Beranda / Romansa / Kamu Akan Miskin, Mas! / Kejahatan Terungkap

Share

Kejahatan Terungkap

Penulis: Rahma La
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-27 21:51:11

"Akhirnya!" 

Aku berseru senang. Membuka kertas itu, menyimak baik-baik. Beberapa hari lagi, aku akan melakukan sidang. 

"Ah, ya. Si Reno itu, dia gak di rumahnya lagi, ya?" tanya Fajar membuatku menoleh. 

"Di rumah Mama sama Papa sekarang." Kafka yang menjawab. 

"Hah?!" Wajah Fajar terlihat terkejut sekali. "Kok bisa? Padahal kan gak boleh."

Memang. Aku menggaruk ujung hidung. Lumayan bingung. Apa yang akan aku jawab pada Fajar?

"Jadi, mereka itu udah tandatangan surat kerjasama, kok. Masalahnya cukup besar, sih. Maka nya, kami ikutan deh. Lumayan buat pembantu dir umah meskipun udah ada."

Aku menganggukkan kepala, setuju dengan perkataan Kafka. 

"Gimana ceritanya, sih?"

Kafka menceritakan semuanya. Sesekali, aku memakan yang sudah disajikan.

"Oke-oke. Paham. Jadi, besok kalian mau ke rumah saksi itu?"

"Pasti kami besok ke sana."

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Salah Sasaran Bermain-Main

    "Buset orang itu." Kafka menggelengkan kepala melihat kondisi Bang Tirta.Aku menghela napas pelan. Kami salah menduga rupanya. Delia memang tidak ada baik-baiknya."Baru ditinggal sebentar, beberapa menit. Udah beraksi aja. Coba tadi Mbak lempar dia sekalian pakai barang apalah."Sejak tadi, Kafka mendumal. Sementara aku menepuk-nepuk pipi Bang Tirta. Dia tidak mau bangun juga.Untung saja belum terjadi apa-apa. Aku menghela napas pelan, menggelengkan kepala. Kondisi Bang Tirta buruk sekali sekarang."Bang, bangun." Aku menepuk pipinya kembali."Udahlah, Mbak. Orang ngeyel kayak Bang Tirta itu emang nyebelin.""Masalahnya, kita mau bilang apa ke Mama dan Papa kalau udah sampai rumah dan Bang Tirta masih dalam kondisi gini?" tanyaku ikutan kesal.Bang Tirta dikasih minum entahlah. Mungkin obat tidur atau malah obat mabuk? Aku juga tidak tahu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Ancaman Besar!

    "Aduh, pusing banget. Ini di mana?"Kami menoleh ke Bang Tirta yang sudah bangun. Dia mengerjap, menoleh ke aku dan Kafka yang sejak tadi sudah bangun."Bukannya tadi malam—""Abang ditipu kali. Maka nya, jangan percaya sama kayak gitu. Kebanyakan makan percaya." Kafka menimpuk Bang Tirta dengan kulit kacang.Aku menggelengkan kepala melihatnya. Kemudian kembali fokus menentukan titik di mana tempat saksi itu tinggal."Ngapain?" tanya Bang Tirta setelah mencuci wajahnya."Nyari lokasi tinggal saksi itu. Abang sarapan dulu sana.""Loh, kalian udah?""Udah, tuh." Aku menunjuk piring bekas kami makan.Setelah selesai semuanya, kami baru berangkat. Aku sesekali melirik jam, kami akan memasuki

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Orang Itu ....

    "Ancaman apaa?" tanyaku penasaran.Bang Tirta mengangkat bahu. Kami masuk ke dalm mobil. Aku menghela napas pelan, menatap Kafka yang fokus menyetir.Sepanjang perjalanan, kami diam saja. Aku tidak mau mengganggu fokus Kafka dengan bertanya macam-macam.Ponsel Kafka berdering. Adikku hanya melirik sekilas, kemudian kembali fokus menyetir mobil.Tanpa bilang apa pun lagi, aku mengambil ponsel Kafka, melihat siapa yang menelepon.Papa.Dengan cepat, aku menggeser tombol berwarna hijau."Kalian di mana? Ini udah banyak banget yang ngasih tau.""Masih di perjalanan, Pa."Bisa kulihat, Kafka mengatupkan rahang. Dia menggelengkan kepala ketika ada yang mengganggu fokusnya. Ah, adikku yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Dia Adalah ....

