut untuk memohon padanya, Raka tidak akan memohon kepada Leo. Raka hanya ingin mempermainkannya."Leo, pria sejati harus bisa mengenda
Penampilannya tampak sangat agung dan serius.Dia berjalan masuk dengan langkah mantap. Auranya tampak luar biasa.Penampilan Alvin sangat mengintimidasi bagaikan pedang yang terhunus.Di belakang Alvin, ada dua orang yang mengenakan baju zirah perak. Mereka adalah dua dari empat penjaga.Di belakang mereka ada beberapa jenderal tingkat menengah, termasuk Abdi.Barisan terakhir, ada Pengawal Zeva yang berbaris dengan rapi.Dewa Perang Zeva, Alvin melihat sekilas Leo duduk di kursi dewa perang. Dia terkejut, kemudian, dia buru-buru mempercepat langkahnya."Hormat pada Dewa Perang Zeva!"Semua orang berkata dengan serempak. Tatapan mereka tampak sangat antusias.Meskipun mereka adalah orang penting di Provinsi Zeva, mereka masih berbeda jauh dari Dewa Perang Zeva.Saat Alvin tiba di depan panggung, dia hendak berlutut dan memberi hormat. Leo menggerakkan bibirnya. Leo menggunakan metode transmisi suara untuk memberi tahu Alvin untuk tidak mengungkapkan identitasnya terlebih dahulu.Alvin
"Dewa Perang Zeva, tolong ampuni dia. Dia nggak bermaksud nggak menghormatimu." Febi terus memohon belas kasihan.Sebelum Alvin membuka suara, Raka berkata terlebih dahulu, "Febi, lihatlah situasinya. Jangan lupa identitasmu sekarang. Kamu adalah tunanganku. Bagaimana kamu bisa memohon untuk pria lain?""Selain itu, Leo si pecundang ini bahkan berani duduk di kursi ayah angkatku. Sekarang, ayah angkatku sudah datang, tapi masih duduk di sana dengan santai. Dia nggak menghargai ayah angkatku sama sekali. Sekalipun aku membunuhnya sepuluh kali, itu nggak akan berlebihan.""Kursi ini nggak tertulis nama. Kenapa aku nggak boleh duduk?" kata Leo sambil tersenyum.Tepat ketika Raka hendak memarahi, Alvin tiba-tiba berteriak, "Diam!""Apa kamu mendengarnya? Ayah angkatku menyuruhmu diam!" kata Raka sambil tersenyum sinis."Aku ingin kamu diam!" teriak Alvin keras sambil menampar Raka lagi.Tamparan ini bahkan lebih kuat hingga membuat Raka sedikit linglung.Alvin sangat marah. Awalnya, di
Sebelum pergi, Abdi menatap Leo dengan tajam. Selain itu, dia masih menggerakkan bibirnya beberapa kali.Leo memahami gerakan bibirnya. Barusan, Abdi berkata, "Aku akan datang untuk menghajarmu nanti."Tentu saja, Leo tidak akan memedulikan Abdi. Leo melihat orang-orang yang berlutut di lantai dan berkata, "Bukankah kalian semua sangat hebat sebelumnya? Kenapa kalian semua berlutut di depanku sekarang?""Kita berlutut pada Dewa Perang Zeva. Siapa kamu!" teriak Raka dengan suara lantang."Benar, pecundang ini terlalu sombong. Dia pasti membuat Dewa Perang Zeva marah, jadi kita dihukum.""Yah, kalau kamu berani membuat Dewa Perang Zeva marah, itu adalah pelanggaran berat! Dewa Perang Zeva nggak akan pernah melepaskanmu. Kamu pasti akan mati."Semua orang berteriak dengan marah. Mata mereka tampak dipenuhi dengan amarah.Leo berkata sambil tersenyum sinis, "Orang bodoh seperti kalian belum memahami situasinya sampai sekarang. Apa kalian nggak lihat? Setelah Dewa Perang Zeva menemuiku, dia
