Keesokkan harinya pada pagi hari. Karena Yuna kemarin mengatakan bahwa dia akan menjemput Alex. Maka dia pun bangun lebih awal. Yuna langsung bersiap dan mengecek persiapan sekolahnya berkali-kali agar tidak ada yang tertinggal.
Setelah semua selesai, Yuna langsung pergi menuju rumah Alex. Saat dia sampai di rumahnya. Tanpa basa-basi, Yuna langsung masuk ke dalam rumah. Karena pengawal dan orang rumah di rumah Alex sudah biasa dengan kehadiran Yuna. Mereka pun memaklumi hal itu.
Sebelum pergi menemui Alex, Yuna terlebih dahulu pergi menemui ayah dan ibu Alex di ruangan kerja.
Tok-tok. Yuna mengetuk pintu.
"Siapa?" tanya ayah Alex mendengar ketukan pintu.
"Ini aku, Yuna," jawab Yuna.
"Oh Yuna. Silahkan masuk, nak," ujar ayah Yuna.
Yuna pun membuka pintu. "Permisi,"
"Ada apa kamu ke sini, Yuna?" tanya ibu Alex.
"Oh itu, kema
Selagi Yuna melihat-lihat gambar milik Alex. Ia berkomentar "Wah ini sih gambarnya terlihat seperti gambaran anak tk." Yuna yang fokus melihat gambar, tiba-tiba merasa ada hawa dingin di belakangnya. Dengan cahaya ruangan yang redup membuat detak jantung Yuna tidak karuan."Kok rasanya di sini ... Agak seram, ya?" ujar Yuna.lalu tiba-tiba ada yang memegang pundak Yuna dan berkata "Apanya yang seram?" tanya orang itu."Gyaaah!" Plaak! Yuna yang terkejut, refleks menampar orang itu hingga orang itu terhempas."Hah-hah ... Siapa itu?" Yuna pun melihat orang itu dan dia sadar bahwa itu adalah Alex."Aduh, sakitnya." Alex memegang pipinya yang sakit."Hah, kamu ini bikin terkejut saja Alex. Lain kali bersuaralah kalau di dekatku," ujar Yuna yang lega."Itu yang kamu katakan setelah menamparku dengan keras? Memang teman yang tidak punya hati,"
"Kamu sudah sejak kapan berada di sini?" tanya Alex dengan pandangan yang tajam menatap Sora."Em ... A-aku baru saja di sini beberapa menit yang lalu," jawab Sora dengan rasa cemas di hatinya."Begitu ya. Maaf aku seenaknya berada di sini," ujar Alex."I-iya," jawab Sora.Eh? Apa yang terjadi? Kenapa dia sopan begini? Kemarin saja dia seperti akan membunuhku, namun sekarang dia baik seperti ini. Aku jadi bingung. ujar batin Sora.Yuna mendekati Sora. "Kamu pasti ingin tahu apa yang terjadi kan?" tanya Yuna. Sora pun mengangguk."Jadi sebenarnya ...." Yuna menjelaskan apa yang terjadi kepada Alex dengan berbisik agar menghilangkan kebingungan Sora."Hooo, aku paham sekarang," ujar Sora."Hei apakah kalian sudah selesai berbisik-bisik nya?" tanya kesal Alex."Haha iya sudah. Hm ... Kamu ada perlu apa ke sini, Alex?
"Tunggu-tunggu. Maksudnya ini gimana?" tanya Erika kebingungan."Mereka terkejutnya bersamaan, ya," ujar Sora."Reaksi yang normal. Jadi begini ...." Yuna pun kembali menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi panjang lebar kepada mereka berdua."Begitu ya ... Lalu bagaimana kemampuannya? Pasti gambarnya bagus kan, ya?" tanya Erika."Pastinya baguslah. Kan dia murid terpintar di sekolah ini," ujar Leon dengan yakinnya."Hm ... Lebih baik kalian melihat sendiri hasilnya," Yuna mengambil kertas gambarnya dan memberikan kepada Erika. Leon pun ikut melihat.Mereka memperhatikan dengan seksama dengan mata yang terbuka lebar. "Ini gambar adik kecilmu, Yuna?" tanya Erika."Mana mungkin aku kan tidak punya adik. Itu gambarnya anak ini." ujar Yuna sambil menunjuk Alex."Buh-hwaahaha!" Erika dan Leon tertawa lepas.
