Revisi (14-10-2021)
Yuna dan Alex berjalan maju mundur dan berputar, tanpa satu pun daru mereka menginjak kaki pasangannya.
"Hoho, boleh juga kemampuanmu, Alex. Aku kira karena sudah lama tidak berdansa kemampuanmu akan memburuk, ternyata tidak," Yuna dengan tatapan yang meremehkan, mencoba memprovokasi Alex.
"Aku akan menghiraukan ucapanmu tadi. Lebih baik sekarang kamu perhatikan langkah kakimu. Aku tidak ingin, nantinya kamu salah pijakan atau malah terpeleset. Dan itu akan membuatmu mempermalukan dirimu sendiri," Alex tidak terpancing.
"Cih." Yuna kesal.
Lalu seiring mereka berdansa, ritme dan tempo dari musik semakin lama semakin cepat. Alex dan Yuna pun menyesuaikan kecepatan gerakan mereka dengan musik.
Rambut mereka terurai akibat hembusan angin malam dan gaun Yuna mengembang karena putaran dansa mereka. Keringat mulai keluar dari kepala mereka, tubuh mereka sebenarnya sudah tidak kuat lagi untuk berdansa lebih lama lagi. Namun karena mereka tidak ada yang mau mengalah mereka tetap berusaha menahan rasa lelah mereka.
"Haha kamu mulai berkeringat, Alex," ujar Yuna.
"Lihat dulu dirimu sendiri, kamu bahkan lebih berkeringat dari padaku," jawab Alex.
"Hoho kamu tidak mau mengalah ya," Yuna dan Alex semakin fokus dalam berdansa.
Sementara itu di sisi lain, di saat yang bersamaan. Seseorang yang bersekolah di tempat yang sama dengan Yuna dan Alex, sedang berkeliling melihat festival. Orang itu adalah Sora. Dia adalah seorang laki-laki sekaligus seorang ketua klub dari klub melukis. Dia sedang mencoba mencari ide untuk lukisan terbarunya, yang ingin dia pamerkan di sekolah nantinya.
Sora membawa kanvas dan satu buah pensil serta penghapus. Lukisan yang dipamerkan nantinya, bertujuan untuk menarik perhatian murid murid di sekolah. Tujuan utamanya adalah agar murid murid di sekolah ingin bergabung dengan klub melukis. Karena jika dia tidak mendapatkan anggota baru di tahun ini, maka kegiatan klubnya akan dibatasi atau skenario terburuknya klub yang dipimpinnya akan dibubarkan.
Tentu saja Sora tidak menginginkan hal itu, makanya dia berusaha membuat lukisan yang bisa membuat orang lain terpikat.
"Haaah... Apa tidak ada hal yang menarik yang bisa aku lukis ya? Jika aku tidak segera mendapatkan anggota baru, maka klubku akan mendapatkan masalah," keluh Sora.
Dia berkeliling dan berjalan cukup lama menyusuri festival itu, dan pada akhirnya dia lelah dan berisitirahat di dekat kios minuman dan dia minum di sana. Dan posisi kios itu dekat dengan posisi di mana Alex dan Yuna sedang berdansa.
"Hah... Sudah berkeliling ke sana ke mari. Tapi tetap saja tidak ada ide yang terlintas di dalam kepalaku," Sroott! Sora menghisap minumnya sambil melihat sekitar.
Sementara itu Yuna dan Alex yang mengikuti tempo musik yang semakin cepat. "Wah tempo musiknya semakin cepat, Lex. Apakah kamu yakin bisa bertahan?" ujar remeh Yuna.
"Tentu saja aku bisa, kamu terlalu meremehkan aku, Yuna." Mereka melakukan perputaran berkali-kali, hingga membuat ikatan topeng mata pada Alex menjadi kendur dan akhirnya perlahan jatuh ke bawah.
Yuna pun menjadi panik. "Alex! Topeng matamu terjatuh!" kataku sambil melihat topeng mata Alex yang jatuh ke bawah.
"Sudah biarkan saja, sekarang fokus saja dulu dalam dansanya," Alex tidak peduli dengan wajahnya yang terlihat.