    "Siapa?" tanya Kafka sambil menyenggolku. Aku tidak menjawab pertanyaannya sama sekali. Sibuk memikirkan dulu."Nina. Ayo sini.""I—iya." Dengan langkah pelan aku melangkah duduk di sebelah Ibu paruh baya yang sedang tersenyum itu."Kamu cantik. Sudah besar ternyata. Udah lama banget gak ketemu, Nina."Aku tersenyum, kemudian menganggukkan kepala."Kalian kesini untuk mencari tau kebenaran bukan? Soal Angkasa, kamu, dan orang tua kamu, Nina."Pelan sekali, aku menganggukkan kepala kembali. Itu memang benar. Aku mencari kebenaran di sini."Ah, itu bukan sesuatu yang mudah untuk menjawabnya, Nina."Kenapa? Aku menatap wanita itu."Kita harus bisa memutar kisah itu lagi. Kamu sudah mau membuka kenangan masa lalu itu?"Hah?! Aku menatap tidak mengerti. Ibu paruh baya itu menganggukkan kepala padaku. Dia tersenyum."Apa kamu mau, Nin

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Kejutan

    BAB 68"Hah?! Tiada gimana, Bu?" tanyaku setengah terkejut.Bu Sari menggelengkan kepala. Buru-buru aku, Bang Tirta, juga Kafka masuk ke dalam kamar itu. Lihatlah, kedua orangtua yang tadi mengobrol dengan kami sudah terbaring lesu. Apakah mereka benar-benar tiada?Aku menelan ludah. Tidak berani mendekati lagi."Mbak." Kafka memegang tanganku. Dia mencengkeram erat. Baru kali ini bisa aku lihat kalau Kafka terlihat ketakutan sekali."Maaf, Mbak Nina. Mungkin bisa tunggu di luar. Kami akan membersihkan seluruh selang yang melilit tubuh mereka."Buru-buru aku mengangguk, meskipun masih takut. Ini benar-benar terlihat menyeramkan sekali.Ah, aku paling tidak bisa kalau sudah begini."Sudahlah. Yang penting kalian sudah bertemu dengan mereka, bukan? Tidak ada yang perlu disesali."&nb

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Astaga!

    BAB 69"Mbak, ngapain bengong di situ aja? Ayo masuk, gak capek apa dari tadi cuma bengong aja kerjaannya?"Eh? Aku menatap Kafka yang sibuk mendumal dengan kondisi lingkungan rumah Bu Sari."Mana, sih? Belum pulang juga?" tanya Bang Tirta kesal.Hanya kami berdua. Yang lainnya masih dimakam. Aku menghela napas pelan, agak pusing melihat Kafka yang sejak tadi muter-muter tidak jelas."Coba telepon, Mbak.""Telepon siapa? Mbak gak punya nomor Bu Sari.""Mama atau Papa gitu. Panas banget di sini. Pengen tidur aja."Aku mendengkus melihat Kafka yang uring-urungan. Namun, ketika hampir menghubungi, rombongan datang. Aku menghela napas lega. Akhirnya datang juga."Udah nungguin lama, ya? Maaf Ibu harusnya gak buat kalian nunggu lama.""Enggak lama, Bu." Aku menjaw

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Surat Perceraian

    BAB 71"Ini peninggalan apa, Bu?" tanyaku pelan.Aku berkali-kali mengecek kalung itu, tidak ada yang istimewa sebenarnya. Lalu apa yang dibangga-banggakan? Dan kenapa menjadi barang peninggalan?"Itu penting sekali, Nak. Bukan hanya soal harganya, tapi banyak sekali. Kamu simpan baik-baik, ya."Baiklah. Aku menganggukkan kepala. Kami selanjutnya membahas hal lain. Sesekali aku tertawa mendengar perkataan Ibu. Sekarang, kami tidak lagi terlihat canggung. Aku melebarkan senyum ke Ibu."Lalu, kamu mau dapat harta warisa. Itu kan, Sayang? Sudah jelas kamu juga berhak atasnya."Aku menggigit bibir, tapi kemudian menggelengkan kepala. Mau aku cucunya Nenek atau Kakek, apalah. Aku tidak mau pokoknya. Ibu terlihat sedih melihat jawab yang aku berikan."Biarlah diberikan pada yang membutuhkan bagian Nina, Bu. Nina tidak ingin me

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Kenapa?