Alex dan Leon saling mendominasi satu sama lain dalam pertandingan. "Mereka semua kurang kerjaan ya? Sampai berkerumun seperti ini," ujar heran Erika."Tidak ini wajar. Karena kan kita jarang melihat pertandingan antara Leon dan Alex. Biasanya kan hanya saat pelajaran olahraga," ujar Yuna."Pertandingan mereka seru sih, tapi ... Alex pandangannya seperti orang yang ingin menghancurkan," ujar Erika.Setiap Alex mendapatkan bola dan mengendalikannya. Ia menendang bola dengan sekuat tenaga. Bola pun melesat dengan kecepatan tinggi. Seakan sengaja supaya dapat mengenai lawan sambil mengincar Goal.Leon bahkan kewalahan untuk menghindari dan menghadang bola agar tidak masuk gawang milik timnya."Woi kamu gila ya, Alex!" ujar Leon."Aku masih waras. Ayo kita lanjutkan mainannya." mereka pun melanjutkan permainan.Sejauh ini pertandingan masih s
"Baru saja beberapa hari yang lalu, kamu setuju untuk berubah. Namun kenapa besoknya kamu bisa berubah begitu drastis. Seakan kamu itu orang yang berbeda?" tanya Yuna serius. "Ah itu ya. Jadi sederhananya gini. Aku hanya memasang topeng sambil menahan amarah dalam hatiku," ujar Alex. "Ha? Tunggu sebentar. Jadi maksudmu beberapa hari ini kamu pura-pura menjadi ramah?" ujar Yuna. "Begitulah. Karena tidak mungkin seseorang dapat berubah dengan drastis dalam sehari. Aku pun berpikir dengan cara ini mungkin aku akan terbiasa untuk baik kepada orang lain," jawab Alex. Yuna heran sambil menatap Alex. "Kamu memang orang yang sulit kutebak jalan pikirannya," ujar Yuna. "Terima kasih atas pujiannya," ujar Alex tersanjung. Dan akhirnya mereka sampai di kelas. Yuna dan Alex pun duduk menunggu wali kelas mereka masuk. "Baiklah semuanya,
"Hm ... bagus juga. Hobi yang menghasilkan uang. Namun kamu jangan menjualnya di bawah modal." saran Alex."Iya tenang saja. Sebentar lagi aku akan menjadi kaya, haha!" ujarku dengan tawa terkekeh-kekeh.Tidak lama kemudian aku dan Alex sampai di rumah Alex. Aku pun berpisah dengan Alex dan pulang ke rumahku.Aku masuk ke kamarku dan duduk di kursi meja belajarku. Aku mengambil buku baru yang aku khususkan untuk tugas ini. Namun aku kebingungan jenis cerita apa yang akan kubuat.Sebenarnya aku tertarik untuk membuat cerita horror, namun setelah aku berpikir kembali sepertinya orang-orang di sekitaran sini tidak terlalu suka dengan cerita yang menyeramkan.Makanya aku mulai berpikir apakah lebih baik membuat cerita romantis. Karena terlalu pusing memikirkannya, aku pun berbaring di kasur untuk memenangkan pikiranku. Aku berguling-guling di kasur sambil berpikir. Lalu saat aku melihat ke arah meja, aku melihat sebuah boneka beruang pemberian dari Alex.Lalu sepintas ingatan terbesit di
Lalu aku melihat ada cafe yang terlihat ramai pengunjung. Aku pun tertarik untuk pergi ke sana."Alex. Ayo kita pergi ke cafe itu!" ujarku mengajak Alex."Tapi di sana sedang ramai. Apakah kau ingin menunggu?" tanya Alex."Tidak apa, aku akan menunggu. Biasanya tempat yang ramai adalah tempat yang bagus," ujarku dengan yakin."Hm biasanya kan. Ya sudah ayo ke sana," ujar Alex.Setelah cukup lama mengantri. Kami akhirnya mendapatkan tempat dan segera duduk."Wah benarkan kataku. Cafe ini tempatnya bagus," ujarku."Kamu benar. Suasananya bagus di sini," ujar Alex.Karena kami berpergian selalu memakai penyamaran. Makanya tidak ada yang menyadari kami."Permisi kami mau pesan!" aku pun memanggil pelayan untuk memesan.Lalu seorang pelayan perempuan pun segera datang menghampiri kami.Wah dia sangat cantik ... pikirku saat pertama kali melihat pelayan."Permisi. Mau pesan apa?" ujar pelayan itu."Aku mau pesan jus jeruk. Kalau kamu apa Alex?" tanyaku."Aku jus mangga saja," ujar Alex."Bai