"Leo, dasar bajingan. Aku bunuh kamu!"Raka berteriak dengan marah. Dia telah menahan amarahnya. Namun, sekarang Leo memeluk wanita kesayangannya dan memprovokasi dia. Seketika, amarah Raka langsung tersulut.Setelah meraung, Raka berdiri. Sekretarisnya Raka buru-buru menghentikannya. "Pak Raka, tenanglah. Apakah kamu ingin melanggar perintah Dewa Perang Zeva?"Kata Dewa Perang Zeva seperti seember air dingin yang dituangkan ke kepalanya. Dalam sekejap, semua amarahnya langsung menghilang.Raka tidak seberani Leo. Tidak ada perbedaan antara tidak mematuhi perintah Dewa Perang Zeva dengan menantang maut."Leo, tunggulah. Saat hari gelap, aku akan mengulitimu, meremukkan tulangmu dan menyebarkan abumu. Kalau nggak, aku nggak akan bisa menghilangkan kebencian di hatiku."Raka mengucapkan kata-kata ini dengan tegas.Dani juga sangat marah. "Febi, cepat turun. Kamu duduk di pelukan seorang pria di depan umum, apa kamu nggak tahu malu?"Febi tanpa sadar ingin berdiri, tetapi Leo memelukn
"Omong kosong apa kamu? Kami berlutut untuk Dewa Perang Zeva, kamu pikir kamu siapa!" kata Marvin dengan marah.Raka menatap Leo dengan serius sambil berkata dengan gigi terkatup, "Aku terlalu malas untuk berbicara denganmu sekarang. Saat hari sudah gelap, aku jamin kamu akan mati dengan tragis."Setelah kenyang, Leo berdiri dan meregangkan tubuhnya.Kemudian, Leo mendatangi Raka, Marvin dan yang lainnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponselnya untuk merekam."Minggir!"Mereka tampak sangat marah.Leo berkata sambil tersenyum cerah, "Sebaiknya kalian bersikap ramah. Kalau nggak, aku akan memposting videonya secara online sehingga semua orang dapat melihat kalian memujaku."Semua orang sangat marah. Namun, kebanyakan dari mereka merasa khawatir hingga buru-buru menundukkan kepalanya.Bagaimana jika Leo benar-benar memposting video itu untuk mengajari mereka bagaimana berperilaku dengan baik di masa depan?Tentu saja, Leo hanya mencoba menakut-nakuti mereka. Dia adalah Ketua yang tidak m
"Nona, dia pingsan," lapor salah satu dari mereka setelah memeriksa."Ikat dia!"Pemimpin itu melepas topengnya hingga memperlihatkan wajahnya yang cantik.Orang itu tidak lain adalah Ratu Greta, Brenda."Apa hebatnya Ketua yang terkenal ini? Bukankah dia tetap jatuh ke tanganku?"Brenda sangat bangga. Dia berjalan ke arah Febi dan mengulurkan tangan untuk melepaskan liontin Air Mata Malaikat dari lehernya.Saat ini, Leo tiba-tiba membuka matanya dan meraih pergelangan tangan Brenda.Brenda langsung terkejut. Dia tanpa sadar ingin melawan.Namun, Leo malah mencengkeram lehernya."Lepaskan Nona!"Sekelompok pria berbaju hitam ketakutan dan marah. Mereka mengacungkan pedang dan menyerang Leo.Orang-orang ini adalah seorang master Alam Kesatria yang sangat kuat. Kecepatan pedang mereka pun secepat kilat."Sekelompok pecundang!"Leo mendengus dingin, lalu melambaikan tangannya. Kemudian, energi yang sangat kuat meledak. Setelah terdengar suara ledakan, semua pria berbaju hitam terbang mund
Leo bergegas mendekat dan menekan Brenda ke lantai."Jangan! Aku tahu salah, aku akan memberikannya padamu."Awalnya, Brenda berencana untuk bertahan sampai akhir. Namun, ketika Leo menekannya ke lantai, Brenda merasa putus asa.Meskipun Brenda kejam dan bengis, bukan berarti dia adalah wanita murahan. Sebaliknya, dia sangat menghargai dirinya sendiri.Tentu saja, jika Brenda bisa menyelamatkan nyawanya dengan mengorbankan kepolosannya, dia akan menerimanya.Namun, Brenda tahu betul bahwa Leo tidak akan membiarkannya pergi setelah bermain dengannya. Cepat atau lambat, Brenda harus menyerahkan liontin giok itu.Oleh karena itu, mengapa dia harus berkorban dengan sia-sia?"Bagus sekali." Leo melepaskannya, lalu dia berdiri dan merapikan pakaiannya.Leo hanya mencoba menakutinya, dia tidak benar-benar ingin berhubungan dengan Brenda.Meskipun Brenda sangat cantik, penampilannya masih lebih buruk dari Febi.Bahkan jika Leo membutuhkannya, dia akan mencari Febi.Leo melemparkan mantel padan