    BAB 72"Kamu gak mau gitu untuk mundur? Kenapa harus maju?" tanya Mas Reno lagi.Aku diam sejenak. Apa maksud dia? Kenapa seolah aku yang salah di sini?Ah, lucu sekali. Dia mau memohon-mohon begitu? Aku malah hendak tertawa mendengarnya. Itu lucu sekali."Kenapa perceraian ini harus dilanjutkan? Aku masih cinta sama kamu.""Cinta?" Aku tertawa pelan. "Apa yang kamu bilang cinta itu?""Nin—""Coba kamu pikir dulu ulang. Sebelum kamu sampai ada di sini. Siapa yang selalu semangatin kamu? Terus sekarang, kamu gak anggap aku ada? Udahlah, capek aku ngomong sama kamu." Dia bilang begitu.Aku tersenyum tipis. Apa yang dia lakukan untukku? Wow, bisa-bisanya mengaku seperti itu. Manusia tak tahu malu."Jangan lupa datang di jadwal segitu. Mau kamu membujukku sampai ber

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16

Bab terbaru

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Memusnahkan Wanita Licik Itu!

    "Eh?! Bantu untuk memusnahkan wanita itu? Menyingkirkan nya?" Jujur saja, aku kaget sekali mendnegar permintaan wanita itu, aku kira dia akan minta sesuatu yang besar, harta misal nya. Nah ini kenapa malah aneh dan berbeda? Dia malah meminta bantuan aku untuk memusnahkan wanita itu. "Ya, kamu gak salah dengar. Aku minta bantuan kamu untuk memusnahkan wanita itu. Ada yang salah dari permintaan aku?" Memang gak ada yang salah, tapi benar-benar aneh. Kenapa dia tiba-tiba mendadak minta memusnahkan wanita itu? Memang nya dia ada hubungan apa dengan si Ayunda itu?"Ada apa memang nya? Pasti ada yang terjadi dengan wanita itu berhubungan dengan kamu, kan?"Dia akhir nya menganggukkan kepala. "Wanita itu yang membunuh suamiku."Kali ini, aku benar-benar terdiam. Membunuh suami nya? Wanita bernama Ayunda itu? Sungguh, aku tidak menyangka sih. Aku kira dia tidak akan bilang begini, eh malah meminta yang lain. Aku mengembuksan napas pelan, ternyata dia malah ingin memintaku membantu nya un

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Terbongkarnya Rahasia

    "Ada apa?" tanya nya sambil tertawa. "Kamu pasti kaget ketika melihat aku."Kayak nya aku salah orang deh. Gak mungkin kalau dia kan? Masa iya wanita yang mengajakku untuk bertemu adalah wanita ini sih?"Kayak nya aku salah orang deh, permisi ya." Aku tidak ingin menanggapi perkataan nya. "Iya ini aku, wanita yang mengajak kamu untuk bertemu. Kamu lagi gak salah orang kok."Aku terdiam, berusaha untuk mencerna semua ini Wanita itu adalah sepupu nya Mas Fajar yang tidak menyukai aku. Ya, sejak dulu bahkan dia tidak menyukai hubungan aku dan juga Mas Fajar. "Kamu mau bermain-main apa lagi denganku? Gak puas dengan kejadian dulu?" Aku jadi tambah kesal dengan wanita ini. "Ah oh ya? Kejadian masa lalu ya? Kamu masih ingat rupa nya." Dia tertawa pelan. Tentu saja aku masih ingat, kapan aku tidak ingat dengan ini semua? Apa lagi dia memang menyebalkan di masa lalu kami. Aku mengembuksan napas pelan, rasa nya enggan untuk mengingat nya kembali. "Sudah lah, lupakan saja dulu tentang masa