"Jadi bagaimana? Apakah pendapatmu masih sama ketika pertama kali tadi melihatnya?" tanyaku dengan senyum jahil."Be-berisik. Diamlah," ujarnya Erika malu-malu."Wah lihat tuh dia malu," ujar Alex.Erika langsung menatap sinis kepada Alex. "Oh ok. Aku berhenti," ujar Alex.Lalu tidak lama kemudian Leon datang mengantarkan pesanan mereka. "Baik, ini dia pesanan kalian. Silahkan dinikmati," ujar Leon."Wah terima kasih, Pelayan. Silahkan berkerja keras, ya." ujar Erika meledek."Hm terserahlah," lalu Leon mengantarkan pesanan orang lain. Saat dia meletakkannya. Ada seorang perempuan yang memegang tangan Leon."Hei tampan. Apakah kamu ingin berjalan-jalan bersama kami?" tanya perempuan itu dengan tatapan menggoda."Haha. Terima kasih atas tawarannya. Tapi maaf saat ini saya sedang sibuk. Permisi," saat Leon ingin pergi perempuan itu menahan tangannya."Ayolah. Setidaknya malam ini temani kami berkeliling," ujarnya."Maaf kak. Tapi saya terburu-buru," ujar Leon kebingungan."Hanya untuk ma
Karena mereka berdua sama-sama tidak mau mengalah. Akhirnya mereka berdua pun walau merasa ketakutan memberanikan diri untuk masuk ke dalam.Saat membeli tiket dan berdiri depan pintu saja mereka sudah merinding. Sambil menunggu antrian masuk. Mereka mendengar suara jeritan dan teriakan dari dalam ruangan. Serta suara-suara yang menyeramkan.Hal itu membuat Leon dan Erika semakin gemetar dan berkeringat dingin. Leon yang menyadari kalau Erika berkeringat langsung menyindirnya."Ih kamu kok keringetan begitu? Itu keringat dingin ya? Pasti kamu ketakutan kan?" tanya Leon."Enak aja kamu ya. Ini mah karena aku habis main tadi. Kamu sendiri tuh liat. Keringat banyak banget lagi. Mana bau lagi," jawab Erika."Eh enak aja mulutmu ya. Gini-gini aku masih harum ya." ujar Leon."Heleh." ujar Erika."Hiaah! Aku tidak sanggup lagi! Aku takut!" di tengah percakapan mereka berdua, tiba-tiba saja ada seseorang yang lari terbirit-birit ke luar dari pintu masuk sambil menangis karena ketakutan.Leon
Kemudian setelah beberapa saat. Mereka berdua sudah hampir mencapai ke sembilan puluh sembilan kalinya percobaan.Sementara itu Leon sudah muak dan jenuh terus-terusan kalah dan hanya menang beberapa kali saja."Waw ini sudah yang ke yang sembilan puluh sembilan kalinya loh, Leon. Apakah kau tidak bosan? Aku saja sampai mengantuk menunggu ini selesai. Kenapa tidak menyerah saja sih? Toh kamu hanya beberapa kali menang saja kan?" tanya penjaga kios."Sudah diamlah. Apakah kau mau kupukul?" tanya Leon."Oh enggak-enggak bang. Santai ya." jawab penjaga kios.Sembari Leon memasukkan pelurunya ke dalam pistol. Tiba-tiba saja dia melihat ada sebuah boneka kecil berbentuk kucing dan dia teringat dengan Erika yang sangat suka dengan kucing.Dari pada aku gak dapat hadiah. Aku coba incar boneka kucing itu deh. Pokoknya aku harus bisa dapat. pikir Leon."Hei bung. Jika kali ini aku bisa berhasil menembak. Maka aku mau hadiah boneka kucing yang ada di sana jadi milikku ya," ujar Leon sambil menu