"Apakah kamu yakin? Aku merasakan akan ada masalah yang timbul karena hal ini, Lex?" tanyaku sambil melihat sekitar.
"Kita lihat saja nanti," kataku seraya tersenyum.
Ketika Sora melihat sekeliling, dia melihat ke arah panggung. Dia melihat ada sepasang orang yang sedang berdansa, yang menjadi pusat perhatian. "Wah dia tampan sekali," orang-orang terpana melihat Alex.
Ketika Sora memperhatikan lebih seksama, dia merasa seperti pernah melihat wajah pria itu. "Orang itu... Sepertinya pernah aku lihat, tapi di mana ya?" Sora mencoba mengingat dan melihat ke arah Alex berulang kali.
Akhirnya Sora mengingat Alex. "Benar juga dia kan Alex! Si pangeran es yang tidak pernah tersenyum, namun peraih prestasi terbaik di sekolah! Tapi ada yang aneh dengan pemandangan ini, apa aku tidak salah lihat ya? Alex saat ini dia sedang tersenyum lebar dan berdansa? Dengan siapa?" Sora kebingungan.
Ketika dia melihat momen yang langka itu, Sora berpikir bahwa pemandangan yang dilihatnya bisa dijadikan lukisan yang menarik perhatian banyak orang.
"Jika aku melukis ini, sepertinya akan menjadi lukisan yang menarik. Karena siapa sangka, Alex si pangeran es, saat ini bisa tersenyum menawan seperti itu. Aku yakin orang-orang juga penasaran akan hal ini." Sora mulai menggambar sketsa kasar pada kanvas.
Alex dan Yuna tetap fokus berdansa walau diperhatikan oleh banyak orang. Yuna saat itu sudah gelisah karena dilihat banyak orang, sedangkan Alex tidak peduli dengan sekitarnya. "Hei Alex ayo kita hentikan saja dansanya, mari kita segera pulang," Yuna berusaha membujuk Alex.
"Itu artinya kamu mengalah pada dansa kali ini bukan? Itu artinya 1 untukku, dan 0 untukmu," kataku tersenyum menyebalkan.
Yuna pun terpancing dan melupakan rasa malunya. "Saat sampai di rumah nanti awas saja kamu, Alex!" Yuna kesal.
Sembari mereka mengobrol, Sora telah selesai dengan sketsa kasarnya. Sora tidak hanya menggambarkan Alex saja, namun juga Yuna yang menjadi pasangan dansanya. Dia menambahkan bangunan, hiasan lampu dan bintang serta bulan sebagai latarnya.
Mata milik Sora cukup tajam, jadi dia mulai menebalkan sketsanya dan menambah detail kecil pada lukisannya. Seperti gaun Yuna yang mengembang karena angin, atau rambut mereka yang terurai.
Karena Yuna masih menggunakan topeng, Sora jadi tidak bisa mengenali siapa orang yang berdansa dengan Alex.
Setelah selesai membuat sketsa, dia pun segera pulang ke rumah sambil mendekap kanvasnya agar tidak rusak. Dia berjalan dengan hati-hati untuk sampai ke rumah.
Sementara itu, musik telah selesai dimainkan dan festival akan segera ditutup. "Baiklah semuanya, festival panen kali ini telah selesai!" orang orang bertepuk tangan dengan meriah.
"Kalian semua sudah bersenang senang malam ini, bahkan siapa sangka pangeran Alex menyempatkan diri untuk datang ke mari!" pandangan semua orang langsung tertuju pada Alex.
"Pangeran Alex?! Di mana dia?!" orang orang heboh.
"Pangeran Alex dia menari dengan elegannya bersama dengan pasangannya yang misterius, kalau boleh tahu pangeran, siapa pasanganmu itu?"
Yuna yang sudah tidak tahan lagi dengan suasana itu, dia menarik tangan Alex dan berlari menjauh dari kerumunan itu. Yuna dan Alex menarik perhatian karena mereka berlari. "Sudah aku katakan bukan Alex! Lebih baik ketika segera pulang!" seru Yuna.
"Tidak apa lagi pula ini menyenangkan!" Yuna dan Alex pun berlari sambil tertawa bahagia menuju rumah. Sesampainya di rumah mereka langsung terkapar karena tubuh mereka yang letih.