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Wanita itu adalah—

    Oh ya? Apa kah aku bisa mempercayai pesan ini? Apa kah aku harus menemui wanita ini nanti malam? Hmm, mungkin menarik sih, nanti saja lah aku pikir kan. Mungkin saja aku akan datang ke sana nanti, tetapi aku juga tidak bisa gegabah mengambil keputusan. "Kamu kenapa bengong sayang? Itu pesan dari siapa?" tanya Mama nya Mas Fajar membuatku menoleh. "Eh?! Ini? Enggak, bukan dari pesan siapa pun kok, Ma. Mama tadi ditelepon sama Mas Fajar?" tanyaku pelan. Mama nya Mas Fajar menggelengkan kepala. Dia seperti nya tidak tau dari anak nya langsung. "Mama kamu tadi menghubungi Mama. Mama sama sekali gak tau tentang penyakit anak itu. Padahal harus nya Mama juga ikutan tau loh." "Sama Ma, mereka menyembunyikan semua nya dari Nina. Jadi nya, Nina juga gak tau. Mau menghubungi Mama juga kayak mana, gak ada informasi yang aku dapatkan." "Emm kayak gitu ya? Nanti Mama paksa saja dia bicara yang sejujur nya, atau sekalian kita temui dokter nya. Enak aja sakit tapi gak bilang ke Mama." Mama Ma

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Keributan

    "Ya ampun, aku gak bermaksud kayak gitu, Sayang. Aku gak maksud." Mas Fajar tampak memohon. "Sudah lah, wanita keras kepala kayak gitu gak usah diurusin. Kasihan sama kesehatan kamu." Wanita itu akhir nya kembali lagi ikut dalam pembicaraan kami. Aku meremas pakaianku sendiri, berusaha untuk meredam emosi, jangan sampai aku menjambak wanita itu di sini. Sudah seperti pelakor dia, mana gak punya malu lagi. "Aku pergi ya, Mas. Mau pulang, lelah sekali kayak nya." Aku akhirnya mengalah. Ya sudah lah, biarkan saja apa yang mas Fajar lakukan di sini. Wajah Mas Fajar tampak sekali merasa bersalah. Sudah lah, aku sudah tidak mau lagi membahas apa pun pada Mas Fajar. Entah lah, aku sudah muak melihat nya. Banyak sekali janji Mas Fajar, tetapi tidak pernah dia tepati. Sudah lah, aku sudah paham dengan apa yang dia lakukan, dia juga tidak pernah memikirkan aku lagi sekarang. "Semoga cepat sembuh, Mas. Kalau ada apa-apa langsung telepon aku aja, tadi ponsel kamu mati, aku gak bisa hubungi

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Terbongkar?!

    "Iya, mereka sedang ke rumah sakit, Bu. Sebentar saja kata nya tadi, tapi sampai sekarang belum kembali juga."Astaga, apa yang keluargaku lakukan sih? Kenapa mereka tidak menghubungi aku sama sekali soal ini? Aku jadi tambah kesal. Aku tau sekali kalau mereka tidak menghubungi aku sama sekali. Kalau sudah, ponselku pasti berdering sejak tadi, tetapi ini tidak ada. Haduh, aku tidak paham dengan apa yang mereka pikir kan. "Bibi tau di mana rumah sakit nya? Atau rumah sakit keluarga kita biasa? Atau bibi tau sesuatu gitu?" tanyaku panik. "Enggak, Nyonya. Saya gak tau sama sekali rumah sakit nya dimana. Soal nya gak ngasih tau ke saya."Haduh, sudah lah. Aku buru-buru mengambil ponsel, berusaha untuk menghubungi Mas Fajar, nomor telepon nya tidak aktif. Aku mengembuskan napas kesal, menghubungi Mama. Terdengar nada sambung, aku harap-harap cemas. Berharap Mama mau mengangkat telepon dari aku. "Ya ampun, pada kemana sih gak ada yang mau ngangkat telepon aku." Aku bergumam kesal. Di s

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Wanita yang Berhubungan dengan Mas Fajar

    "Wah, Mas Fajar gak beres lagi ini mah." Aku menggelengkan kepala, kesal sekali dengan perkataan Mas Fajar tadi. Apa kah dia tidak bisa berpikir kalau aku tidak suka dia menyembunyikan sesuatu dari aku, hah?! Kenapa sih selalu saja menganggap enteng semua nya?Memang nya Mas Fajar tidak lagi menganggap aku sebagai istrinya? Atau bagaimana ini? Aku gak paham sama sekali dengan apa yang dia lakukan. "Mama udah gak tau lagi harus kayak mana. Istri kamu semakin hari semakin curiga sama kamu. Mama mungkin bisa halangin dia sekarang, tapi kalau nanti? Mama gak tau bisa atau enggak." Terdengar suara Mamaku yang frustasi. "Sama, Mbak pasti curiga sama aku terus. Aku udah capek buat bohong, Mas gak bisa jujur saja sama Mbak? Lagi pula, Mbak gak akan marah kok."Apa sih yang mereka pikir kan? Apa kah mereka tidak kasihan padaku karena terus saja menebak-nebak apa yang mereka sembunyikan, hah?! "Maka nya itu, Mas gak mau nambahin beban Mbak kamu, meskipun Mas tau kalau dia gak akan marah. Ka