"Karena kemarin aku sudah membantumu untuk drama ini. Sekarang bisakah kau dengarkan aku sebentar saja?" tanya Sora."Iya-iya. Cepatlah, aku akan mendengarkannya." jawab Alex."Ih itu anak masih saja kasar ya. Lihat aja nanti kupukul dia." ujar Yuna bisik."Aku suka padamu," ujar Sora."Hah!" Yuna ternganga dan berteriak di dalam hatinya.Jadi Sora suka sama Alex ya ... Apa yang harus kulakukan? Apa aku mundur saja ya untuk mendapatkan hati Alex?"Kamu sudah tahu apa jawabanku kan? Maaf dan terima kasih." jawab Alex."Hah! Apa-apaan itu? Kenapa jawabannya kayak begitu!" ujar Yuna teriak dalam hatinya."Jadi begitu. Kau tetap suka padanya. Hahaha aku memang bodoh. Padahal aku sudah tahu tidak akan menang, tapi tetap saja aku mencobanya. Yah baiklah, aku paham. Terima kasih atas jawabanmu." ujar Sora lalu kemudian dia berbalik dan segera pergi dari Alex."Tunggu sebentar. Apa yang baru saja terjadi? Alex menolaknya begitu saja?" Yuna sangat kebingungan."Hei Yuna mau berapa lama lagi ka
Dor! peluru datang melesat menembus kepala Sora. Sora memeriksa kepalanya."Hah? Apa ini? Kenapa ada darah ..." Bruk! Sora terjatuh.Alex datang mendekat dan memeriksa keadaan Sora."Bagus. Dia sudah tiada. Hm? Apa yang terjadi padamu Yuna? Kenapa kau terdiam?" tanya Alex setelah melihat Yuna."Hah? Tidak ada. Aku hanya sedikit terkejut saja. Terlalu banyak hal yang mengejutkan. Aku sedikit pusing." ujar Yuna."Itu hal biasa. Kau mungkin cukup awam akan hal ini," ujar Alex."Awam matamu. Lagi pula bagaimana bisa seorang penyihir kalah begitu saja?" tanya Yuna."Oh kalau masalah itu. Sebenarnya aku sudah menyiapkan seorang sniper dan juga alat penghalang sihir di sekitar tempat ini. Jadi dia tidak akan bisa mendeteksi ada sniper yang sedang mengintainya. Ide bagus kan?" ujar Alex."Kau benar. Sangking bagusnya aku sampai kaget." ujar Yuna.Lalu mereka kembali melanjutkan dramanya sampai pada akhirnya Alex dan Yuna menikah pada di ceritanya.Walau Yuna sempat beberapa kali kesulitan unt
"Apa maksudmu Alex! Kenapa kau sekarang seperti ini? Sejak kau bertemu dengan dia, kau jadi orang yang berbeda." tanya Yuna kesal."Apa yang kau katakan? Aku benci sekali dengan sifatmu yang sangat kekanak-kanakan itu. Sejak aku bertemu dengan Sora, aku akhirnya paham apa artinya cinta itu," ujar Alex."Cinta kau bilang! Kau itu tunanganku! Kenapa kau bisa jatuh cinta dengan gadis lain? Apa kau gila? Kita sudah selalu bersama kau tau!" ujar Yuna."Kau tahu. Kenangan itu tidak selalu bisa tumbuh menjadi cinta. Dan yang perlu kau tahu, pertunangan kita itu hanya karena urusan politik," ujar Alex."Apah iya?" Ayah Yuna menyeringai.Mendengar ucapan dari Alex. Yuna hanya bisa menundukkan wajahnya dan terdiam."Baiklah ... Kalau itu yang kau mau. Lihat saja kau wanita jalang. Akan kuberi kau pelajaran," ujar Yuna.Kemudian Yuna pun pergi dengan perasaan yang sangat kesal."Kau baik-baik saja Sora? Apakah ada yang sakit?" tanya Alex."Hehe, tidak apa kok Alex. Aku baik-baik saja. Lihat nih!