Sementara itu Sora mulai melanjutkan lukisannya di rumah.
Revisi (15-10-2021) Sora memberikan garis tebal pada sketsa, lalu dia memberikan campuran warna gradasi pada lukisan. Untuk warna langit dia memberikan warna campuran antara biru dan hitam, serta putih dan kuning sebagai bintang di langit. Dia melakukannya dengan perlahan, agar hasil lukisannya sesuai dengan yang dia inginkan. Dia bergadang semalaman untuk mengerjakan lukisannya, dan dia baru tertidur dengan lelap pada jam 3 malam. Lalu keesokan harinya di sekolah. Aku menarik Sora dari lorong sekolah di tempat orang berkumpul melihat lukisan, menuju ruangan klub melukis. Pandangan orang orang tertuju padaku yang terlihat marah sambil menarik-narik Sora. Dengan rasa kesal dan marah di hatiku, aku mendorongnya dan memojokkannya ke dinding ruangan melukis. Lalu aku menarik kerah bajunya dan berkata. "Sialan! Apa yang kamu lakukan hah!?" aku yang geram kepadanya, melotot tajam padanya.
Revisi (19-10-2021) Setelah Yuna berlari dengan cepat dan tergesa-gesa, akhirnya dia sampai tepat di depan pintu klub ruangan melukis. Orang orang sudah ramai berkumpul di depan pintu, namun tidak ada yang berhasil berani menghentikan mereka. Yuna langsung membuka pintu dan masuk ke dalam sambil berteriak. "Alex hentikan!" Yuna menarik Alex menjauh dari Sora dan mengekangnya. "Yuna?! Apa yang kamu lakukan? Cepat lepaskan aku! Dia harus diberi pelajaran sekarang juga!" Alex meronta-ronta. Kesal dengan Alex yang tidak mau tenang, dia berdiri di hadapan Alex, lalu menendang kakinya. Duk! Tendangan Yuna tepat mengenai tulang kering Alex, yang membuat Alex langsung ngilu kesakitan. "Yuna sialan! Apa yang kamu lakukan!?--" "Kamu bisakah diam sekarang?" Yuna menatap tajam ke arah Alex. Alex langsung diam dan berusaha menenangkan diri. Yuna menghela nafas la
Yuna pun sampai di kelas dengan perasaan bersalah. Lalu Erika menghampiri Yuna. "Yuna, selamat datang!" Erika memperhatikan wajah Yuna. Terlihat wajah Yuna sangat murung."Yuna kamu kenapa murung? Apakah ada masalah?" tanya Erika."Tidak, aku baik-baik saja," jawabku dengan ragu.Yuna pun duduk kembali di kursinya. Alex melihat Yuna yang murung, namun Alex menghiraukannya.Haaah... Perasaanku jadi kacau, mendengar ucapan mereka tadi. Kenapa di umurku yang 18 tahun, aku baru menyadari betapa egoisnya diriku. Seharusnya aku sudah membantu Alex untuk berteman dengan yang lain sejak dulu. Bohong jika aku mengatakan jika aku tidak menyukai Alex. Bagaimana mungkin dua orang yang selalu bersama tidak akan tumbuh sebuah perasaan di antara mereka.Memang aku tidak ingin Alex menjadi milik orang lain, tapi... Aku akan lebih merasa bersalah jika menjadi teman yang mengekangnya. Aku harus be
Lalu keesokan paginya. Alex, Yuna, dan kedua orangtua mereka, akan sarapan pagi bersama.Yuna dan Alex masuk ke ruang makan bersamaan dan melihat orangtua mereka sudah bersiap di meja makan. "Selamat pagi," Yuna dan Alex memberikan salam bersamaan."Selamat pagi, anak-anak," jawab kedua orang tua mereka."Ayo cepat, kalian berdua ke sini. Kita sarapan bersama," ujar ayah Yuna."Baik." Yuna dan Alex pun segera duduk. Mereka semua pun mulai sarapan pagi bersama.Di selang sarapan pagi, ayah Alex mulai membuka obrolan. "Paman, selalu penasaran dan ingin menanyakan hal ini kepadamu, Yuna. Bagaimana keseharian, Alex, di sekolahnya?" tanya ayah Yuna."Dia? Anak paman ini hanya seorang cowok suram, dingin, dan pemarah. Bahkan di sekolah, dia mendapatkan julukan "pangeran es". Entah kenapa dia susah sekali untuk bergaul dengan orang lain," keluh Yuna.