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Keanehan Raja

    "Hah?! Soal penyakit? Tentang dia?" Aku bergumam pelan. Apa maksud dari pesan ini? Buru-buru aku memfoto pesannya, kemudian kembali menyembunyikan ponselku ketika Mas Fajar berganti posisi tidur. Pasti ini adalah jawaban dari semua ini. Aku mengembuskan napas pelan, sebenar nya aku pusing sekali sih memikirkan nya. "Apa yang sebenar nya kamu sembunyikan dari aku, Mas? Kenapa kamu gak jujur aja sama aku? Kenapa?" tanyaku pelan. Sungguh, aku ingin jawaban dari Mas Fajar, tetapi suamiku ini masih sakit, pasti Kafka dan juga Mama tau, tetapi bagaimana cara membujuk mereka agar mau menjawab nya? Ah, pasti mereka tidak akan mau menjawab pertanyaan dan juga kebingungan aku. Aku takut terjadi sesuatu pada Mas Fajar yang tidak aku ketahui, apa lagi anak yang akan aku kandung akan segera lahir ke dunia. "Sayang." Mama mengetuk pintu kamar. Aku mengembuskan napas pelan, melangkah menuju ke pintu rumah. "Ada apa, Ma?" tanyaku sambil membuka pintu, aku berusaha untuk menyembunyikan kesedih

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Pesan Mencurigakan

    "Mama serius? Mas Fajar pingsan kenapa, Ma?"Wajah Kafka juga langsung berubah panik. Aku menggigit bibir dalam-dalam. Astaga, apa yang terjadi pada suamiku?"Aduh, Mama juga gak tau Fajar pingsan kenapa. Kamu buruan ke sini, Mama udah minta bantuan beberapa tetangga tadi, juga minta bantuan tukang kebun dan pembantu."Aku menelan ludah, buru-buru menganggukkan kepala, aku khawatir sekali dengan kondisi Mas Fajar sekarang. Memang sih tadi Mas Fajar kelihatan pucat sekali, tetapi aku juga tidak tau kalau suamiku itu sedang sakit. Kenapa juga Mas Fajar tidak bilang padaku. Haduh, membuat pusing saja. "Kenapa, Mbak? Mas Fajar kenapa?" tanya Kafka juga ikutan panik. "Mbak juga gak tau, yang pasti, kata Mama, Mas Fajar pingsan." Aku mengusap wajah berkali-kali, mempercepat langkah. "Padahal tadi baik-baik aja kok. Kenapa sama Mas Fajar, ya, Mbak? Tadi pas masih sama aku, Mas Fajar sehat banget loh, Mbak."Ya kan beda kasus nya. Aku menggelengkan kepala mendnegar perkataan nya Kafka, ya

  • Kamu Akan Miskin, Mas!   Berita Mengejutkan

    "Aku sudah selesai siap-siap. Maaf ya kalau aku sudah nyusahin Mbak dan yang lainnya. Juga menyusahkan Kafka."Adikku itu langsung memalingkan wajah nya mendnegar nama nya di sebut di belakang kalimat Rini. Aku mengembuksan napas pelan, Rini sudah menggeret koper nya. Aku bingung dengan mereka, aku bahkan tidak paham lagi dengan jalan pikiran adik dan juga suamiku itu. Entah apa yang mereka katakan soal Rini. Ah, bodo amat deh. Padahal kan Rini juga baru saja kehilangan Mama nya. Masa iya kami sudah mengusir dia dari rumah ini. "Sekali lagi maaf kalau kesannya kami malah mengusir kamu, Rini. Tenang saja, semua biaya hidup kamu, biar kami yang tanggung. Kalau ada apa-apa, langsung kabarin aja." Mas Fajar mengatakan itu. Kami sudah sampai di rumah yang memang kosong, tetapi ini dulu memang dijadikan sebagai rumah orang kantor Mas Fajar yang rumah nya jauh, karena masuk pagi, maka nya menginap sebentar. Tidak mungkin orang kantor nya Mas Fajar menginap di rumah kami. "Aku yang makas

DMCA.com Protection Status