"Aku penasaran bagaimana putriku tampil malam ini?" ujar ibu Yuna."Apa yang perlu kau tanyakan? Dia itu kan anak kita. Pasti dia akan sangat hebat. Ayo anakku semangat! Tunjukkan yang terbaik!" ayah Yuna bersorak menyemangati Yuna."Hahaha!" semua orang tertawa "Masalahnya bukan begitu. Apakah kau tidak ingat bagaimana saat Yuna masih sd dan pertama kali ingin tampil drama? Kan waktu itu karena sangking gugupnya dia sampai ngompol di celananya. Dan dia pada akhirnya tidak jadi ikut main dramanya," ujar ibu Yuna khawatir."Hm ... Yah kau tidak salah sih ... Tapi ya sudahlah. Mari ikuti saja acara ini dengan tenang," jawab ayah Yuna."Hehe, sepertinya ayahmu sedang asik membicarakan tentang kejadian kau waktu sd," ujar Alex menebak setelah mengintip ke arah penonton."Iyakah? Memangnya kenapa waktu sd ... Ah sialan kau. Mana mungkin mereka membicarakan itu. Mengingat hal itu aku aja jadi ingin buang air kecil dulu," ujar Yuna."Ya sudah. Sana cepat. Biar aku suruh mereka untuk mengulu
Setelah itu mereka bersenang-senang hingga puas di kios-kios festival. Hingga sampailah mereka di rumah hantu buatan kelas lain."Wah ... Mereka berhasil membuatnya dengan sempurna ya," ujar Yuna melihat tampilan pintu masuk."Kau benar. Ini semua terlihat sangat asli. Untuk darah ini? Pewarna ya?" ujar Alex memeriksa."Sangking bagusnya suasananya jadi mencekam," ujar Erika."Hehe kamu takut ya?" tanya ledek Leon."Eh enak aja kau ya. Siapa yang takut. Kau lihat saja. Ayo Yuna kita masuk ke dalam," ujar Erika sambil membawa Yuna."Eh? Kenapa aku dibawa-bawa?" ujar Yuna.Erika langsung membayar tiket masuk dan masuk ke dalam dengan perasaan kesal."Kau mau masuk?" tanya Alex."Ha? Kau pikir aku takut ya? Mana mungkin aku takut dengan hal seperti ini. Hahaha," jawab Leon lalu membeli tiket masuknya."Ini anak kenapa sih? Aku padahal cuma nanya mau masuk atau enggak aja," ujar Alex bingung.Alex pun juga membeli tiket dan masuk ke dalam.Sesampainya di dalam, perasaan berani dan kesal m
Hm yah mari anggap saja dia sedang kelelahan. Mungkin mereka latihannya berulang-ulang. Ngomong-ngomong soal latihan. Aku kan belum latihan, ah ini gawat!Yuna memukul meja Alex."Alex! Aku kan belum latihan! Bagaimana ini?" tanya Yuna khawatir."Ah! Kau ini bikin kaget saja. Ya tinggal latihan saja lah, toh waktu untuk latihan masih banyak kan?" jawab Alex."Oh iya kamu benar juga, hehe." ujar Yuna.Lalu besok hari pun datang. Mereka semua mulai membuat hal yang diperlukan untuk acara festival.Sementara itu Yuna, Alex dan yang lainnya berlatih di ruang kelas yang kosong. Mereka berlatih sangat serius hingga Yuna merasa kalau mereka dapat melakukan ini dengan lancar saat acara.Yuna dan yang lainnya juga membantu untuk mendekor kelas. Mereka juga sempat bertengkar untuk menentukan bagaimana bentuk hiasan kelas. Mereka juga sampai beberapa kali membuat kesalahan sampai bahan persediaan habis dan akhirnya karena uang kas sudah habis. Mereka mengambil barang-barang dari rumah mereka mas
"Karena udah ditentuin pemerannya, sekarang siapa yang mau pergi beli bahan-bahan acara?" tanya bu guru."Saya aja buk! Tapi Leon, Yuna sama Alex juga ikutan," ujar Erika."Kenapa aku dibawa-bawa?" tanya Leon."Sudahlah. Mau nilai kau jadi bagus gak? Ada nilai tambahnya kan buk?" tanya Erika."Hm ... Nilai tambah ya. Bolehlah. Karena kalian mau bantu-bantu kelas ini," jawab bu guru."Ok aku ikut," Leon langsung bersiap.Yes aku bisa jalan-jalan sama Leon lagi, walau gak dapat peran, yang penting bisa sama Alex! Yuna kegirangan."Anu, aku tinggal aja dulu ya. Ajak yang lain aja." ujar Alex."Heh! Kenapa?" tanya Yuna."Tunggu sebentar. Buk saya boleh lihat naskahnya tidak?" tanya Alex."Boleh. Ini silahkan," jawab bu guru.Alex pun memeriksa naskahnya."Wah, dialog untukku dan Sora banyak juga ya. Harus banyak latihan ini. Sedangkan peran kau tidak terlalu banyak, Yuna. Jadi karena itu, aku dan Sora harus tinggal untuk latihan," jawab Alex.Yuna mematung mendengar jawaban Alex."Sudahla