Pagi harinya, Yuna sudah menunggu yang lainnya, di depan rumahnya. Tidak lama kemudian, Erika dan Leon datang bersamaan. Erika dan Leon turun dari kereta kuda mereka masing-masing."Yuna!" seru Erika. Erika menggunakan gaun berwarna merah dengan pita berwarna hitam yang diikat di pinggangnya. Dia juga menggunakan sepatu berwarna hitam."Kamu sudah siap, Yuna?" tanya Leon. Sementara itu, Leon menggunakan kemeja berwarna putih dan dilapisi dengan jas berwarna hitam. Dan Leon menggunakan sepatu kulit berwarna coklat."Wah! Kalian semua bergaya sekali! Aku sampai pangling. Sekarang kita hanya perlu menunggu, Alex,"Tepat setelah Yuna berkata, Alex tiga dengan kereta kudanya. Alex pun turun dengan gagahnya. Yuna yang melihat Alex, sampai tercengang melihat penampilan, Alex.Alex menata rambutnya ke arah belakang. Dia menggunakan kemeja berwarna hitam dan dilapisi oleh jubah pendek ber
"Oh iya, benar juga. Aku dari kemarin penasaran, siapa sebenarnya pasangan yang berdansa denganmu di lukisan itu?" tanya Lira.Waduh, gimana nih? Aku harap Alex bisa menemukan alasan bagus untuk ini. Yuna cemas."Siapa kau yang berhak bertanya seperti itu, ha?" ujar kesal Alex dengan sorot mata yang tajam."Ma-maaf." Lira langsung menundukkan wajahnya.Huh ... Baguslah. Yuna lega."Haha, maafkan Alex ya. Dia hanya merasa gugup saja berada di sini. Alex sebenarnya ingin berteman dengan kalian semua," ujar Yuna asal.Alex langsung melihat Yuna. "Hoi, apa yang kamu katakan? cerita bohong dari mana itu?" Alex lalu melihat ke arah yang lain, dan terlihat di wajah mereka yang bingung, terkejut, dan seperti sangat berharap untuk bisa berteman dengan Alex."Ukh..." Alex memilih diam saja.Lalu Lira berdiri dan mendekati Alex. Lir
Lalu waktu berlalu begitu saja. Kelompok perempuan membicarakan banyak hal tentang dunia kecantikan, sedang kelompok laki-laki yang tadi berlomba. Pertandingan berhasil dimenangkan oleh tim Leon. Tentu saja Alex merasa kesal karena kekalahannya tersebut. Leon tertawa dan merasa sangat bangga di dalam hatinya.Karena sudah sore hari, akhirnya mereka semua bersiap untuk pulang. Kereta kuda milik keluarga Yuna sudah menunggu di depan gerbang. Yuna dan yang lainnya masuk satu persatu ke dalam kereta. Dan perjalanan yang cukup panjang, pada akhirnya mereka sampai di rumah. Erika dan Leon langsung bersiap untuk pulang ke rumah mereka masing-masing."Baiklah kalau begitu aku pulang dulu ya, Yuna," ujar Erika."Iya, kalau ada waktu, mari kita pergi bersama lagi," ujar Yuna."Siap." ujar Erika."Aku juga undur diri dulu, Yuna. Oh iya, bagaimana perasaanmu Alex setelah kalah tadi?" ujar Le
