"Kamu!!" Mata Tia melotot melihat siapa yang ada di hadapannya saat ini.Ia sangat terkejut sampai tidak bisa berucap apa-apa."Hai, Mba!" Selly melambaikan tangannya dan tersenyum."Ngapain kamu disini?" Tia berdiri menatap koper yang berada di samping tempat duduk Selly."Tenang mbak, santai saja sini duduk dulu. Mari kita bicara baik-baik." Selly tersenyum, ia duduk dengan menyilang kaki. Tia berjalan mendekati Selly lalu duduk tepat di hadapanya. "Katakan ada perlu apa kamu kesini?" Tia tidak ingin berbelit-belit perempuan yang ada dihadapannya saat ini bukanlah orang yang harus ia hormati."Enak ya, mba Tia keluar dari gubuk masuk kedalam istana." Selly berdiri dan melihat-lihat seisi rumah. Ia sama sekali tidak mengindahkan pertanyaan Tia."Kalau kamu tidak punya kepentingan sebaiknya kamu pergi dari sini sekarang juga. Aku tidak punya waktu untuk main-main denganmu." Tia beranjak dari duduknya dan melangkah ke depan pintu mempersilahkan Selly keluar."Aku mau tinggal disini,"
"kalau Mas mau, aku bisa loh lebih dri Mbak Tia!"Deggg! Danu terkejut. Kalimat itu hampir sama dengan kalimat yang pernah ia dengar dulu. Kalimat yang sangat ingin ia lupakan tapi tidak bisa. Bayangan penghianatan orang yang ia sayang berkelebatan di ingatannya."Bik!!" Danu berteriak memanggil bik Ina."I-iya, Den!" Bik Ina berlari menghampiri Danu."Bawa Wanita ini keluar, Dan jangan pernah biarkan dia masuk ke rumah ini lagi." Selly benar-benar telah membuka luka lama di hati Danu"Maaf, saya permisi dulu!" Ia berlalu meninggalkan ruang tamu. Dadanya tiba-tiba saja terasa sesak. Rasa sakit kehilangan sosok pelindung dan pemimpin kembali menyayat hati. Bugghh bugghh bughh! Danu menumpahkan kekesalannya pada samsak tinju berulang-ulang kali. Rasa sakit di hatinya mengalahkan rasa sakit di buku tangannya. Hingga tubuhnya merasa kelelahan, ia pun luluh bersimpuh di lantai.Merasa ada yang menyentuh pundaknya refleks ia menoleh kebelakang. "Mas, kenapa?" Danu hanya terdiam menatapnya w
Selly keluar dari rumah itu dengan perasaan marah. Ia berjalan sambil menghentakkan kakinya."Kenapa sih, dia menolakku? Padahal aku lebih cantik dan lebih kaya dari Mbak tia. Apa kurangnya aku, coba?" Selly berbicara dalam hati.Penolakan yang diberikan Danu membuat Selly merasa tertantang untuk menaklukkannya. "Aku harus bisa membuatnya bertekuk lutut di hadapanku." Batin Selly.David terdiam menatap kepergian Selly. Dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Putrinya meluk erat kakinya. Kedua tangan David menutupi telinga sang anak. Ia tidak ingin putri kesayangannya melihat dan mendengar pertengkaran orang dewasa.Sedangkan Tia masih terpaku menatap punggung Danu. "Kenapa dia yang marah? Harusnya 'kan aku yang marah karena yang hancur rumah tanggaku." Tia berucap dalam hati ia bingung dengan sikap Danu."Ayo, silahkan duduk jangan berdiri saja!" Pak Rasyid mencairkan suasana.David menganggukkan kepalanya seraya menuntun anaknya duduk."Saya permisi, sebentar!" Tia be
"apa yang kalian lakukan disini? Ayo turun Bapak sama Nak David sudah menunggu sejak tadi!" Bu Anisa memutuskan untuk tidak membahas apa yang dia dengar. Setelah mendengar cerita Danu tidak adil rasanya kalau dia membenci hubungan mereka sedangkan mereka berdua saling mencintai. Tugasnya hanya mengawasi jangan sampai mereka terbuai bujuk rayuan setan. Godaan hawa nafsu tidak pandang usia dan status. Jadi sebagai orang tua dia harus melindungi anaknya apalagi sekarang Tia kembali menjadi tanggung jawabnya.Tia dan Danu berjalan di belakang Bu Anisa. Saat ini mereka berkumpul di ruang tamu. Tia menyerahkan syarat-syarat pengajuan gugatan cerai beserta bukti perselingkuhan Irvan ke david. Video saat Irvan dan Selly memeriksa kandungan pun Tia serahkan juga."Kira-kira memakan waktu berapa lama , Nak David?" tanya bu Anisa. Ketika melihat David menata semua berkas-berkas dan memasukkannya kedalam tas kerja."Saya perkirakan tidak akan lama, Bu! Bukti-bukti yang kita punya sudah cukup