Keesokkan harinya pada pagi hari. Karena Yuna kemarin mengatakan bahwa dia akan menjemput Alex. Maka dia pun bangun lebih awal. Yuna langsung bersiap dan mengecek persiapan sekolahnya berkali-kali agar tidak ada yang tertinggal.Setelah semua selesai, Yuna langsung pergi menuju rumah Alex. Saat dia sampai di rumahnya. Tanpa basa-basi, Yuna langsung masuk ke dalam rumah. Karena pengawal dan orang rumah di rumah Alex sudah biasa dengan kehadiran Yuna. Mereka pun memaklumi hal itu.Sebelum pergi menemui Alex, Yuna terlebih dahulu pergi menemui ayah dan ibu Alex di ruangan kerja.Tok-tok. Yuna mengetuk pintu."Siapa?" tanya ayah Alex mendengar ketukan pintu."Ini aku, Yuna," jawab Yuna."Oh Yuna. Silahkan masuk, nak," ujar ayah Yuna.Yuna pun membuka pintu. "Permisi,""Ada apa kamu ke sini, Yuna?" tanya ibu Alex."Oh itu, kema
Karena mereka berdua sama-sama tidak mau mengalah. Akhirnya mereka berdua pun walau merasa ketakutan memberanikan diri untuk masuk ke dalam.Saat membeli tiket dan berdiri depan pintu saja mereka sudah merinding. Sambil menunggu antrian masuk. Mereka mendengar suara jeritan dan teriakan dari dalam ruangan. Serta suara-suara yang menyeramkan.Hal itu membuat Leon dan Erika semakin gemetar dan berkeringat dingin. Leon yang menyadari kalau Erika berkeringat langsung menyindirnya."Ih kamu kok keringetan begitu? Itu keringat dingin ya? Pasti kamu ketakutan kan?" tanya Leon."Enak aja kamu ya. Ini mah karena aku habis main tadi. Kamu sendiri tuh liat. Keringat banyak banget lagi. Mana bau lagi," jawab Erika."Eh enak aja mulutmu ya. Gini-gini aku masih harum ya." ujar Leon."Heleh." ujar Erika."Hiaah! Aku tidak sanggup lagi! Aku takut!" di tengah percakapan mereka berdua, tiba-tiba saja ada seseorang yang lari terbirit-birit ke luar dari pintu masuk sambil menangis karena ketakutan.Leon
Kemudian setelah beberapa saat. Mereka berdua sudah hampir mencapai ke sembilan puluh sembilan kalinya percobaan.Sementara itu Leon sudah muak dan jenuh terus-terusan kalah dan hanya menang beberapa kali saja."Waw ini sudah yang ke yang sembilan puluh sembilan kalinya loh, Leon. Apakah kau tidak bosan? Aku saja sampai mengantuk menunggu ini selesai. Kenapa tidak menyerah saja sih? Toh kamu hanya beberapa kali menang saja kan?" tanya penjaga kios."Sudah diamlah. Apakah kau mau kupukul?" tanya Leon."Oh enggak-enggak bang. Santai ya." jawab penjaga kios.Sembari Leon memasukkan pelurunya ke dalam pistol. Tiba-tiba saja dia melihat ada sebuah boneka kecil berbentuk kucing dan dia teringat dengan Erika yang sangat suka dengan kucing.Dari pada aku gak dapat hadiah. Aku coba incar boneka kucing itu deh. Pokoknya aku harus bisa dapat. pikir Leon."Hei bung. Jika kali ini aku bisa berhasil menembak. Maka aku mau hadiah boneka kucing yang ada di sana jadi milikku ya," ujar Leon sambil menu
"Karena kemarin aku sudah membantumu untuk drama ini. Sekarang bisakah kau dengarkan aku sebentar saja?" tanya Sora."Iya-iya. Cepatlah, aku akan mendengarkannya." jawab Alex."Ih itu anak masih saja kasar ya. Lihat aja nanti kupukul dia." ujar Yuna bisik."Aku suka padamu," ujar Sora."Hah!" Yuna ternganga dan berteriak di dalam hatinya.Jadi Sora suka sama Alex ya ... Apa yang harus kulakukan? Apa aku mundur saja ya untuk mendapatkan hati Alex?"Kamu sudah tahu apa jawabanku kan? Maaf dan terima kasih." jawab Alex."Hah! Apa-apaan itu? Kenapa jawabannya kayak begitu!" ujar Yuna teriak dalam hatinya."Jadi begitu. Kau tetap suka padanya. Hahaha aku memang bodoh. Padahal aku sudah tahu tidak akan menang, tapi tetap saja aku mencobanya. Yah baiklah, aku paham. Terima kasih atas jawabanmu." ujar Sora lalu kemudian dia berbalik dan segera pergi dari Alex."Tunggu sebentar. Apa yang baru saja terjadi? Alex menolaknya begitu saja?" Yuna sangat kebingungan."Hei Yuna mau berapa lama lagi ka
Dor! peluru datang melesat menembus kepala Sora. Sora memeriksa kepalanya."Hah? Apa ini? Kenapa ada darah ..." Bruk! Sora terjatuh.Alex datang mendekat dan memeriksa keadaan Sora."Bagus. Dia sudah tiada. Hm? Apa yang terjadi padamu Yuna? Kenapa kau terdiam?" tanya Alex setelah melihat Yuna."Hah? Tidak ada. Aku hanya sedikit terkejut saja. Terlalu banyak hal yang mengejutkan. Aku sedikit pusing." ujar Yuna."Itu hal biasa. Kau mungkin cukup awam akan hal ini," ujar Alex."Awam matamu. Lagi pula bagaimana bisa seorang penyihir kalah begitu saja?" tanya Yuna."Oh kalau masalah itu. Sebenarnya aku sudah menyiapkan seorang sniper dan juga alat penghalang sihir di sekitar tempat ini. Jadi dia tidak akan bisa mendeteksi ada sniper yang sedang mengintainya. Ide bagus kan?" ujar Alex."Kau benar. Sangking bagusnya aku sampai kaget." ujar Yuna.Lalu mereka kembali melanjutkan dramanya sampai pada akhirnya Alex dan Yuna menikah pada di ceritanya.Walau Yuna sempat beberapa kali kesulitan unt
"Apa maksudmu Alex! Kenapa kau sekarang seperti ini? Sejak kau bertemu dengan dia, kau jadi orang yang berbeda." tanya Yuna kesal."Apa yang kau katakan? Aku benci sekali dengan sifatmu yang sangat kekanak-kanakan itu. Sejak aku bertemu dengan Sora, aku akhirnya paham apa artinya cinta itu," ujar Alex."Cinta kau bilang! Kau itu tunanganku! Kenapa kau bisa jatuh cinta dengan gadis lain? Apa kau gila? Kita sudah selalu bersama kau tau!" ujar Yuna."Kau tahu. Kenangan itu tidak selalu bisa tumbuh menjadi cinta. Dan yang perlu kau tahu, pertunangan kita itu hanya karena urusan politik," ujar Alex."Apah iya?" Ayah Yuna menyeringai.Mendengar ucapan dari Alex. Yuna hanya bisa menundukkan wajahnya dan terdiam."Baiklah ... Kalau itu yang kau mau. Lihat saja kau wanita jalang. Akan kuberi kau pelajaran," ujar Yuna.Kemudian Yuna pun pergi dengan perasaan yang sangat kesal."Kau baik-baik saja Sora? Apakah ada yang sakit?" tanya Alex."Hehe, tidak apa kok Alex. Aku baik-baik saja. Lihat nih!