Empat bulan sudah Tia menempati rumah barunya. Rumah dengan empat kamar didalamnya, memang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan rumah Danu. Jarak rumah ini tidak terlalu jauh dari rumah mantan suaminya, bedanya rumah Irvan masuk gang sedangkan rumah Tia dipinggir jalan. Meski begitu Tia berharap irvan tidak menggangu kehidupannya.Tia setuju membeli rumah itu karena halamannya luas. Letaknya juga strategis diapit dua PT garmen dan dekat dengan sekolah SMA. Sangat cocok dengan bisnis yang Tia jalani.Di depan rumahnya, Tia membangun resto yang menyajikan makanan khas Palembang. Saat ini usaha tia sudah berkembang pesat, ramai pengunjung yang datang silih berganti. Karyawannya saat ini sudah bertambah menjadi sepuluh orang, ia memperkerjakan warga sekitarnya.Tia juga sudah resmi bercerai dengan Irvan dan sudah terlepas dari masa Iddah. Proses perceraiannya Hanya dua Minggu karena pihak Irvan tidak ada yang datang saat persidangan. Ditambah lagi bukti-bukti yang Tia miliki sud
"Makasih ya, Mas! Mas sudah melindungi aku sama Raffa. Mas datang di waktu yang tepat," ucap Tia saat mereka sudah berada di dalam mobil. Danu duduk di belakang kemudi sedangkan Tia duduk di sampingnya. Raffa, Danu letakan di car seat tepat di belakang Tia. Car seat ya Ia beli khusus untuk calon anaknya. Ia sudah membayangkan jika nanti mereka menikah. Ia akan membawa Tia dan Raffa jalan-jalan kemana pun yang mereka mau."Iya, sayang! Mulai sekarang kamu gak perlu takut lagi, ada aku yang akan selalu melindungi kalian. Aku harap, ini terakhir kalinya kamu menangis karena laki-laki itu." Danu menggenggam tangan Tia. ia berharap Tia bisa hidup tenang mulai sekarang."Oh, iya! Sebenarnya, Mas mau membawa kita kemana?" tanya tia karena Danu tidak memberi tahu sebelumnya."Kamu ikut aja, aku mau ngenalin kamu dan Raffa sama seseorang!" Danu menoleh kearah Tia lalu tersenyum. Sesekali ia melihat Raffa lewat kaca spion. Anak itu tengah asyik melihat keluar jendela."Semoga saja kejadian ta
"Maaf pak dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan testis Bapak mengalami cidera yang membuat terjadinya kerusakan dan malfungsi pada testis Bapak,""Lalu apa yang harus di lakukan, Dok?" Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di jelaskannya.Kami harus segera melakukan operasi pengangkatan kedua testis bapak. Untuk meminimalisir terjadinya infeksi yang berkelanjutan,""A-apa? Pengangkatan testis? Apa itu arti saya tidak akan memilih anak lagi Dok?" Aku sangat terkejut bagaimana bisa seorang laki-laki bisa hidup tanpamu testis."Dengan sangat menyesal saya jawab, iya! Kenapa apa Bapak belum punya anak?""Alhamdulillah sudah, Dok! Satu. Apa tidak ada cara lain, Dok?" Aku sangat berharap masih bisa mempertahankan Karena aku Masih pengen punya anak kelak jika aku kembali bersama Tia."Sayangnya tiga ada, pak! Kerusakannya sudah sangat parah. Jaringan testis bapak sudah mati karena terlambat penanganannya.""Ya Allah, apakah ini karma? Karena aku sudah menyia-nyiakan titipan
Prannng! Gelas yang ada di tangan Bu Sutri jatuh karena tangannya di dorong oleh perawat."Haduhhh, 'Kan jadi pecah! Mbak ini ada masalah apa sih sebenarnya? Kenapa main dorong aja!" Bu Sutri membentak suster rumah sakit."Bu, pasien yang baru saja selesai menjalani operasi tidak boleh langsung diberi minum tunggu dulu beberapa saat,""Tapi anak saya haus, gimana dong? Harus nunggu berapa lama?" tanya Bu Sutri sewot."Tunggu pasien bisa kentut! Setelah itu beri minum sedikit demi sedikit dulu, jangan langsung habis satu gelas Ya, pak!" Lalu suster mengecek kondisi irvan. Setelah dipastikan semua baik-baik saja suster pun berlalu pergi.Setelah beberapa hari dirawat inap, hari ini Irvan sudah diperbolehkan pulang."Bu, kaki Irvan ...." Irvan terkejut saat ia turun dari tempat tidur, ia tidak merasakan sakit pada kakinya. Ia melihat kebawah lalu menghentakkan kakinya ke lantai.Bu Sutri yang melihat pun ikut terkejut. "Apa yang kamu lakukan, Irvan!" teriaknya. Ia takut kaki anaknya bert