"Aku penasaran bagaimana putriku tampil malam ini?" ujar ibu Yuna."Apa yang perlu kau tanyakan? Dia itu kan anak kita. Pasti dia akan sangat hebat. Ayo anakku semangat! Tunjukkan yang terbaik!" ayah Yuna bersorak menyemangati Yuna."Hahaha!" semua orang tertawa "Masalahnya bukan begitu. Apakah kau tidak ingat bagaimana saat Yuna masih sd dan pertama kali ingin tampil drama? Kan waktu itu karena sangking gugupnya dia sampai ngompol di celananya. Dan dia pada akhirnya tidak jadi ikut main dramanya," ujar ibu Yuna khawatir."Hm ... Yah kau tidak salah sih ... Tapi ya sudahlah. Mari ikuti saja acara ini dengan tenang," jawab ayah Yuna."Hehe, sepertinya ayahmu sedang asik membicarakan tentang kejadian kau waktu sd," ujar Alex menebak setelah mengintip ke arah penonton."Iyakah? Memangnya kenapa waktu sd ... Ah sialan kau. Mana mungkin mereka membicarakan itu. Mengingat hal itu aku aja jadi ingin buang air kecil dulu," ujar Yuna."Ya sudah. Sana cepat. Biar aku suruh mereka untuk mengulu
Setelah itu mereka bersenang-senang hingga puas di kios-kios festival. Hingga sampailah mereka di rumah hantu buatan kelas lain."Wah ... Mereka berhasil membuatnya dengan sempurna ya," ujar Yuna melihat tampilan pintu masuk."Kau benar. Ini semua terlihat sangat asli. Untuk darah ini? Pewarna ya?" ujar Alex memeriksa."Sangking bagusnya suasananya jadi mencekam," ujar Erika."Hehe kamu takut ya?" tanya ledek Leon."Eh enak aja kau ya. Siapa yang takut. Kau lihat saja. Ayo Yuna kita masuk ke dalam," ujar Erika sambil membawa Yuna."Eh? Kenapa aku dibawa-bawa?" ujar Yuna.Erika langsung membayar tiket masuk dan masuk ke dalam dengan perasaan kesal."Kau mau masuk?" tanya Alex."Ha? Kau pikir aku takut ya? Mana mungkin aku takut dengan hal seperti ini. Hahaha," jawab Leon lalu membeli tiket masuknya."Ini anak kenapa sih? Aku padahal cuma nanya mau masuk atau enggak aja," ujar Alex bingung.Alex pun juga membeli tiket dan masuk ke dalam.Sesampainya di dalam, perasaan berani dan kesal m
Hm yah mari anggap saja dia sedang kelelahan. Mungkin mereka latihannya berulang-ulang. Ngomong-ngomong soal latihan. Aku kan belum latihan, ah ini gawat!Yuna memukul meja Alex."Alex! Aku kan belum latihan! Bagaimana ini?" tanya Yuna khawatir."Ah! Kau ini bikin kaget saja. Ya tinggal latihan saja lah, toh waktu untuk latihan masih banyak kan?" jawab Alex."Oh iya kamu benar juga, hehe." ujar Yuna.Lalu besok hari pun datang. Mereka semua mulai membuat hal yang diperlukan untuk acara festival.Sementara itu Yuna, Alex dan yang lainnya berlatih di ruang kelas yang kosong. Mereka berlatih sangat serius hingga Yuna merasa kalau mereka dapat melakukan ini dengan lancar saat acara.Yuna dan yang lainnya juga membantu untuk mendekor kelas. Mereka juga sempat bertengkar untuk menentukan bagaimana bentuk hiasan kelas. Mereka juga sampai beberapa kali membuat kesalahan sampai bahan persediaan habis dan akhirnya karena uang kas sudah habis. Mereka mengambil barang-barang dari rumah mereka mas
"Karena udah ditentuin pemerannya, sekarang siapa yang mau pergi beli bahan-bahan acara?" tanya bu guru."Saya aja buk! Tapi Leon, Yuna sama Alex juga ikutan," ujar Erika."Kenapa aku dibawa-bawa?" tanya Leon."Sudahlah. Mau nilai kau jadi bagus gak? Ada nilai tambahnya kan buk?" tanya Erika."Hm ... Nilai tambah ya. Bolehlah. Karena kalian mau bantu-bantu kelas ini," jawab bu guru."Ok aku ikut," Leon langsung bersiap.Yes aku bisa jalan-jalan sama Leon lagi, walau gak dapat peran, yang penting bisa sama Alex! Yuna kegirangan."Anu, aku tinggal aja dulu ya. Ajak yang lain aja." ujar Alex."Heh! Kenapa?" tanya Yuna."Tunggu sebentar. Buk saya boleh lihat naskahnya tidak?" tanya Alex."Boleh. Ini silahkan," jawab bu guru.Alex pun memeriksa naskahnya."Wah, dialog untukku dan Sora banyak juga ya. Harus banyak latihan ini. Sedangkan peran kau tidak terlalu banyak, Yuna. Jadi karena itu, aku dan Sora harus tinggal untuk latihan," jawab Alex.Yuna mematung mendengar jawaban Alex."Sudahla